"Tidak .. tidak .. kau tidak akan meninggalkanku kan?"
Dirga mengguncang pelan bahu Ifa yang matanya kembali terpejam.
Dirga putus asa, tak ada reaksi dari tubuh yang ia guncang.
Dia lalu mengecek nafas Ifa,
"Tidak ada .. ba .. bagaimana ini?"
Dirga mulai merasakan kembali cengkraman kuat di dada kirinya.
"Tidak ... kumohon.. " Dirga lalu mencoba mencari tanda-tanda kehidupan Ifa dari nadinya."Ya, kau ... kau pasti tidak akan mati dengan cara seperti ini ... kau hidup, a .. ku senang .. tolong bertahanlah ..."
Dirga mengusap setitik air mata haru di kedua matanya dan mengucap syukur berulang-ulang.Pukk,
"Brigjen Dirga, diluar sudah ada pesawat yang siap membawa nona Ifa ke Jakarta. Dia memerlukan perawatan intensif." Mayjen Syarif menepuk pundak Dirga dan memintanya membawa Ifa yang sudah tak sadarkan diri menuju pesawat yang sudah siap terbang ke Jakarta.
Dirga mengangguk lalu mengangkat tubuh Ifa yang selama ini selalu menepis jika ia berusaha menyentuhnya."Hey, apa kau ingin tau? Letnan Jenderal Gani kau buat berdecak kagum karena taktik siasat yang kau usulkan pada Mayor Jenderal Syarif dan Mayor Jenderal Syarif sendiri berhasil kau buat menampakan wajah sedihnya saat melihat kau ambruk dihadapannya." Dirga mempererat rangkulannya pada tubuh mungil Ifa.
"Kau membuat Kolonel Fendra memukul tembok karena merasa gagal menjadi mas yang baik untukmu, kau juga membuat Kolonel Ella yang tak memiliki ekspresi itu menangis histeris. Ahh dan ya, kau juga membuat perawat cerewet Sarah bungkam saat mendengar kabar kondisimu saat ini. Dan Kolonel Syahid, si jarang menampakan muka itu berlari kencang kesini dan meneriaki Hendrik teman dekatnya dulu yang sudah tak bernyawa dengan terus menyuarakan kemarahannya tentang tindakan kejamnya padamu." Dirga menatap lekat putri tidur yang berada dipangkuannya."Dan aku ... " Dirga menarik nafas, ada setitik bulir bening di sudut kanan matanya.
"Kau membuatku merasa ingin sekali mencopot saja jantungku .. Dia menyiksaku dengan perasaan sakit setiap kali melihat kearahmu yang tak juga membuka mata."
Dirga memejamkan mata sesaat lalu menghembuskan nafas pilu. Ingatannya melayang pada saat dimana dia menyaksikan sendiri seorang gadis kecil berpakaian serba coklat muda dengan cadar hitam berulang kali terkena serangan mematikan dari lawan yang memiliki bobot tubuh lebih besar.Dirga saat itu benar-benar ingin sekali berlari kearah Ifa dan menyelamatkan gadis yang saat pertama kali bertemu ia beri julukan gadis merah maroon. Tapi sayang, posisinya saat itu benar-benar tidak menguntungkan keinginannya ini.
Jaraknya dengan sosok yang ingin dia tolong cukup jauh dan diantara jarak itu terjadi baku tembak yang cukup serius. Jika ia nekad berlari kearah Ifa, bisa dipastikan ia akan ambruk atau bahkan meregang nyawa sebelum mencapai tujuannya.Terlebih lagi saat itu posisinya benar-benar berada pada kondisi dimana Dirga tidak bisa menolong Ifa. Kolonel Ella yang juga menyaksikan Ifa diserang secara brutal oleh Hendrik mendadak tidak fokus saat bertarung dengan lawannya. Akibatnya Kolonel Ella hampir kehilangan kepala jika saja Dirga tidak datang membantu. Dan disaat Dirga menendang lawan yang hendak menebas leher Kolonel Ella, disaat itu pula kolonel Ella menyaksikan kepala Ifa dihantam keras lawannya.
Kolonel Ella berteriak histeris sontak Dirga mengarahkan mata mengikuti arah pandang Kolonel Ella dan menemukan sebuah senjata api mengarah tepat ke arah kepala Ifa.Tapi untunglah Mayjen Syarif sudah ada disana dan menggagalkan rencana Hendrik yang ingin menembak kepala Ifa. Mayjen Syarif melempar senjata api kosong ke arah kepala Hendrik dan membuat tembakannya meleset ke arah kaki Ifa.
"Brigadir Jenderal Dirga, boleh bila saya saja yang membawa adik Ifa? Dia pasti akan marah jika tau ada laki-laki yang bukan muhrim menyentuhnya."
Kolonel Ella membuyarkan ingatan Dirga.
"Bisakah untuk kali ini saja saya yang membawanya?"
Dirga benar-benar tidak ingin berjauhan dengan sosok gadis mungil yang kini berada dipangkuannya. Dia masih merasa trauma karena membiarkan Ifa sendirian dan diserang Hendrik.
![](https://img.wattpad.com/cover/162141702-288-k13209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Traveller (Revisi)
AdventureCover By Canva Template Cover by mystudio11 Elemen by Gia Leuterio from sketchify japan & alvindovicto from painting tools Font : Kollektif & Lotus Eater Sans SUDAH TAMAT _____________________________ Apa yang lebih sakit dari ini? Air mata yang te...