Selamat membaca 😊
Kembali pagi telah menunjukan hari. Kali ini tak ada temaram ataupun awan mendung. Segalanya telah berada di posisinya. Cerah dan tak terganggu.
Seperti raut wajah yang tercetak pada empat orang yang saat ini sedang menghabiskan waktu senggang di Yogyamart.
Tak ada lagi kesedihan, yang ada hanyalah gelak tawa kebahagiaan.
"Bisa main gak sih?" tanya Dirga yang sejak tadi terus meledek Ifa yang tak juga bisa memasukan bola ke dalam ring.
"Makannya, tumbuh tinggi itu ke atas bukannya ke Hongkong," lanjut Dirga.
"Berisik! Pergi sana!" Bentak Ifa sebal.
Diam. Dirga diam. Matanya yang tajam terus memperhatikan pergerakan gadis manis berpakaian serba coklat muda dihadapannya.
"Faa?" panggil Dirga.
"Hmm?" jawab Ifa yang tangannya sibuk menggesekan ID card pada sensor permainan.
"Kamu yakin mau pergi lagi?" tanya Dirga serius.
"Kenapa?" Ifa kembali bertanya.
Dirga menghela nafas,
"Fa, aku datang dari Kalimantan khusus buat ketemu kamu."Ifa menoleh,
"Lalu?""Bisakah kamu jangan dulu pergi? Setidaknya beri aku waktu agar aku bisa menghiburmu," jawab Dirga memelas.
"Aku tidak tau masalah apa yang sebenarnya sedang kamu alami. Dan aku tidak akan memaksamu untuk bercerita. Tapi kamu harus tau, bahwa aku akan ada jika kamu memerlukan seseorang," lanjut Dirga serius.
Ifa tersenyum, berterimakasih karena Dirga sudah mau mengerti. Namun tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.
Ifa lalu melangkah mendekati kak Harris dan kak Dila yang heboh memainkan permainan perang.
"Fa, kamu mau coba gak? Ini seru banget lho," ucap kak Dila dengan menyeka keringatnya.
"Enggak ah, kak. Kak Dila aja," jawab Ifa santai.
"Heh, maho? Berani main gak kau?" tantang kak Dila pada Dirga.
"Dasar rombeng! Mana sini tembakannya." Dirga mengambil senjata api khas mainan dari tangan kak Harris.
"Awas ya, kalau kalah jangan nangis," lanjut Dirga dengan langkah menggantikan posisi kak Harris.
"Kita lihat aja," balas kak Dila menantang.
Dan perang terheboh di zona permainan lantai ataspun di mulai.
Bukan hanya senjata api yang mereka gunakan untuk menyerang, mulutpun ikut berperan dalam menyudutkan lawan.
"Hey, ini wilayahku. Sana geseran!" Bentak Dirga pada kak Dila yang terus saja menyeret Dirga semakin pojok. Dan hal itu sukses membuatnya kurang konsentrasi.
"Dila rombeng, oon, geseran bego!" teriak Dirga sebal dan kesal.
"Heh, maho, adanya juga kau yang minggat sana. Ganggu orang aja," jawab kak Dila ketus.
"Eh, bego, kau lupa ya? Kau main game sama siapa oon?"
Kak Dila bungkam. Dia baru sadar bahwa lawan mainnya adalah si maho dari Kalimantan.
"Ga, lo bisa berhenti manggil adek gue oon gak? Meski dia emang agak lemot tapi dia tetep adek gue."
Kali ini kak Harris yang angkat suara dan Dirga menanggapinya dengan tertawa."Kak, kakak ini mau belain aku atau mau ngejek aku juga sih?"
Kak Dila merengut, tanda dia berada di ujung kekesalan."Kamu juga sih, La. Gak liat apa orang-orang udah gosipin kita?" Balas kak Harris serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Traveller (Revisi)
AdventureCover By Canva Template Cover by mystudio11 Elemen by Gia Leuterio from sketchify japan & alvindovicto from painting tools Font : Kollektif & Lotus Eater Sans SUDAH TAMAT _____________________________ Apa yang lebih sakit dari ini? Air mata yang te...