56 🥀 Sebuah Pesan Masuk

5.4K 193 10
                                    

DIRUMAH MARTINZ : 07.14

Martinz baru bangun dari tidurnya dan langsung menuruni tangga menuju ruang makan untuk memenuhi keinginan perutnya, karena sejak bangun tadi dia merasakan suara aneh didalam perutnya.

Pagi itu rumah Martinz terlihat sepi dan sunyi karena hanya ada dia dan Pak Smith, yang merupakan asisten sekaligus pengawal setia Martinz sejak dia kecil. Namun saat Martinz menginjakkan kakinya dilantai itu dia belum juga melihat pak Smith dan juga sarapan yang belum dipersiapkan untuknya. Biasanya pak Smith sudah mempersiapkannya, lalu kenapa pagi ini tumben sekali?

“pak Smith?!” panggil Martinz sambil menatap lorong kosong rumahnya.

“hallo??!! Pak Smith!!” panggil Martinz sekali lagi dan kini suaranya dinaikkan.

kemana sih dia?” batin Martinz bingung.

Akhirnya karena Martinz sudah tak bisa menahan rasa laparnya, dia langsung saja membuat sarapan sendiri. Sebenarnya dia terpaksa karena tak biasanya dia membuat sarapan sendiri dan lagi pula Martinz tak bisa masak.

"sial, kemana coba bapak tua itu??” tanya Martinz kesal.

Sekitar 10 menitan Martinz membuat roti bakar dan hasilnya tak begitu mengecewakan. Mungkin karena rasa lapar yang hebat, rasa gosong itupun tak begitu dia rasakan. Karena bosan sambil menunggu Pak Smith, Martinz menyalakan televisi di ruang tengah sambil memainkan handphonenya.

Penyerangan di Hotel Denta tadi malam mengakibatkan Hotel ini ditutup untuk umum sementara.

Suara reporter di acara berita utama itu langsung membuat Martinz mengangkat kepalanya dan membaca judul berita mengagetkan itu. Teror di Hotel Denta.

“apa?! Tadi malam?” teriak Martinz tanpa sadar.

Identitas sosok teroris yang diduga menyebabkan penembakan dan sabotase di Hotel Denta, tadi malam masih disembunyikan oleh pihak kepolisian dan pihak yang bersangkutan.

Namun menurut beberapa sumber, salah satu ilmuan yang berasal dari Amerima menjadi korban penembakan  dan dilarikan ke rumah sakit Retro tadi malam.

apakah paman Herman?” batin Martinz kaget.

Martinz langsung berfikir dengan cepat. Waktu berada dipesta Hotel Denta tak lama itu Martinz sempat bertemu dengan kawan lama ayahnya dulu, om Herman. Namun sayangnya Martinz belum sempat bersalam sapa dengan Herman karena kondisi dan situasi yang tak memungkinkan saat itu.

Tak ada lagi informasi yang dapat disampaikan setelah ini kembali ke jadwal perkiraan cuaca hari ini.

“ditutup oleh pihak kepolisian dan pihak tertentu? Pasti sosok serba hitam itu” ucap Martinz.

Tanpa menunggu apa-apa, Martinz langsung bangkit dari duduknya, mematikkan televisi dan pergi ke kamarnya untuk mandi lalu mempersiapkan diri untuk ke rumah sakit Retro. Rasa penasarannya langsung mengusik diri Martinz saat berita itu muncul. Dan dia juga mengkhawatirkan kondisi om Herman.

Pasti kalian bertanya-tanya sebenarnya apa hubungan keluarga Martinz dulu dengan Herman yang merupakan omnya Darius? Dulu saat kejadian kelam pembunuhan ayahnya Martinz, dia dibawa oleh abangnya untuk menemui Herman yang merupakan kawan lama ayahnya.

Martinz di tenangkan oleh Herman, melalui masa trauma bersamanya dan menganggap mereka berdua adalah keluarga. Martinz yang saat itu masih kecil belum tahu rasa berterima kasih yang besar untuk Herman karena sejak kejadian ayahnya dibunuh tepat didepan matanya, Martinz menjadi sosok yang tertutup dan ansos.

Namun sejak menginjak remaja, dirinya semakin yakin jika om Herman membantu dirinya dengan tulus bahkan membantu pemakaman ayah dan ibunya dengan layak.

The Bad Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang