"Apa yang lebih menyakitkan dalam mencintai. Yaitu, tidak dicintai kembali."
Pagi hari telah tiba, Arga yang sudah terbangun dari tidur nyenyaknya, tak sengaja melihat jari telunjuk Revan yang bergerak pelan.
"Demi apa tadi gua ngelihat jari telunjuknya Revan bergerak!" gumam Arga.
"Lian bangun, tadi gua ngelihat jari telunjuknya Revan lagi bergerak!" sahut Arga heboh segera membangunkan Julian.
"Hah demi apa lo?" tanya Julian langsung terbangun dari tidur nyenyaknya.
"Aish gak percaya."
"Yaudah kalo gitu lo panggil dokter, biar anak-anak gua yang bangunin!" ujar Julian menyuruh Arga.
Arga langsung saja pergi memanggil dokter sedangkan Julian masih sibuk membangunkan yang lainnya. Tak lama kemudian Arga datang bersama dokter dan suster.
Dokter dan suster langsung mengecek keadaan Revan. Sedangkan mereka semua memilih untuk menunggu diluar ruangan rawat Revan. Setelah selesai dokter dan suster keluar menghampiri mereka.
"Alhamdulillah pasien sudah siuman, kalian boleh masuk kedalam ruangan!" ucap dokter tersenyum kecil.
"Alhamdulillah!" ucap mereka bersamaan.
"Kalo ada apa-apa langsung panggil suster saja kami permisi dulu."
Dokter dan suster langsung pergi meninggalkan ruangan rawat Revan membuat mereka langsung masuk kedalam untuk menghampiri Revan yang masih dipenuhi selang infus.
"Gua kok bisa ada dirumah sakit?" tanya Revan dengan suara seraknya.
"Tadi malam lo enggak sadarkan diri jadi kita bawa aja kerumah sakit!" ucap Juanda memberitahu Revan.
"Oh."
"Hmm kalo ada apa-apa bilang sama kita ya Van, jangan sungkan," sahut Andre membuat Revan mengangguk kecil.
"Iya."
Revan memilih diam, berbeda dengan sahabat dan anggota Texas lainnya. Mereka terus saja bercanda ria hingga akhirnya satu persatu dari mereka berpamitan pulang.
***
Dilain tempat, ada Zahra yang sedang sibuk menghubungi Revan namun nihil, tak ada balasan sama sekali. Sebenarnya Revan kemana, kenapa tidak masuk sekolah.
"Icha," panggil Zahra membuat Icha menoleh ke arahnya.
"Eh ada Zahra, tumben kesini ada apa?" tanya Icha lalu menghampiri Zahra di depan kelas.
"Revan masuk sekolah apa enggak?" tanya Zahra membuat Icha menggelengkan kepalanya.
"Enggak Ra, Revan gak sekolah sahabatnya juga sama mereka gak sekolah entah gua juga gak tau kenapa," ucap Icha memberitahu Zahra.
"Hmm yaudah deh, makasih ya Cha," ucap Zahra lalu pergi meninggalkan kelas Revan.
Sampai didalam kelasnya Zahra langsung duduk di bangkunya, perasaannya mulai cemas bahkan pikiran negatif mulai memenuhi isi kepalanya. Ia diam berpikir sejenak membuat sahabatnya lalu pergi menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...