23.Kedatangan Ayah dan Bunda

5.6K 162 2
                                    

"Sampai waktu yang memaafkan semuanya."

Happy Reading!!

Pagi hari pun telah tiba Revan segera terbangun dari tidurnya dan bergegas untuk mandi namun langkahnya terhenti saat mendengar suara bel apartemennya berbunyi, ia langsung saja mengecek siapa yang datang ke apartemennya di pagi hari.

"Selamat pagi abang," sapa Devan berdiri di depan pintu.

"Ngapain lo kesini?" tanya Revan sinis.

"Ade punya kejutaan untuk abang lhk, sebentar abang tutup mata dulu."

Devan lalu memberikan kode untuk kedua orang tuanya agar berdiri disebelahnya tepatnya dihadapan Revan.

"Bang buka mata abang," ujar Devan, Revan pun menurut saja.

"KEJUTAAN YEAY!" pekik Devan tersenyum manis.

Hal yang pertama kali Revan lihat, adalah wajah kedua orang tuanya yang dirangkul oleh Devan dengan penuh kasih sayang serta senyum kebahagiaan dari wajah mereka persis sekali seperti keluarga bahagia.

"Ngapain lo bawa mereka kesini?" tanya Revan dengan tatapan tajam dan aura dinginnya yang semakin membuat suasana tegang.

"Mereka siapa bang? Ayah dan bunda yang lo maksud?" tanya Devan menaikkan sebelah alisnya.

"Ya ngapain lo bawa manusia yang nggak punya perasaan ini ke apartemen gua!"

"Jaga mulut lo bang!" ujar Devan tersulut emosi.

"Memang itu kok kenyataannya," ucap Revan mencoba untuk meredamkan amarahnya.

"Walau bagaimana pun mereka berdua tetap orang tua lo juga!"

"Oh ya, sejak kapan gua punya orang tua kayak mereka?" tanya Revan terkekeh kecil.

"Gila!" desis Devan.

"Sudah-sudah jangan berantem," lerai Vano dengan tatapan kecewa.

"Revan, bunda kangen sama kamu nak hiksss..." ucap Lena lalu memeluk tubuh Revan dengan erat sembari menangis.

"Siapa yang mengizinkan anda masuk kedalam apartemen saya hah?" tanya Revan dengan sinis.

Deg!!

Anda..

Andaa..

Kata-kata itu membuat Lena semakin menangis kejar saat mendengar putranya sendiri memanggilnya dengan sebutan anda bukan bunda. Hatinya seperti tersayat ribuan pisau, sumpah demi apapun ibu mana yang tidak sedih mendapatkan sikap putranya yang acuh seperti itu.

"Revan kamu kenapa nak?" tanya Lena mendongakkan kepalanya menatap wajah ganteng milik anaknya itu.

"Anda tidak perlu tau saya kenapa! Apa perduli anda selama enam tahun ini kepada saya?" tanya Revan tertawa sinis.

"Apa anda pernah menanyakan kabar saya? Bagaimana kondisi saya setiap harinya huh?" tanya Revan kembali dengan lantang dengan mata memerah.

"Revan jaga ucapan kamu!" ujar Vano memperingati Revan.

"Buat apa saya menjaga ucapan saya untuk seseorang yang nggak pernah perduli dengan saya! Memangnya siapa anda berani-beraninya memperintahkan saya!"

"REVAN!" bentak Alvano, yang sudah tersulut emosi.

"Jaga perilaku anda ditempat saya!"

"Bang," ujar Devan dengan tatapan memohon agar Revan diam.

REVANZA✔ (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang