"Bukan aku yang mendatangkan takdir tetapi takdirlah yang mendatangi aku pada sebuah pertemuan bersamamu."
Beberapa menit kemudian Zahra langsung keluar dari dalam toilet. Ia lalu berlari kecil menuju kelasnya namun tubuhnya terjatuh lagi, akibat menabrak tubuh seseorang.
BRUKK
Zahra lalu meringis kecil, astaga ada apa dengan dirinya kenapa hari ini senang sekali jatuh ke lantai entahlah tubuhnya terasa sakit sekali.
Zahra diam, sibuk merutukki dirinya sendiri bisa-bisanya ia menabrak tubuh seseorang lagi. Sungguh hari ini sangat menyebalkan sekali.
"Ya ampun."
"Aduh sial banget sih hari ini, perasaan dari tadi aku jatuh terus!" gumam Zahra sangat kecil sekali.
"Sialan!" batin Revan.
Zahra belum juga menyadari bahwa cowok yang ia tabrak sekarang adalah cowok yang ia tabrak waktu di kantin tadi. Sedangkan cowok itu, hanya bisa diam menatap Zahra yang berada dibawahnya.
"Suka banget nabrak orang!" cibir Revan menatap sinis ke arah Zahra.
"Hmm aku enggak kok, enggak suka nabrak maaf aku tadi enggak sengaja!" ucap Zahra mendongakkan kepalanya menatap Revan.
"Hmm aku minta maaf ya, kalo daritadi aku nabrak kamu terus, maaf aku gak sengaja!" ujar Zahra lalu mengulurkan telapak tangannya.
Revan, cowok itu hanya bisa menampilkan wajah datar miliknya. Saat melihat uluran tangan dari Zahra. Cowok itu langsung saja pergi meninggalkan Zahra yang hanya bisa diam, melongo di tempatnya.
Sama halnya dengan seluruh siswa-siswi Cakrawala, yang berada di koridor kelas. Mereka hanya bisa diam menatap Revan, yang terus saja berjalan masuk kedalam kelasnya di XII MIPA 3.
"Ih Revan nyebelin banget sih jadi orang kan maksud aku tuh baik mau minta maaf!"
Akhirnya Zahra memilih untuk melanjutkan langkahnya dan segera berlari kecil menaiki anak tangga menuju kelasnya. Saat sudah sampai di depan kelas Zahra melihat para sahabat berserta teman-teman sekelasnya yang sedang duduk berkumpul di halaman mading belakang kelasnya. Ia segera masuk dan menghampiri mereka yang masih saja asik bermain.
"Haii guyss!" sapa Zahra tersenyum manis lalu berdiri di hadapan mereka.
"Astagfirullah Zahra emang benar-benar ya lo udah kayak jelangkung aja!" ucap Nayla mengelus dadanya pelan.
"Iya datang tak di undang pulang tak diantar hahaha!" celetuk Febby asal bicara.
"Salah goblok Feb!" sahut Farra membuat Febby memutar bola matanya malas.
"Lah memangnya lo tau, mana yang benar atau enggaknya."
"Sebenarnya sih gua enggak tau tapi pura-pura sok tau aja hahaha!" ucap Farra membuat yang lainnya hanya bisa diam menatap ke arahnya.
"Udah deh Far lo mau ngelawak garing banget udah kek gak ada cocok-cocoknya gitu malah kesannya kek apaan sih anjir!" cibir Febby sambil memukul pelan lengan Farra.
"Sasya sini deh, Zahra bisikin sesuatu!" ucap Zahra membuat Sasya menghampirinya.
"Ada apa Ra?" tanya Sasya sangat to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Jugendliteratur"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...