Bagian 21

138 17 2
                                    

"Brigadir Jenderal muda Dirga, apa gadis kecil ini yang kau maksud di pesan yang kau kirim ke markas utama?" Letnan Jenderal Gani menilik Ifa dari atas sampai bawah. Dan Ifa yang diperhatikan menatap ulang orang yang memperhatikannya. Ifa tak suka tatapan itu, tatapan meremehkan yang selalu ingin ia lenyapkan.
"Iya Letnan Jenderal, namanya Ifa," Dirga memperkenalkan Ifa dengan nada bangga yang terdengar jelas.
"Baiklah, kau boleh keluar sekarang," Letnan Jenderal Gani mengusir Ifa dengan perkataan tak pedulinya. Persepsinya tentang orang yang Dirga maksud jauh dari kenyataan. Ia mengira orang yang akan ia temui itu merupakan orang yang berpengalaman. Tapi ternyata hanya seorang bocah berpakaian seperti jubah.

Oh, dia benar-benar harus tau pengalaman apa saja yang sudah Ifa alami selama ini.
Tapi Ifa tak peduli, ia bangkit lalu hendak berlalu. Namun tiba-tiba orang yang mengusir Ifa ambruk ditempatnya berdiri sombong. Semua orang ribut dan Ifa adalah yang paling tenang.

"Tolong panggilkan perawat diruang kesehatan. Cepat!" Dirga memerintah pada tentara Ella yang berdiri paling dekat dengannya.
Kolonel Ella lalu berlalu dengan tergesa-gesa memanfaatkan kecepatannya dalam berlari.
.
.
Tak lama kemudian Kolonel Ella datang dengan menarik tangan kanan perawat Sarah.
"Hey wanita kutub! Berhenti menarik tanganku. Kau kira aku penjahat apa? Seenaknya saja menarik ku dari gedung sebelah sampai kesini, kau membuatku hampir terkena penyakit jantung tau!" perawat Sarah terus mengoceh tak mempedulikan keadaan di sekitar yang mulai terlihat tegang.

"Berisik! Kau membuat sakit kepalaku terasa lebih sakit,"
Dug ... dug ... dug ...
Letnan Jenderal Gani memukul-mukul kepalanya ke tembok.
"Letnan Jenderal Gani, tolong tenanglah ... " Dirga menghampiri Letnan Jenderal Gani yang terlihat tersiksa tapi Letnan Jenderal Gani malah mendorong tubuh tegap Dirga lalu kembali memukul-mukul kepalanya ke tembok.
"Perawat Sarah tolong lakukan sesuatu," Kolonel Ella terlihat khawatir lalu mengguncang-guncang tangan kanan perawat Sarah.
"Hentikan. Setelah kau menyakiti pergelangan tanganku, sekarang kau juga berniat melepaskan tanganku dari engselnya, hah?"
'Perawat Sarah ini ... ' Dirga geram.
"Lakukan sesuatu atau saya akan menjahit mulutmu itu!"
"Ma ... maafkan saya Brigadir Jenderal tentara, ta ... tapi saya hanya paham tentang obat-obatan saja, saya lulusan farmasi bukan lulusan keperawatan."
Bentakan Dirga berhasil membuat perawat Sarah bergetar ketakutan.

Dirga frustasi ia tak tega melihat kondisi Letnan Jenderalnya yang terlihat sangat tersiksa.
'Ahh ya.' Dirga memutar matanya lalu fokusnya tertuju pada gadis manis berpakaian serba coklat muda.
"Ifa, apa tak ada yang bisa kau lakukan untuk menolong Letnan Jenderal Gani?"
Ifa menghela nafas, kali ini ia harus kembali berurusan dengan makhluk hijau. Apalagi makhluk hijau yang akan Ifa bantu kali ini sudah Ifa masukan ke daftar orang yang tidak Ifa sukai. Tapi entahlah, mungkin masa depan bisa berubah. Bukankah waktu selalu bisa diandalkan bila itu menyangkut perasaan?

"Apa ada yang bisa membawakan tas jinjing coklat saya diruangan saya?" Ifa bertanya dengan tangannya yang meraih taplak meja bersih yang terlipat rapih di atas meja hitam yang mungkin akan digunakan sebagai dekorasi salah satu meja di ruangan ini.
"Aku akan membawakannya untukmu," Kolonel Fendra begitu sigap ia lalu berbalik dan mulai berlari kearah ruangan Ifa.

Ifa menggelar taplak meja putih itu,
"Ambilah posisi bersujud disini," Ifa memapah Letnan Jenderal Gani menuju taplak meja yang ia gelar.
Letnan Jenderal Gani merasa ia sedang dipermainkan dan menatap tajam ke arah Ifa yang entah mengapa sentuhannya membuatnya lebih tenang.
"Letnan Jenderal Gani, tolong percayalah pada Ifa, dia cukup ahli dibidang medis," Dirga membantu Ifa memapah Letnan Jemderal Gani dengan tetap mencoba meyakinkan Letnan Jenderal Gani agar mau mengikuti intruksi Ifa.

'Baiklah,' Letnan Jenderal Gani mulai putus asa dengan rasa sakit yang menyerang kembali kepalanya. Ia lalu mengambil posisi bersujud di atas taplak meja yang Ifa gelar.

'A ... apa ini?' Letnan Jenderal Gani nampak terkejut. Ia merasakan sesuatu yang dingin mengalir ke kepalanya. Dan cengkraman kuat yang ia rasakan di kepalanya berangsur-angsur menghilang.
Ifa tersenyum, ia tau apa yang terjadi pada Letnan Jenderal Gani.

Kau ingin tau?
Mengapa Allah menjadikan shalat sebagai rukun islam yang kedua setelah syahat?
Dan mengapa dalam shalat ada gerakan bersujud?
Biar Ifa beritau.
Dalam ilmu kedokteran, bersujud bisa membantu aliran darah dan oksigen yang diperlukan oleh organ yang ada di kepala berjalan lebih lancar. Terutama saat shalat subuh, saat dimana organ kembali melakukan aktifitasnya setelah beristirahat bersama lelapnya pemilik tubuh.

Dan jika sesuatu terjadi pada proses ini, entah itu karena kandungan mineral dalam darah kurang yang mengakibatkan peredaran darah kurang lancar atau bahkan terjadi pengendapan darah akan berdampak pada organ-organ tubuh yang memerlukan asupan dari darah.
Atau jalur darah yang mengalami penyempitan pembuluh darah bahkan terdapat kondisi dimana adanya sampah metabolisme tubuh yang menumpuk di jalur darah yang mengakibatkan peredaran darah tidak bisa mengantarkan kebutuhan organ-organ tubuh yang ia bawa.

Dua hal itu sudah cukup membuat pemilik tubuh menderita sakit kepala yang luar biasa. Contohnya yang dialami oleh Letnan Jenderal Gani ini.
Dia menderita vertigo yang di dunia kedokteran mendapat julukan sebagai sakit kepala tingkat dewa.
Vertigo adalah kondisi dimana penderita akan merasakan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya. Keluhannya berbeda-beda, dan yang dialami Letnan Jenderal Gani adalah merasa kepalanya seakan dicengkram kuat dan akan sangat nyaman bila ia memukulkan kepalanya ke benda keras. Hal itu bisa memberi efek perasaan cengkraman di kepalanya terurai. Tapi setelah itu efek cengkraman di kepalanya akan kembali lagi. Dan membuat penderita akan semakin aktif memukulkan kepalanya ke benda keras kembali.
.
.
Kolonel Fendra kembali dengan tergesa-gesa ia lalu menyodorkan tas jinjing coklat itu pada Ifa.
Dirga berdecak tak tau apa alasannya, tapi warna tas jinjing itu sangat cocok dengan pakaian yang digunakan pemiliknya.

Ifa menerima tas jinjingnya lalu mulai membongkar isi tas coklatnya itu. Tapi sebelum itu Ifa mengarahkan tangannya untuk membangunkan kembali Letnan Jemderal Gani yang nampak begitu menikmati posisi sujudnya.
"Sudah cukup, tolong kembali duduk dengan tegap tapi tetap santai. Dan tolong ambilah posisi yang menurut anda nyaman."
Wajah Letnan Jenderal Gani nampak tak segelap tadi. Ia lalu menuruti semua intruksi gadis kecil yang sempat ia remehkan.

"Saya perlu mengambil titik bekam disini, apa Letnan Jenderal Gani tidak keberaatan jika saya mencukur rambut Letnan Jenderal di bagian ini?"
Ifa bertanya dengan dua jempol dan dua telunjuknya yang sibuk melakukan pemijatan ringan pada pusat sakit kepala yang biasa orang rasakan.
"Lakukanlah," sungguh, Letnan Jenderal Gani merasa nyaman dengan setiap tindakan yang Ifa lakukan dalam usaha Ifa menolongnya.

Setelah mendapat persetujuan, Ifa mengambil gunting cukurnya dan mencukur rambut dibagian kepala yang menjadi titik ummu mughits. Titik bekam yang pernah Rasulullah lakukan saat beliau merasa sakit kepala ketika berihram.
Ifa lalu menambah dua titik bekam di leher Letnan Jenderal Gani. Karena setelah Ifa periksa tensi Letnan Jenderal Gani, Ifa menemukan Letnan Jenderal Gani memiliki riwayat penyakit hipertensi atau biasa lebih dikenal dengan sebutan darah tinggi. Hal ini juga yang memicu penyakit vertigo menyerang lebih sakit penderitanya.

"Tolong berikan Letnan Jenderal Gani minuman jahe. Jahe bisa membantu menenangkan saraf yang tegang," Ifa menyelesaikan terapi bekam yang ia lakukan pada komandan Gani dan kembali membereskan alat medisnya ke dalam tas jinjing yang dibawakan Kolonel Fendra.
"Terimakasih, dan tolong maafkan sikap saya tadi," Letnan Jenderal Gani nampak malu saat mengungkapkan kalimat itu. Dan kini kondisinya benar-benar sudah membaik. Ia merasa kepalanya lebih enteng dan pemikirannya lebih jernih. Sungguh, ia begitu bodoh karena telah meremehkan gadis yang berpakaian anggun ini.

Ifa tersenyum tak menanggapi ucapan Letnan Jenderal Gani. Ia lalu berdiri hendak melanjutkan kembali perintah pengusiran Letnan Jenderal Gani.
"Tolong tetap tinggal disini, saya sungguh salah karena telah bersikap tidak sopan terhadap nona."

Ya. Bukankah memang begitu sifat manusia? Tidak akan merasa sungkan menarik kembali perkataannya disaat ia merasa perkataannya itu bisa memberi efek buruk terhadapnya.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang