Kuala Lumpur, 21 Sya’ban
Tiap-tiap yang bernyawa
Pasti akan merasakan kematian
Dan aku meyakini itu
Yaa ilahiiiKau telah kembali mengambil amanah-Mu
Menjemput dia yang telah bersyahadat ke tempat-Mu yang ghaib
Dengan meninggalkan sejumput rasa bersalah yang jahil di hati
Ampuni aku, ya Allaaahhh ….Dia sosok yang tak pernah ingin dipandang baik
Niatnya ikhlas menapaki syari’at-Mu
Menebus dosa dalam sujud
Mengais pahala dengan lillahItu yang kutahu,
Dan Engkau Maha TahuYa Rabbi,…
Hamba mengimani qodar-Mu
Ketetapan yang haqiqi
Sebagai bentuk cinta-Mu pada hambaDengan mengharap kasih-Mu, ya Allah
Ampunilah Rian Jakadinata
Ampunilah dosanya
Terimalah ia di sisi-MuIlahi,…
Aku adalah hamba-Mu yang hina
Berlumur dosa dan yang sering berkeluh kesah
Aku datang memohon pada-MuLapangkanlah kubur mualaf yang baru menapaki deen-Mu
Kumpulkan ia bersama orang-orang yang beriman
Yang menjadikan Engkau sesembahan satu-satunyaKepada-Mu hamba berserah
Kepada-Mu hamba memohonTertanda
Rahmalia Lathifa____
“Fendra menitip salam untukmu.” Dirga memasuki ruangan yang Ifa tempati selama hampir satu minggu.
Ifa menjawab salam Mas Fendra dalam hati. Ingatannya melayang pada saat tentara tangguh itu menutur pamit di satu jam sebelum misi penyelamatan Akak Laila dan Zakir dilakukan.
Mas Fendra meminta maaf karena tidak bisa membersamai Ifa sebab panggilan tugas datang menjemputnya. Tentara yang tidak begitu suka berbicara itu mengatakan bahwa tugasnya bersangkutan dengan musim kemarau yang singgah lebih lama dari biasanya.
Dan pemerintah meminta bantuan militer untuk menyalurkan bantuan ke sejumlah daerah terpencil.
“Apa yang akan kamu lakukan untuk mengatasi kemarau panjang?” Dirga mendudukan diri seperti biasa di kursi yang ia tarik mendekati tempat tidur Ifa di rumah sakit.
Ifa melirik Dirga sesaat lalu menggerakan tangan untuk menutup catatan dan membereskannya kembali ke dalam ransel. “Dengan zakat.”
Dirga mengerutkan dahi. “Apa kau sedang bercanda?” kesal Dirga sebab lawan bicara seperti tidak benar-benar menanggapi pertanyaannya.
“… tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya mereka tidak akan diberi hujan,” terang Ifa melenyapkan kekesalan pemuda yang hari ini berkaus merah maroon.
“Mengapa kamu begitu yakin akan hal itu?”
“Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang dzalim,” tambah Ifa.
Dirga mulai menerima penjelasan gadis berkerudung instan. Ia lalu menyenderkan punggung pada penyanggah kursi. “Lalu, bagaimana dengan wabah dan masalah kelaparan?” tantang Dirga.
“… tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Ta’un dan kelaparan yang belum pernah terjadi terhadap pendahulu mereka.”
“Musuh yang datang menjajah?” cecar Dirga.
“Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Traveller (Revisi)
AdventureCover By Canva Template Cover by mystudio11 Elemen by Gia Leuterio from sketchify japan & alvindovicto from painting tools Font : Kollektif & Lotus Eater Sans SUDAH TAMAT _____________________________ Apa yang lebih sakit dari ini? Air mata yang te...