"Ketika luka hati sulit untuk dijelaskan,mau menangis semanapun tidak akan ada artinya lagi. "
🎵Jikalau Kau Cinta-Judika🎵
Rere sudah kembali membawa kotak p3k langsung saja Rere menghampiri Revan. Rere duduk dihadapan Revan ia mulai membersihkan luka Revan terlebih dahulu sebelum mengobatinya.
"Kamu kenapa bisa begini sih Mel? Kenapa wajah kamu penuh luka lebam?" tanya Rere kepada Revan.
"Biasalah Rey namanya juga geh cowok."
"Kebiasaan deh kalo ada apa-apa bilangnya selalu namanya geh cowok, aku geh tau kamu cowok tapi seenggaknya kamu bisa jaga diri kamu," ujar Rere menasehati Revan.
"Iya maaf sayang."
"Jangan diulangi lagi ya Mel aku takut kamu kenapa-kenapa nanti."
"Iya sayang iya ututu ngambek ih."
"Hmm Revan kalo boleh tau Devan dimana ya?" tanya Zahra kepada Revan.
"Lo ngomong sama gua?" tanya Revan sinis.
"I-iya aku ngomong sama kamu."
"Oh."
"Kamu tau Devan ada dimana gak?"
"Gak!"
"Oh iyaudah makasih ya."
"Hmm."
Revan meringis kecil saat Rere mengobati lukanya.
"Rey kamu ini gimana sih, sakit tau bukannya pelan-pelan."
"Ini aku udah pelan kamu nya aja yang gak bisa diam."
"Iya maaf habisnya baru kali ini geh diobati sama pacar sendiri."
Deg!
Zahra yang mendengar ucapan Revan terdiam sejenak seingatnya ia juga pernah mengobati Revan pas di apartemen lelaki itu saat Revan dalam keadaan kacau.
Air mata Zahra mulai menetes begitu saja namun cepat-cepat ia mendongakkan kepalanya agar air mata itu tidak jatuh kembali. Ia menghadap ke samping seraya menghapus jejak air mata itu.
"Rey kok kamu diam aja?" tanya Revan khawatir.
"Nghh... enggak kok hmm Mel aku ke toilet bentar ya," ujar Rere kepada Revan.
"Zahra?"
"Iya Re ada apa? "
"Bisa bantu aku gantian ngobati Mel gak? Aku kebelet banget mau ke toilet," ucap Rere menatap Zahra.
"I-iya."
"Aku gak mau!" seru Revan tak terima.
"Mel aku kebelet banget maafin aku ya,aku duluan oke," ucap Rere buru-buru lalu meninggalkan Revan dan Zahra.
Sebenarnya Rere ke toilet bukan ingin membuang air kecil tetapi ia ingin membersihkan hidungnya yang sudah keluar darah sejak tadi.
Beruntungnya saja Revan tidak melihat hal itu gadis itu sudah berada didepan wastafel toilet ia menatap cermin dihadapannya. Lalu membasuh wajahnya yang sudah pucat pasi.
"Tuhan sampai kapan aku harus merasakan rasa sakit ini aku lelah jika harus meminum obat terus-terusan," gumam Rere menahan tangisnya.
Rere pun mulai membersihkan sisa-sisa darah dari hidungnya. Pusing pun datang mengerayang kepalanya, tiba-tiba penglihatannya menjadi buram semuanya gelap yang dirasakan Rere. Tubuhnya pun limbung begitu saja langsung saja ia terjatuh di lantai toilet tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...