"Tanpa batas tanpa balas, seperti aku mecintaimu."
Zahra terus saja berlari melewati koridor rumah sakit, ia menghiraukan setiap ucapan orang lain yang menyuruhnya untuk tak berlari-lari namun telinganya terlalu males untuk mendengarnya.
"Terlalu sebentar untuk kita bahagia, kenapa Tuhan secepat itu membuat kamu berubah!" gumam Zahra tersenyum pahit.
"Revan kenapa kamu berubah aku tau hubungan kita baru sebentar tapi aku cinta kamu!" gumam Zahra kembali.
"Kak hati-hati, awas nabrak!" ucap anak kecil memperingati Zahra.
Air matanya terus saja mengalir, sesak dan sakit itulah yang dirasakannya sekarang. Zahra terus berlari hingga tubuhnya terjatuh dilantai rumah sakit karena menabrak seseorang. Orang itu pun langsung berjongkok dan menjulurkan telapak tangannya dihadapan Zahra.
"Ayo bangun," ucap seseorang itu, lembut sekali.
Zahra mendongakkan kepalanya menatap orang itu "Revan," ucap Zahra melirih.
"Ayo bangun, gak enak dilihatin banyak orang, malu!" ucap seseorang itu lalu membangunkan tubuh Zahra.
"Kamu siapa, kalo kamu Revan kenapa selang infusan kamu dilepas?" tanya Zahra menatap ke arah cowok itu.
"Devanza."
"Hah."
"Kamu kenapa, kok bisa sekacau ini, mau ikut aku ke rooftop gak buat nenangin diri."
"Boleh."
Zahra lalu mengikuti setiap langkah kaki cowok bernama Devanza itu dari belakang. Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di rooftop rumah sakit. Keduanya berdiri ditengah-tengah luasnya halaman rooftop.
"Kata orang, kalo lagi sedih teriak aja biarin hati dan jiwanya sedikit lega," ucap Devan tanpa menoleh ke arah Zahra.
"Aku enggak bisa."
"Kamu pasti bisa, ayo teriak."
"AAAAAAAAKKHHH-" pekik Zahra namun sesaar kemudian, ia kembali menangis sesenggukan.
"Lagi ada masalah apa, kayaknya kacau banget, sini cerita sama aku itupun kalo kamu mau!" ujar Devan menatap lembut ke arah Zahra.
Devan lalu menggenggam jemari tangan Zahra, ia tau cewek dihadapannya sekarang sedang rapuh serapuh rapuhnya. Pancaran mata itu membuat Devan tau, cewek itu sedang patah hati.
"Kita teriak berdua."
1
2
3
"AAAKKHH-!" teriak mereka bersamaan.
Devan langsung memeluk tubuh Zahra, nyaman itulah yang dirasakannya. Devan memejamkan kedua matanya, ia sadar tak boleh hanyut dalam kebaperan.
"Yang tenang ya, kamu gak sendiri ada aku yang siap dengarin cerita kamu."
Zahra langsung melepaskan pelukan mereka, ia meneliti wajah dihadapannya sekarang. Kenapa sikap Revan berubah drastis kepadanya. Cewek itu lalu menatap Devan dari atas hingga bawah, tidak ada yang berbeda hanya saja pakaiannya yang berbeda.
"Kenapa? Ada yang salah sama aku?" tanya Devan lalu menatap Zahra.
"Gapapa, kamu Revan kan?" tanya Zahra sambil menghapus air matanya.
"Bukan, kenalin nama aku Devanza Mel Aldebran hehehe!" ucap Devan memperkenalkan diri.
"Jadi kamu sama Revan itu, kembar?" tanya Zahra dengan wajah terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...