KAMAR HOTEL : 17.58
Darius dan ketiga teman-temannya kini tengah mempersiapkan penampilan mereka masing-masing. Darius, Haris dan Jack memakai setelan jas berwarna hitam sedangkan Karel, dia lebih memilih setelan jas berwarna biru dongker. Sejak dulu, teman Darius itu sangat menyukai pakaian yang berwarna biru dongker, entah kenapa.
Sedangkan Herman, omnya itu hanya duduk disofa sambil memainkan alat elektronik seperti handphone namun ukurannya sekitar 3 kali lebih besar dibanding handphone.
Darius yang sejak tadi memperhatikan omnya itu langsung menghampirinya dan menegurnya. Herman yang menyadari kehadiran Darius langsung mematikan alat canggih itu dan langsung menatap keponakannya sambil tersenyum simpul.
"ada apa?" Tanya Herman.
"om sampai kapan di Indonesia?" Tanya Darius tiba-tiba.
Herman adalah seorang ilmuan yang bekerja di Amerika. Hidupnya sudah terbilang cukup baik, karir yang lancar, bisa membantu orang lain, berkeluarga, dan pasti memiliki masa depan yamg cerah. Namun terkadang kita melihat seseorang dari sisi luar tanpa tahu sisi lainnya.
Sama halnya dengan ekspentasi dan realita yang suka tak bersahabat. Itu yang dialami oleh Herman. Omnya itu sudah lebih dari 10 tahun menjadi seorang ilmuan, tergolong sangat muda ya? Sejak SMP, Herman ingin menjadi ilmuan karena sangat menyukai pekerjaan itu hingga akhirnya sekarang mimpinya itu terwujud.
Tiap ada panggilan, Herman langsung pergi ke negara lain sesuai dengan perintah. Meninggalkan istrinya yang merupakan tante dari Darius yang bernama Bella. Saat Darius duduk dibangku SMP, dia mendengar kabar bahwa tante Bella melahirkan. Darius sangat bahagia akhirnya dia mempunyai seorang saudara namun entah kenapa tak ada kabar lagi hingga tadi pagi dia bertemu dengan Brian, sosok yang ditunjuk oleh Herman untuk menjadi anak angkatnya.
"memangnya kenapa Darius?" Tanya herman yang membuat lamunan Darius buyar.
"saya ingin om tinggal disini, nemenin Darius" Jawab Darius.
"untuk sementara om bisa tinggal di Jakarta, namun jika ada panggilan om langsung pergi" ucap Herman. "kamu ga bakal kesepian, toh teman-temanmu sepertinya setia"
"itu sih pasti" balas Darius. "om?"
"ya?"
"apa nanti malam bakal jadi malam pengakuan?" Tanya Darius dengan wajah yang sangat serius. Membuat Herman seketika jadi bingung.
"pengakuan?" Tanya Herman.
"pengakuan saya adalah anak kandung dari seorang CEO perusahaan asing, dan mempunyai 2 saudara tiri yang kebetulan satu sekolah dengan saya" Jawab Darius dingin.
Sebenarnya sejak dulu Darius menunggu momen itu. Momen dimana dirinya dianggap dan menjadi anggota didalam keluarga barunya itu, tapi kesendirian, kesunyian, dan kegelapan sudah membutakannya. Kini lelaki itu sudah tak menginginkan identitas itu, dia lebih memilih untuk menjalani hidupnya sesuai angkahnya sendiri. Itulah Darius.
"menurut om begitu" ucap Herman sedikit lesu dari suaranya.
"kenapa menurut om? Hanya om saja yang berfikir seperti itu? Menginginkan itu?" Tanya Darius cepat. Sepertinya emosinya akan bangun.
"om belum bertemu dengan ayahmu semenjak menginjak kaki di Indonesia, jadi-"
"om pengen nanyak ke dia dulu? Begitu?" Potong Darius.
"om ga mau salah langkah dan berbuat kesalahan" Jawab Herman. "jika ayahmu memberitahu padaku bahwa nanti dia akan mengakui dirimu maka aku akan mendukungnya"
"jadi om nunggu rencana dia?" Tanya Darius lagi.
"iya, maaf Darius. Dia tetap ayahmu jadi om-"
"cukup, saya paham. Om ga salah" Potong Darius lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy ✓
Fiksi Remaja[COMPLETED 2020 & REPUBLISH 2024] Sinopsis The Bad Boy : Berawal dari kisah duka dan kelabu yang menjadi dendam sampai berakhir di geng motor besar bernama INVICTUS yang dalam bahasa latin berarti tak terkalahkan. Sosok lelaki yang temperamental mem...