51 🥀 Ketukan Pintu

5.7K 188 3
                                    

“sekarang lo mau kemana?” tanya Haris pada Darius yang terlihat banyak pikiran. Tentu saja, lelaki itu memikirkan maksud dari Derek yang mengajaknya bekerja sama mulai saat itu.

“gue boleh nginep dirumah lo?” tanya Darius menatap Haris lesu.

“lo ga ada niatan mau pulang?” tanya Haris membalas tatapan Darius dengan tajam.

Darius langsung bungkam. Sebenarnya dia ingin menemui ayahnya itu dan menyuruhnya pulang kekeluarga barunya akibat perkataan Rudy tadi sore. Namun entah kenapa Darius lebih merasa dia tak ingin menemui ayah itu agar ayahnya kembali mengingat kenangan rumah itu. Anggap saja Darius egois, sepertinya memang begitu.

“kita ga maksa lo pulang  yus tapi ayah lo dan om Herman terus nyuruh lo pulang” ucap Jack membuyarkan lamunan Darius.

“bener. Mungkin saatnya lo pulang yus dan bicarain baik-baik” tambah Karel sambil menepuk pundak Darius.

“dalam keadaan kayak gini?” tanya Darius sengit. “gue ga perduli dia bakal marah dan ngebentak gue, tapi yang ada urusan ga bakal dibicarain baik-baik”

“kalau gitu lo nginep dirumah gue aja” saran Haris cepat lalu berjalan menuju mobil Kimtae.

“lo bakal baik-baik aja” ucap Jack mencoba menenangkan Darius lalu menyusul Haris.

“ngomong-ngomong, besok kita bakal omongin masalah PRIFORT bareng yang lain?” ucap Karel.

“kumpulin semuanya nanti di warung belakang sekolah, gue nanti nyusul” jawab Darius.

“ga di posko?” tanya Karel kaget.

“jangan dulu” jawab Darius cepat. “gue bakal ngecek posko besok pagi”

“benar juga, lokan ga sekolah” ucap Karel. “yaudah, nanti hubungin gue atau yang lain aja”

Darius membalas dengan menepuk pundak Karel lalu mengeluarkan kunci motornya. Mereka semua sudah keluar dari gudang pabrik minyak itu dan pergi kerumah masing-masing, kecuali Darius. Lelaki itu akhirnya memilih untuk menginap dirumah Haris sampai kondisi wajahnya kembali membaik dan menemui ayahnya.

DIRUMAH DARIUS : 20.49

Hendrick selalu menggenggam handphonenya yang menampilkan sebuah lockscreen foto lama. Ditemani secangkir kopi dan mie yang disajikan didalalam mangkuk. Terlihat jelas asap dari mie itu sudah tak ada yang menandakan mie itu sudah dingin.

Drett.. Drettt..

“hallo?”

"hallo, selamat malam. Benar ini dengan pak Hendrick?"

“ya benar, bagaimana pak?”

"pesanannya sudah sampai pak, didepan rumah nomer 14"

“oke. Terima kasih”

"terima kasih juga pak, selamat malam"

Tutt.. Tutt..

Panggilan Berakhir.

Setelah panggilan itu, Hendrick langsung berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju pintu rumah itu. Saat membukanya, seseorang tengah berdiri didepan pagar rumah itu dan menunggu sang pemilik rumah.

“malam pak, ini pesanannya” ucap sang pengirim sambil melirik pintu rumah Darius dengan wajah penasaran.

“malam, terima kasih.” Balas Hendrick yang merasa sang pengirim itu mencurigakan.

“ini pak kembaliannya” ucap sang pengirim sambil menyerahkan uang bernilai 22 ribu.

“tak usah, ambil saja” tolak Hendrick cepat.

The Bad Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang