Bagian Delapan

205 18 1
                                    

Ifa meringkuk memeluk erat lutut. Gadis berusia 8 tahun itu tengah bergetar kedinginan, dengan luka baru di kening, pipi, dan punggungnya.

Ifa kedinginan. Namun, siapa yang peduli?

Lihatlah keadaan di sekitar. Semuanya bungkam. Mendadak buta, tuli, dan bisu.

Bahkan, Tuan Jaka malah semakin gila, dengan mengguyur kembali Ifa dengan air garam.

Dan Arya?

Ah, laki-laki yang beberapa saat lalu mengenalkan diri itu, kini entah ke mana perginya. Dia berlalu begitu saja, meninggalkan Ifa dengan luka dan deritanya.

Mungkin, Arya sudah merasa cukup berurusan dengan Ifa.

Memangnya, siapa yang ingin berlama-lama berurusan dengan bocah malang itu?

Ibu ....

Mendadak, si malang merindukan sosok penuh kasihnya.

Sangat kalut di sana. Rasa perih menggerayangi setiap luka menganga di tubuh. Ifa ingin menangis, tetapi jangan! Tuan Jaka akan senang, dan dia tidak suka itu.

Tiba-tiba, pintu dibuka paksa.Menampakkan sosok laki-laki berusia sekitar 32 tahun dengan amarahnya.

Anton berjalan mendekati Ifa.

Ya, laki-laki yang datang dengan menghancurkan pintu adalah: Anton--penculik dan pasien Ifa.

"Dia milikku sekarang," hardik Anton dingin pada Tuan Jaka.

"Bawalah. Dan pastikan kau mengobatinya," sahut Tuan Jaka dengan nada mencemooh.

Monster itu lalu tertawa lepas,'seolah tidak memedulikan kilatan amarah di mata Anton.

Tanpa banyak bicara, Anton mengangkat tubuh Ifa dan membawanya.

Sedangkan Tuan Jaka?

Ah, jangan edulikan ia. Lelaki itu hanya sibuk menghisap dalam-dalam gulungan tembakau di genggaman. Menyaksikan mainannya terlepas dengan kepulan asap yang ia lepas kasar dari mulutnya.

*

"Seharusnya kau tak melakukan itu," ketus Ifa, setelah turun dari pangkuan Anton.

"Kau tak punya hak melarangku!" Anton tak suka dengan respon Ifa yang menyalahkannya.

"Dia akan kembali menyakitiku dan aku yakin akan semakin parah. Dan itu semua karenamu! Terima kasih, kau begitu perhatian."

"Dia tak akan mengganggumu lagi! Aku akan memastikan itu!"

Entahlah, seminggu dekat dengan Ifa, membuat Anton memiliki perasaan ingin melindungi si gadis kecil.

Apalagi, saat Ifa berhasil menumbuhkan harapan kesembuhan. Anton merasa, perlu berterima kasih dengan cara merawatnya dengan baik.

Anton melempar sebuah buku besar dan tebal. "Pelajari itu, kurasa buku itu akan lebih berguna bila ada di tanganmu." Anton memandang Ifa, terlihat heran dengan sikapnya.

"Ah, dan ya, aku sudah membeli pesananmu." Anton menyodorkan dua tas berukuran sedang pada Ifa.

"Jadi, kapan kau akan melanjutkan pengobatanku lagi?" Anton benar-benar ingin tahu jawaban dari pertanyaannya ini.

"Nanti malam jam 4 pagi, setelah kau melanjutkan pelajaran bela dirimu padaku," jawab Ifa, dengan tangan yang terarah mencoba mengoles ramuan ranti pada luka di punggung.

"Kau memintaku mengajarimu bela diri selama 4 jam? Yang benar saja!" Anton membentak, merasa dipermainkan bocah cilik.

"Ck. Memangnya siapa yang mengatakan pelajarannya akan dimulai pukul 12 malam?" Ifa yang sejak tadi merasa kesal, karena konsentrasinya dalam menjangkau luka di punggung diganggu Anton, mengeluarkan kekesalannya pada lawan bicara.

"Kau itu punya penyakit jantung dan kau tidak boleh kurang tidur. Di jam 10 sampai jam 2 pagi adalah proses pembentukan sel darah merah yang baru. Dan jantungmu perlu memompa sel darah merah yang baru dan berkualitas. Jadi, pastikan kau tidak tidur lebih dari jam 10 malam dan jangan bangun sebelum jam 2 pagi," jelas Ifa menyuarakan apa yang sebenarnya ia pikirkan.

Merasa tidak ada jawaban dari lawan bicara, gadis itu kembali meraih krim hijau.

Anton gemas. Dia lalu merebut paksa krim hijau di tangan Ifa.

"Ramuan apa yang kau gunakan ini? Mengapa aromanya tak tercium seperti antiseptic?" Anton membalikkan tubuh Ifa. Mulai mengoleskan krim hijau itu pada luka.

"Aku membuatnya dari ranti, itu cocok sebagai antidiuretic." Ifa tak protes saat Anton mencoba membantunya. Memang agak susah saat harus menjangkau luka di punggung. Padahal, bagian itu adalah yang paling parah.

"Kau mempelajarinya dari buku tebal sialan itu?" Anton berbasa-basi dan Ifa tahu itu.

"Ya." Namun, Ifa tetap menjawab.

Setelah dirasa cukup, Anton menghentikan kegiatan membantunya.

"Aku membelikanmu makanan dan beberapa helai pakaian. Pakailah! Kau terlihat menjijikkan dengan pakaian yang kau kenakan sekarang."

Anton mungkin mulai bersimpati, dan Ifa mengangguk. Si bocah lusuh memang membutuhkan makanan dan pakaian.

"Istirahatkan dirimu. Aku masih memiliki beberapa pekerjaan," ucap Anton, sebelum berlalu meninggalkan Ifa yang mulai sibuk membereskan pemberian Anton.

Ifa menemukan, 2 porsi makanan cepat saji, 5 pasang baju, seperangkat alat akupuntur, seperangkat alat bekam, dan buku tebal berjudul,
"Biografi Ibnu Batutah".

Dia ingin aku mempelajari buku ini? Baiklah. Kurasa tidak buruk juga.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang