"Kenapa kamu kembali?" Zein mengambil kembali dua wadah hijau yang airnya telah sempurna berubah warna.
"Bukankah kamu harus pulang?" Lanjut Zein dengan membawa air campuran darah melahirkan itu ke arah Ifa yang sedang mencuci tangan di wastafel terbuka.
Zein yang melihat Ifa mulai selesai mencuci tangan, menyimpan wadah bawaannya ke tanah dan menyodorkan sapu tangan jingga yang ukurannya lebih tebal dan Ifa menerimanya tanpa berniat protes.
"Dia membutuhkan seseorang yang bisa menolongnya." Ifa mengelap tangannya yang mulai berkerut dengan lap tangan yang diulurkan Zein. Lalu mundur untuk memberi ruang bagi Zein yang ingin menumpahkan air bekas pakai yang ia bawa.
"Bukankah dia yang di Indonesia juga membutuhkanmu?" Zein menyimpan dua wadah hijau itu di tepi wastafel.
Dan, byuurrr ....
Air kotor dalam wadah yang dibawa Zein, ia tumpahkan ke dalam wastafel."Ayah saya terkena serangan jantung dan menurut informasi yang saya dapat, dia sudah dilarikan ke Rumah Sakit. Sedangkan Ibu Rosalina belum menemukan pertolongan yang tepat," terang Ifa dengan sedikit gamang. Sebab ia belum mendapat kabar bagaimana kondisi ayahnya sekarang. Dan untuk bisa kembali ke Indonesia, Ifa memerlukan beberapa hari sampai tiket yang ia pesan bisa ia terima.
"Apa itu sebabnya kamu berbalik arah dengan sambil mengusap kasar air mata?" Zein menggosok bagian dalam wadah hingga bisa dirasakan wadah hijau itu sudah tidak licin dan bau anyirnya berkurang.
Ifa tersenyum kecil, perasaan memiliki tanggung jawab itu entah mengapa terasa lebih menyiksa daripada kekhawatiran yang ia rasakan terhadap ayahnya.
Ifa berjalan meninggalkan Zein tanpa memberi jawaban. Cukup Allah saja yang tahu, betapa rapuhnya ia di saat itu.
"Terimakasih," ucap tulus sosok gadis jangkung berpashmina biru yang tiba-tiba memeluk Ifa tanpa aba-aba. Dan setelah berkenalan, kini Ifa bisa memanggilnya dengan panggilan Akak Laila, gadis Melayu nan ayu.
Ifa mengelus punggung Akak Laila berusaha menenangkan tangis haru yang pecah dan bisa Ifa dengar dengan jelas di gendang telinganya.
"You save my mom," lirihnya penuh syukur.
*(kamu menyelamatkan ibuku)
Ifa terdiam. Entah mengapa luapan haru yang dirasa lawan bicaranya, mengalir dingin mendamaikan kegelisahan tentang ayahnya yang menyemai di hati.
"Akak, terimakasih ye," tambah anak laki-laki yang Ifa tafsir berusia 16 tahun dengan logat Melayu yang khas dan jelas.
Sang kakak yang memeluk Ifa mulai melepaskan diri dan berjalan mendekati adiknya, Zakir.
"Please, follow us." Sesosok laki-laki paruh baya berjas biru gelap datang ikut bergabung melambungkan haru yang menguap di permukaan.
Ifa tersenyum, dia adalah Mr. Rais, suami dari ibu hamil yang Ifa bantu dan ayah dari Akak Laila dan Zakir. Mereka adalah keluarga Melayu yang berasal dari Malaysia.
Dan Mrs. Rosalina sudah dilarikan ke Rumah Sakit setelah proses persalinan berjalan lancar.
"Ikutlah dengan saye, Akak ...," ucap Zakir memohon.
Ifa menunduk, ia termenung sebab sejak selesai membantu Mrs. Rosalina bersalin, suami dari wanita yang Ifa bantu itu terus saja meminta dirinya untuk ikut ke Malaysia. Alasannya ingin berterimakasih dengan baik dan menjamu Ifa dengan terhormat. Padahal Ifa sudah menolak berulang-ulang dan mengatakan tidak apa-apa.
"Lathifa nanti bisa tidur bareng saye," tambah akak Laila.
Ifa hanya terdiam. Hatinya ingin segera pulang dan berjumpa dengan dia sosok terkasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Traveller (Revisi)
AdventureCover By Canva Template Cover by mystudio11 Elemen by Gia Leuterio from sketchify japan & alvindovicto from painting tools Font : Kollektif & Lotus Eater Sans SUDAH TAMAT _____________________________ Apa yang lebih sakit dari ini? Air mata yang te...