31 🥀 Sebuah Nasihat

7.1K 242 6
                                    

LOBBY HOTEL DENTA : 09.08

“ga bareng ayah kamu?” tanya Herman.

Kesunyian menyelimuti percakapan mereka. Pertanyaan itu cukup sensitive untuk Darius, namun dengan mudah Darius membalasnya dengan ekspresi palsunya. Haris hanya diam mendengarkan percakapan mereka.

“masih dirumah” jawab Darius. “saya ga mau ngebahas dia”

“maaf” ucap Herman dengan wajah sedihya. “ini temanmu? Namamu siapa?”

“Haris om” jawab Haris sambil menjabat tangan Herman.

“salam kenal ya, saya omnya Darius.”

“iya om.”

“yaudah sekarang kalian pergi kekamar kalian, sudah om bayarin” ucap Herman sambil memberikan kartu mengkilap dari saku celana bahan hitamnya. “ini kartunya, dilantai 7 ya nomer 542”

“makasih om. Kok om ga ikut?” tanya Darius bingung.

“mau ngurus tamu om dulu” jawab Herman sambil melirik ke arah bodyguard dan lelaki aneh yang tadi diomongin oleh Darius dan Haris.

“hah tamu?” tanya Darius.

Omnya itu hanya menganggukan kepala dengan senyum simpul menghiasi wajahnya. Darius dan Haris sama-sama terkejut lalu melirik lelaki yang dari tadi masih memperhatikan mereka.  Melihat wajah Darius penuh tanya dan meminta penjelasan lebih lanjut akhirnya Herman memanggil nama seorang bodygruard untuk menyuruh mereka semua mendatanginya.

“eh om ngapain?” tanya Darius kaget.

“ngenalin tamu om ke kalian” jawab Herman santai.

“emang dia siapa om?” tanya Haris ikut panik bercampur penasaran.

“anak om” jawab Herman sambil memamerkan gigi putih rapihnya. “anak angkat om lebih tepatnya”

Darius terbelalak mendengar jawaban dari omnya. Bagaimana bisa omnya itu mengangkat seorang lelaki yang berumur sekitar 17 tahun menjadi anaknya? Bukannya omnya itu sudah menikah? Lalu kenapa malah anak angkat? Darius tak mengerti, dia butuh penjelasan lagi.

Namun saat Darius hendak bertanya, tiba-tiba seorang anak laki-laki berdiri disamping Herman hingga sekarang tatapannya tak terlepas dari Darius. Beberapa bodyguard berdiri dibelakang Herman dan anak angkatnya itu.

“kenalkan dia adalah Brian Ayers Ainsley, panggil dia Brian” ucap Herman.

Darius dan Haris masih diam berdiri dengan tatapan tajam menatap Brian, begitu juga Brian dia tak kalah menatap kedua orang yang sedang diperkenalkan dengan ayah angkatnya. Hingga akhirnya Herman menepuk pundak Brian untuk menghentikan tindakan tak sopannya.

“Brian, sapa dia!” perintah Herman.

“hallo” sapa Brian cepat.

“gue Darius, dia Haris teman gue” sapa Darius balik sambil tersenyum tipis. Lalu berniat ingin menjabat tangan Brian, namun Brian hanya menatap intens telapak tangan Darius tanpa bekedip.

“jabat tangannya Brian, dia adalah saudaramu” ucap Herman menyadarkan Brian. Dengan cepat Brian membalas jabatan tangan Darius lalu tersenyum ramah.

“senang bertemu dengan mu” ucap Brian.

“gue juga”

Setelah bekenalan Hermanpun menyuruh bodyguard yang setia berdiri itu membawa Brian ke kamar hotel yang dipesan oleh Herman. Dengan anggukanpun beberapa bodyguard dibelakang Brian menyuruh Brian pergi dari lobby hotel.

“istirahat disana, kamu pasti capek” ucap Herman sambil menepuk pundak Brian lembut.

Brian hanya mengangguk-anggukan kepalanya lalu melirik sekilas Darius dan Haris lalu melangkahkan kakinya meninggalkan lobby hotel dan menuju lift hotel. Darius yang melihat kepergian saudara angkatnya itu hanya diam penuh kecurigaan.

The Bad Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang