"Lagi berada di posisi merelakan sulit dan bertahan sakit, kadang percintaan memang serumit itu."
Semenjak hari dimana mereka berdua putus sampai hari ini juga, hari dimana seluruh anak kelas 12 ikut melaksanakan ujian sekolah menuju kelulusan. Zahra dan Revan sudah seminggu ini semakin menjaga jarak terutama dengan Revan yang berubah menjadi dingin kembali.
"Zahra!" panggil Devan lalu menghampiri Zahra.
"Iya Dev."
"Semangat ya, aku doain semoga lancar ngerjain ujiannya inget ya jangan nyontek dosa tau."
"Iya kamu juga semangat ya, ih aku mana pernah nyontek!" sergah Zahra tak terima.
"Terus apa dong kalo bukan nyontek, cuma minta kasih tau jawaban aja gitu sama kawan hahaha."
"Ih tauan banget deh Devan! Memangnya kamu belajar apa?"
"Widih ngeremehin banget, abang aku kan pintar ya jadi belajarnya sama dia."
"Maksud kamu Revan?"
"Hehehe iya mau siapa lagi abang aku kalo bukan sih Revan kutub."
"Hmm Devan kamu bakal lanjut kuliah dimana nanti?" tanya Zahra menatap Devan.
"Disini aja."
"Kalo Revan?" tanya Zahra sangat penasaran.
"Kalo abang kayaknya di Universitas Harvard deh Ra."
"Berarti kalian bakal terpisah jauh lagi dong."
"Hooh benar banget Ra, hmm btw gimana keadaan kamu sekarang?" tanya Devan membuat Zahra tersenyum kecil.
"Alhamdulillah baik-baik aja."
"Oh ya Ra semenjak kalian berdua putus, kok kamu makin kurus aja ya," ujar Devan memperhatikan tubuh Zahra.
"Perasaan kamu aja kali Dev."
"Enggak deh Ra, kayaknya memang benar kok kenyataannya atau jangan-jangan kamu jauh dari kata baik-baik aja?" tanya Devan kembali memperhatikan wajah Zahra.
"Sttthhh... Devan jangan kuat-kuat ngomongnya aku takut orang lain dengar!"
"Iya maaf Ra, hmm Ra kamu masih kemotrapi kan?" tanya Devan membuat Zahra menggeleng kecil.
"Tapi kamu masih minum obatnya kan?"
"Bahkan obat aja udah gak mempan lagi Dev hehehe."
"Ra nanti kemoterapi lagi ya," ujar Devan membuat Zahra tersenyum manis, lalu sesaat kemudian megenggam tangan Devan.
"Enggak ah Dev sakit."
"Iya aku tau sakit tapi aku mohon ke kamu kita kemoterapi lagi ya Ra," ujar Devan membujuk Zahra dengan mata berbinar-binar.
"Enggak Dev aku—."
Tiba-tiba bel masuk sekolah pun berbunyi, membuat Zahra dan Devan langsung pergi keruangan mereka masing-masing dan mengikuti ujian sekolah.
***
Zahra sudah berada di ruangan ujian ternyata disana sudah ada para sahabatnya.
"Eh—ada Zahra, sini Ra ikut gabung," ujar Nayla saat melihat Zahra baru masuk kelas.
"Kenapa?"
"Lo belajar gak semalam?" tanya Nayla menatap Zahra.
"Belajar dong aku mah."
"Ihh gimana nih Sasya gak belajar lagi ih," sahut Sasya dengan wajah murungnya.
"Loh kok gitu, tumben banget Sasya gak belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Roman pour Adolescents"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...