52 🥀 Misi Menyelamatkan

5.8K 201 23
                                    

Tokk.. Tokk.. Tokk..

Suara ketukan pintu kamar hotel itu semakin keras dan mendesak. Herman yang masih memegang handphonenya langsung kembali ke telephone masuk dari Bagio yang dari tadi belum diakhiri.

“Bagio! Siapa yang ada diluar kira-kira?!”

"mohon tunggu pak! Jangan dibuka! Bersembunyilah!"

“tunggu apa??!! Anda sedang di Amerika! Persetan dengan perkataanmu itu!"

"kami mengirim tim untuk menjemput  bapak!"

Herman tak fokus. Rasanya seperti sedang gempa bumi. Pikiran dan tindakannya tak selaras, kedua kupingnya seakan ditutup oleh rasa takut sehingga dirinya hanya diam saat Bagio berkata seperti itu. Namun pikirannya terus berjalan, berputar ke seluruh kepala Herman sampai akhirnya dia menuju ke laci meja dan membukanya dengan buru-buru.

 Namun pikirannya terus berjalan, berputar ke seluruh kepala Herman sampai akhirnya dia menuju ke laci meja dan membukanya dengan buru-buru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Didalam laci itu terlihat banyak senjata, dengan cepat Herman mengambil sebuah benda hitam legam dan digenggam erat oleh tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih setia menempelkan handphone ditelinganya. Berawal dari ketukan hingga sekarang ketukan itu hilang dan diganti dengan pukulan yang cukup keras.

“saya akan mencoba mengintip di lubang pintu”

"mohon hati-hati pak!"

Dengan cepat dan penuh kewaspadaan Herman melangkah pelan-pelan menuju pintu kamar itu. Suara pukulan dan ketukan yang keras tadi semakin memelan hingga akhirnya berhenti saat Herman sudah berada diambang pintu.

“mereka sudah tidak mengetuk lagi”

"apa? Mereka pergi?"

“sebentar..”

Herman mendekatkan wajahnya di tengah pintu, lebih tepatnya di lubang kecil yang selalu ada di pintu kamar hotel manapun. Perlahan-lahan dan pasti, akhirnya Herman menutup mata kanannya dan mengintip menggunakan mata kirinya.

“tunggu, apa? Mereka kemana?”

"apa benar pak?"

"ya. Sudah tak didepan pintu lagi"

"jangan percaya dulu pak, mohon tetap didalam dan berhati-hatilah!"

“saya sudah memegang pistol! Tenang saja!”

"lalu anda apakan? Apa yang anda lakukan dengan hanya sebuah pistol?"

“kau meremehkan kemampuanku?!”

"bukan begitu pak! Bisa saja itu adalah sebuah jebakan!"

Herman mendengus kasar. Kemana orang-orang aneh yang mengetuk dan memukul pintu kamar Herman dengan keras tadi? Kenapa saat Herman mengintip mereka semua menghilang? Apa yang sebenarnya terjadi?

Bipp.. Ceklek..

Apa yang sebenarnya Herman lakukan? Kenapa malah dibuka pintu itu?! Rasa penasaran mengrogoti pikirannya, hal itu yang membuat Herman lebih memilih membuka pintunya dan mencari tahu siapa yang melakukan itu. Namun hasilnya nihil. Didepan kamarnya tak ada seorangpun disana, bahkan dilorong hotel itu juga sepi.

The Bad Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang