57 🥀 Pesan Terakhir

5.3K 188 14
                                    

DIRUMAH SAKIT : 08.49

Martinz berlari kencang seperti orang gila yang tengah kesurupan. Bagaimana tidak? Sejak Martinz memarkirkan mobilnya tepatdidepan rumah sakit, dia langsung berlari hingga kini kakinya terasa lemas didepan pusat informasi rumah sakit.

“maaf, ada pasien yang bernama Herman? Beliau di bawa kerumah sakit tadi malam” ucap Martinz dengan nafas tersengal-sengal. Keringatnya bercucuran membasahi dahinya.

“ada, dikamar VIP lantai 3 nomer 14. Namun anda belum bisa menjenguknya” jawab suster yang menjadi bagian pusat informasi itu.

“kenapa?” tanya Martinz bingung.

“pengawal keamanan tidak mengizinkan siapapun untuk bertemu dengannya” jawab suster itu lagi. Yang tanpa sengaja membuat Martinz kesal.

“saya anak dari kerabat Pak Herman tak bisakah saya pergi menemuinya? Walau sebentar saja? Ini penting!” ucap Martinz kesal.

“maaf, pihak sakit sudah bekerja sama dengan pihak keamanan. Kami tak bisa melanggar aturan yang sudah ditetapkan” balas suster itu dengan wajah iba.

“kalau begitu saya sendiri yang akan berhadapan dengan pengawal keamanan itu!” ucap Martinz tajam. Lalu meninggallkan pusat informasi itu dan pergi menuju lift yang terletak tak jauh dari sana.

Sejak mobilnya memasuki area rumah sakit itu Martinz sudah bisa melihat dengan jelas banyak mobil polisi dan mobil bermerk BMW berwarna hitam yang terparkir didepan pintu masuk rumah sakit itu dan bahkan ada beberapa polisi juga yang berjaga didepan lift dan tiap lorong dirumah sakit.

Namun nyali Martinz tak menciut sama sekali. Dirinya sudah bertekad untuk bertemu dengan Herman apapun resikonya. Sudah lama sekali Martinz tak bertemu dengan sosok yang dianggap dia adalah pengasuh dan keluarga kedua, hingga kini dia ingin bertemu dengan Herman yang sedang dalam kondisi tak baik.

“mau kemana nak?” tanya sosok pengawal yang mengenakan setelan jas hitam dengan alat komunikasi yang tertempel dibelakang telinganya. Sejak Martinz sudah sampai didepan pintu kamar bernomer 14 itu, pengawal keamanan langsung memberhentikan langkahnya.

“mau masuk” jawab Martinz cepat lalu kembali melangkahkan kakinya tanpa menatap 2 pengawal keamanan itu. Namun lagi-lagi Martinz terpaksa berhenti saat tangan kekar bodyguard itu menahan lengannya.

“kamu tak bisa masuk” ucap bodyguard itu.

“ga bisa? Dulu saya adalah anak kecil yang diasuh olehnya! Dan tadi pagi saya mendengar berita dan kondisi paman Herman oleh karena itu saya mau menemuinya!” bentak Martinz kesal.

“maaf ini demi keamanan dan kenyamanan Pak Herman” ucap Bodyguard yang tak mau mengambil resiko.

“kalian berdua pikir saya akan membahayakan keluarga saya sendiri? Saya sudah menganggap paman Herman adalah keluarga!” balas Martinz lagi sengit.

“cukup! Beri dia jalan masuk!” perintah Bagio yang baru saja sampai dilantai 3. Kini pengawal dan asisten setia Herman berdiri dibelakang Martinz sambil membawa beberapa dokumen. “dia adalah anak dari Mayes, keluarga Aiken. Beri dia masuk”

“maaf Bagio, kami hanya khawatir” ucap Bodyguard itu memohon maaf.

“tak apa, saya maklumi. Kamu datang sendiri?” tanya Bagio kini menatap Martinz.

“iya, abang saya kerja. Sedangkan Pak Smith, dia sedang pergi entah kemana” jawab Martinz cepat.

“kalau begitu ayo masuk, saya akan menemanimu”  balas Bagio lalu melangkahkan kakinya melewati dua temannya tadi dan membuka akses masuk pintu kamar VIP itu.

The Bad Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang