7. Malam Mingguan

8.3K 238 1
                                    

"Inilah aku, berusaha mengecilkan egoku demi tak melukai hatimu."

Zahra sedang duduk menyendiri di sofa balkon kamarnya, ia sedang menikmati pemandangan malam hari di temani oleh semilir angin yang berhembus pelan. Ia suka udara malam, apalagi dengan lampu kerlap-kerlip gedung pencakar langit yang menghiasi malam hari.

Tiba-tiba ada seseorang yang melemparkan biji kacang polong tepat mengenai pipinya. Zahra langsung berdiri dan menoleh ke arah samping. Ia yakin bahwa Aland pelakunya, ternyata benar saja beberapa detik kemudian ia mendapati sang abang yang sedang berdiri menikmati secangkir kopi hitam.

"Jangan melamun terus, nanti kesurupan siapa yang repot kalo abang!" tegur Aland mengomeli Zahra dihadapannya.

"Apa sih bang! Aku gak ngelamun."

"Lah sih bocah pakai acara gak mau ngaku segala udah jelas-jelas tadi abang ngelihat kamu lagi ngelamun."

"Aku tuh lagi gak ngelamun bang!" ujar Zahra membela dirinya.

"Ngelamun sayang, jelas-jelas abang ngelihat kok pakai mata kepala abang sendiri."

"Enggak ish."

"Dih gak mau ngaku, songong amat."

"Terserah aku dong, jelas-jelas aku daritadi lagi mikirin sesuatu makanya diam aja."

"Dahlah pusing ngeladeninnya."

"Ih bang Aland alay deh."

"Ih suka enggak sadar diri deh."

"Ya bodo amat, aku yang alay kenapa bang Aland yang sibuk huh!" ujar Zahra berdecak kesal.

"Kok marah-marah mulu sih gini nih efek enggak di ajakin jalan pas malam minggu ya jadinya kek gini hahaha, kasian adik abang!" ujar Aland lalu membuat Zahra langsung diam memanyunkan bibirnya.

"..."

"Aduh pundung nih yee tapi beneran Ra, ini kan malam minggu memangnya Revan gak ngajakin kamu keluar tah?" tanya Aland terkekeh kecil.

"Kalo Revan ngajakin aku pergi, mana mungkin aku masih dirumah, terkadang suka aneh sama abang sendiri huh!" sahut Zahra berdecak kesal, sebenarnya mamanya ngidam apaan sih.

"Oh gitu, yaudah geh jangan marah-marah mulu bosen nih dengarinnya, punya adek satu kok gini benar!" gerutu Aland segera pergi meninggalkan Zahra di balkon kamarnya.

BLAMM

Aland sengaja menutup pintu balkonnya dengan keras agar Zahra semakin kesal kepadanya. Yups benar saja, adiknya nampak kesal akibat terkejut Zahra berkali-kali mengelus dadanya beruntung saja ia sayang dengan Aland, coba jika tidak. Sudah ia pastikan wajah Aland babak belur.

"Sabar Zahra sabar anggap aja angin lewat!" ujar Zahra menghela nafas.

Tak lama kemudian pintu kamarnya diketuk oleh seseorang membuat Zahra kembali menghela nafas. Zahra yakin, pasti ketukan pintu iru berasal dari Aland, ya siapa lagi pelakunya kalo bukan abang kesayangannya.

"Ra buka pintunya, abang mau masuk!" pekik Aland terus saja mengetuk pintu kamar Zahra.

"Iya sabar."

"Astaga Zahra buruan bukain pintunya, kaki abang pegal ini!" ucap Aland membuat Zahra jengah mendengarnya.

"Berisik, memangnya ada apaan sih bang!" ujar Zahra menatap lekat ke arah Aland.

"Gak ada apa-apa sih cuma mau ngajakin kamu malam mingguan aja hehehe," celetuk Aland lalu membalas tatapan Zahra.

"Kuylah, aku mau ganti baju dulu, bye abang!" ujar Zahra lalu mengunci pintu kamarnya.

REVANZA✔ (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang