"Mari kita ciptakan kenangan indah bersama, untuk menjadi bukti bahwa kita pernah bersama dalam sebuah ikatan."
Hari pun sudah semakin siang Revan sudah berada didepan rumah Zahra. Ia sengaja tidak memberitahukan kedatangannya kepada Zahra. Ia memilih untuk duduk diatas jok motor ninja berwarna hitam miliknya dengan memainkan ponsel ditangannya.
Tak lama kemudian pintu rumah pun terbuka secara tiba-tiba membuat Revan menoleh ke arah pintu. Ternyata, Lisa— mamah Zahra yang keluar membawa plastik berwarna hitam untuk dibuang ke kotak sampah tak sengaja melihat kedatangan Revan."Eh ada sih ganteng," ucap Lisa tersenyum kepada Revan.
"Iya tan—Eh mamah gitu maksudnya," balas Revan menyalimi tangan Lisa dan tersenyum kecil.
"Kamu mau ajak Zahra keluar ya?"
"Iya Mah, aku mau ajakkin Zahra ke kebun teh? Boleh nggak Mah?" tanya Revan meminta izin.
"Boleh kok, kebetulan saja Zahra masih diatas sibuk milih baju yang mau dipakai nanti."
"Eh iya pantesan aku telfonin nggak di angkat-angkat."
"Maklumlah namanya juga perempuan. Ya sudah ayo masuk dulu kedalam rumah kita sembari ngobrol didalam rumah aja," ajak Lisa lalu diangguki oleh Revan.
Mereka berdua pun masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu Lisa pun izin ke dapur untuk mengambilkan cemilan dan air minum. Tinggallah Revan seorang diri diruang tamu.
"MAMAH, ABANG NYEBELIN!" teriak Zahra dari lantai dua lebih tepatnya dari dalam kamarnya.
"Hahaha suruh siapa pakai baju itu!" tukas Aland dengan nada sinis.
Dari lantai bawah Revan mendengar percakapan adik kakak itu dengan baik. Dimana Zahra yang marah-marah dan Aland yang sibuk menjahilinya.
"Abang nyebelin banget pokoknya nyebelin! Aku nggak mau tau pokoknya beresin!" ucap Zahra dengan keras.
"Males banget dah."
"Tuh kan nyebelin banget! Udah ngacak-ngacak nggak mau diberesin! Maksudnya apa sih bang hah!" beo Zahra lalu mengambil sapu lidi yang ada dikamarnya.
"Loh... loh kamu mau ngapain bawa-bawa itu sapu hah?" tanya Aland dengan langkah yang mulai mundur perlahan.
"Udah cukup kesabaran aku habis ya! Sekarang rasakan jurus sapu maut," ucap Zahra lalu memukuli bokong Aland dengan sapu lidi.
Aland pun buru-buru belari kecil menuruni anak tangga bersamaan dengan Zahra yang sibuk memukuli bokongnya dengan keras.
"Sakithh... sakitthhh sumpahh hahaha ampun deh Ra ampun," ucap Aland meringis kesakitan.
"Makan tuh makan, mampus."
"MAMAH, RARA NAKAL!" saura bariton Aland pun terdengar sampai ke dapur membuat Lisa buru-buru menghampiri mereka berdua.
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Lisa dengan membawa nampan berisikan makanan.
"Ini Zahra Mah, mukul aku dih nggak jelas banget!" ucap Aland mengadu kepada Lisa.
"Dih abang duluan Mah, bikin barang-barang dikamar aku berantakkan," bela Zahra dengan menatap Aland sengit.
Revan yang sedari tadi hanya sibuk melihat tingkah laku mereka,lalu terkekeh kecil karena melihat adik-kakak itu saling unjuk bela diri agar tidak dimarahi.
"Jadi disini siapa yang salah hmm?" tanya Lisa menaikkan sebalah alisnya.
"ZAHRA."
"ABANG."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...