89 🥀 Hilang Ingatan

4.5K 153 12
                                    

DIKAMAR DARIUS : 23.06

Darius mengerjapkan matanya beberapa kali dengan susah payah. Kesadarannya secara tiba-tiba bangkit denga  kepalanya yang terasa sakit seperti dipukul.

Merasa berada ditempat berbeda dan tak terasa asing. Darius mengfokuskan penglihatannya lurus kearah langit-langit ruangan itu yang seperti kamarnya.

"ugh.. pusing.." desis Darius dengan suaranya yang berat sambil memijat pelipis kepalanya.

"Darius?" panggil Haris yang sejak tadi menonton film action di televisi Darius dan tanpa sengaja mendengar suara Darius.

"ris? Kok bisa disini?" tanya Darius kaget.

"gue datengin lo ke bar tadi" jawab Haris cepat dan kini melangkahkan kakinya menuju Darius. "cepet banget lo sadarnya?"

"ga tahu juga gue" jawab Darius cuek lalu mengangkat badannya dan menyenderkannya.

"gue ambilin air dulu" ucap Haris lalu pergi meninggalkan Darius.

Darius yang tak bisa banyak bicara apa-apa dikarenakan kepalanya masih sakit hanya bisa melirik Haris pergi.

"apa gue ngelakukan hal bodoh? Gue mabuk berat lagi?" Batin Darius kesal.

"woi yus! Lo udah bangun ternyata?" sapa Jack yang baru keluar dari kamar mandi dan melihat Darius terbangun.

"kalian bertiga kesini? Makasih" ucap Darius.

"tenang aja, kita nginep disini buat nemenin lo" jawab Jack sambil melemparkan cengirannya pada Darius.

"besok bagi raport kan? Lo bertiga mau masuk sekolah?" tanya Darius menatap Jack dan Karel yang sedang tidur.

"masuk. Sekarang anak murid harus mendampingi orang tuanya dalam mengambil raport" jawab Jack menatap Darius cemas.

"ohh" ucap Darius tak mau diperpanjang.

Biasanya jika Darius mendekati pekan ulangan, dirinya selalu ditemani om Herman. Apapun pelajarannya, om Herman selalu membantunya dan mengajarinya. Tak hanya sekedar pekan ulangan saja, tapi om Herman bersedia mewakili keluarga Darius untuk mengambil raportnya. Walaupun tak selamanya.

"Darius kangen om" Batin Darius menatap kosong lukisan sederhana dikamarnya.

"ini yus" ucap Haris yang datang dengan segelas air hagat dan makanan untuk Darius.

"makasih ris" balas Darius kini menatap Haris. "orang tua lo dateng ris?"

"dateng. Mungkin mama" jawab Haris cepat sambil menatap kedua mata Darius yang terlihat berwarna coklat.

"tadi matanya warna hijau? Mungkin gue salah lihat" Batin Haris.

"kira-kira raport gue bakal diambilin sama ayah gue ga ya?" tanya Darius tiba-tiba.

"pasti! Dia sekarang sudah berubah yus" jawab Haris menyakini Darius. "gue yakin dia bakal datang ke lo lebih dulu"

"benarkah? Gue ga terlalu banyak berharap. Gue ga mau menyakiti hati Rudy" ucap Darius lalu meneguk segelas penuh air yang diberikan oleh Haris.

"tapi lo ga boleh menderita terus yus!"  seru Jack kesal.

"bukan gitu Jack. Awalnya gue hanya merasa kecewa dengan ayah gue yang pengecut lalu meninggalkan gue sejak kecil, tiba-tiba datang kembali seolah-olah tak bersalah. Itu yang membuat gue kesal dan tak mau kembali padanya karena gue sudah terbiasa sendiri" balas Darius tegas.

"lalu kaitannya dengan Rudy kenapa?" tanya Jack tak mengerti.

"dia kesal sama gue karena ulah gue yang selalu nolak kehadiran ayah gue menjadikan ayah gue lupa dengan Rudy dan keluarganya" jawab Darius.

The Bad Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang