81. Sebuah Kenangan

10.9K 216 8
                                    

"Hal yang paling kau rindukan nanti setelah kehilangan adalah saat kenangan bersamanya kembali muncul dibenakmu."

Akhirnya mereka semua sudah sampai dirumah sakit kembali. Mereka langsung pergi keruangan rawat Revan, disana Lena sedang menangis histeris melihat keadaan Revan yang begitu kacau.

"Abang bunda mohon, kamu harus bisa nerima semua kenyataan ini, semuanya sudah ditakdiri oleh Allah sayang!" ucap Lena lalu menangis sesenggukkan sambil menenangkan puteranya.

"Enggak bun, Revan yakin Zahra masih hidup!" pekik Revan penuh keyakinan.

"Revan dengarin bunda dulu sayang, kita semua gak bisa melawan takdir Tuhan."

"Tapi bunda udah ngomong sama dokter kan."

"Iya bang, bunda udah ngomong ke dokter itu dan kami semua pun sudah menunggu Zahra untuk bangun kembali. Seperti yang kamu minta tadi tapi hasilnya tetap aja nihil Zahra sudah meninggal dunia!" sahut Lena terpaksa berbohong ia lalu memeluk tubuh ringkih puteranya kembali.

"Maafin bunda sayang, maaf bunda sudah berbohong pada kamu," batin Lena.

"Kalian semua lagi enggak ngebohongin gua kan."

Mereka semua yang melihat kejadian itu hanya bisa diam, walaupun sejujurnya mereka sangat kasihan pada Revan tetapi mau gimana lagi. Hanya itulah jalan terbaik satu-satunya yang mereka pilih dan mereka yakin Revan pasti terpukul sekali.

"Bund ini semua cuma bohongan kan jujur tapi hati kecil aku yakin kalo Zahra masih hidup bund!" sahut Revan lalu menangis sesenggukkan kembali.

"Kamu harus bisa ikhlasin Zahra, bang."

"Enggak bund enggak, Revan masih gak ikhlas kalo Zahra pergi dari hidup Revan, jujur Revan gak sanggup bund ngejalanin hidup tanpa Zahra hiksss hiksss," gumam Revan dengan bahu gemetaran.

Lena hanya bisa menangis sesenggukkan ketika melihat Revan yang seperti orang tak waras didepannya. Ya Tuhan, demi apapun ia tak menyangka jika anak sulungnya akan terpukul seperti ini.

"Yang dikatakan bunda tadi memang benar bang, Zahra sudah meninggal dunia," sahut Devan lalu pergi menghampiri Revan.

"Gua tau kalian semua lagi ngebohongin gua kan?" tanya Revan menatap mereka semua satu persatu.

"Kami semua lagi gak ngebohongin lo."

"Kalian semua boleh ngebohongin gua soal apapun itu gapapa gua terima, tapi gua mohon jangan pernah berbohong soal nyawa seseorang!" pekik Revan penuh penekanan.

"Revan sudah nak, kamu masih sakit lebih baik kamu istirahat saja."

"Aku gak mau bund, andai aja tadi dokter gak ngasih aku obat penenang, mungkin aku bisa tau kejadian yang sebenarnya."

"Dev lo adek gua kan, sekarang jujur sama gua Zahra kemana Dev?" tanya Revan lalu menatap Devan membuat Devan bingung ingin menjawab seperti apa.

"Zahra memang udah gak ada bang, dia udah tenang di alam barunya Zahra udah gak ngerasain sakit lagi, lo liat wajah serius gua bang! Lo pikir gua main-main apa hah soal kematian gak bang gak!"

"Tapi gua tetap gak percaya Dev, kalo Zahra udah pergi ninggalin gua untuk selamanya, gua gak percaya Dev!"

"Rev tolong ikhlasin kepergian Zahra ya!" sahut Andre lalu menghampiri Revan.

REVANZA✔ (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang