"Percayalah bahwa pertemuanlah yang mendekatkan kita pada takdir Tuhan."
Sinar matahari mulai memasuki cela-cela gordeng jendela kaca, kamar gadis cantik yang masih terlelap tidur memeluk boneka kesayangannya. Padahal hari ini adalah hari senin tetapi gadis itu masih enggan bangun dari tidur pulasnya.
"Zahra," panggil Lisa— sang mama terus saja mengetuk pintu kamarnya.
"Zahra ayo bangun dong, kamu gak mau pergi ke sekolah apa? Hari ini kan kamu sudah menjadi siswi kelas dua belas masa mau terlambat terus sih," ucap Lisa masih sabar menghadapi puterinya.
"Zahra sayang, ayo dong bukain pintunya! Yaudah kalo gitu mama suruh abang kamu untuk dobrak pintu kamar kamu ya!" ujar Lisa berdecak kesal.
Namun sebelum Lisa mengetuk pintu kamar anak laki-lakinya. Pintu kamar Zahra sudah terbuka lebih dulu. Ya, menampilkan wajah sang empu yang baru saja terbangun dari mimpi indahnya.
"Mama apa-apaan sih! Berisik aja, ganggu Zahra lagi tidur tau, lagian ini kan masih malam ma, mana ada sekolah buka malam-malam!" sahut Zahra dengan kedua mata yang masih terpejam.
"Kamu bilang apa masih malam iya masih malam? Malam dari mana sih ini tuh sudah pagi!" celetuk Lisa mengomeli Zahra yang jengah mendengarnya.
"Terus sekarang jam berapa ma."
"Jam 6.30 puas kamu!"
"What! Astagfirullah aku kesiangan!" pekik Zahra buru-buru mengambil handuk dan berlari kecil menuju kamar mandinya.
"Jangan lama-lama mandinya, mama tunggu di meja makan ya sayang!" ucap Lisa segera pergi menuruni anak tangga menuju lantai satu rumahnya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Zahra sudah selesai dengan ritual mandi paginya. Cewek itu langsung saja memakai seragam sekolah miliknya, dan pergi menuruni anak tangga menuju meja makan rumahnya.
"Selamat pagi semuanya!" sapa Zahra lalu tersenyum manis.
"Pagi sayang," balas Reky— Papa Zahra.
"Pagi princess," ujar Aland— Abang Zahra.
"Ayo dimakan dulu sarapannya, biar kamu gak terlambat ke sekolahnya!" sahut Lisa membuat Zahra mengangguk kecil.
Beberapa menit kemudian, setelah selesai sarapan Zahra dan Aland segera berpamitan pada Lisa dan Reky, yang masih sarapan.
Kedua kakak beradik itu langsung pergi menuju garasi mobil setelah berpamitan pada orang tua mereka. Aland dan Zahra langsung masuk kedalam mobil.
Kebetulan saja abangnya itu mendapatkan jam mata kuliah pada siang hari. Jadilah ia di antarkan sekolah oleh Aland sang kakak kesayangan sekaligus teman berantem di rumah.
"Bang buruan dong jalanin mobilnya! Kalo aku terlambat lagi gimana, aku takut di hukum bang!" ujar Zahra mengomeli Aland yang sedang merapihkan rambutnya.
"Sabar dong Ra, abang juga mau kelihatan ganteng di depan cewek-cewek!"
"Astaga, ayo bang buruan jalanin mobilnya udah mau upacara ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...