Bagian 51

80 9 0
                                    

Ting,
From Om Dani
087788112xxx

Assalamualaikum, Lathifa ....
Pak Ahmad mendadak terkena serangan jantung.

____

Praannggg ....
Piring berisi sarapan pagi milik gadis berseragam serba coklat muda jatuh tanpa ada usaha menghentikan. Tubuhnya yang mungil luruh di hadapan pecahan beling. Ia genggam kuat-kuat benda pipih ajaib yang memberinya kabar.

"Rahma, kamu baik-baik saja?"

'Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Seseorang tolong katakan ... bahwa ayahku baik-baik saja.'

"Rahma?!"

Ifa merasakan sepasang tangan kokoh menyentuh kedua bahunya.

"Ada apa?" tanya pemilik tangan.

Nanar. Tatapan Ifa kabur, kabut hitam menghalangi pemandangan pria jangkung yang pagi ini berkaus merah yang ikut berjongkok di hadapannya.

"Rahma?!"

Ifa menepis sentuhan di pundaknya lalu tangannya ia arahkan untuk membereskan pecahan beling yang berserakan.

Zein mengambil alih gerakan Ifa tanpa bertanya. Ia membersihkan pecahan beling dan membawanya ke tempat sampah hotel. Setelah itu dia meminta salah satu OB yang bertugas untuk membantunya membersihkan sisanya dan memberikan beberapa lembar dollar untuk upah dan uang pengganti bagi piring hotel yang pecah.

Ifa masih terduduk lututnya lemas dan tubuhnya seolah kehilangan tenaga dan topangan.

"Rahma?!"
Zein mensejajarkan kembali tingginya dengan Ifa.

"Apa yang terjadi?" Tambahnya dengan menyodorkan botol minum.

Ifa memandang kosong uluran mineral yang Zein sodorkan.

"Ambil dan minumlah. Saya dengar air bisa membantu seseorang menjadi lebih tenang." Zein membuka segel tutup botol dan mengarahkannya kembali pada Ifa.

Ifa menerima uluran mineral Zein dan meminumnya sedikit.

"Saya baru tahu kalau kamu juga menginap di hotel ini," ujar Zein dengan membetulkan posisi berjongkoknya agar lebih terasa nyaman.

"Saya mau pulang hari ini," ucap Ifa lemah dan terluka. Ia lalu bangkit dan berjalan tertatih. Ayahnya membutuhkan dirinya yang tegar, tekan Ifa dalam hati.

Zein tak mencoba menghentikan langkah Ifa, tak juga berusaha meminta penjelasan. Ia cukup paham dengan kondisi yang mungkin terjadi terhadap teman setanah airnya itu.

***

Buram. Jauh dan terasa tak berujung. Kenapa? Tolong katakan ... kenapa?

Ifa berjalan menyusuri lorong hotel dengan menekan kuat semua prasangka buruknya. Ia lalu memutar knop pintu dan memasuki kamar sederhana tempatnya menginap di tanah Singapura selama hampir satu bulan ini.

Ifa meraih ranselnya dan dimasukannya kembali semua barang bawaan yang sempat ia keluarkan dari ransel.

Tess.
Bulir bening seakan tak mau memberi jeda pada gadis malang yang saat ini mencoba menegarkan diri.

Bruk.
Tubuh mungil itu kembali ambruk di hadapan tempat tidur kecil di kamarnya. Ia tutup wajahnya yang mendadak berderai air mata dengan tangannya yang bergetar.

"Allahuuu ...," rintihnya memohon kekuatan.

Ifa menyeka kasar air mata lalu bangkit dan menenteng ransel.

The True Traveller (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang