66. Kekhawatiran dan Kesedihan

7.3K 172 12
                                    

1 minggu kemudian..

Zahra sudah kembali ke sekolah mengikuti pelajaran seperti biasa sudah seminggu itu pula ia tidak bertemu dengan Revan. Jam istirahat sudah berbunyi sedari tadi Zahra enggan keluar kelas karena tubuhnya juga mudah lelah sekarang.

"Ra lo mau pesan apa? Biar kami bawain nanti pulang dari kantin?" tanya Febby menawarkan Zahra.

"Enggak usah Feb aku lagi malas makan."

"Tapi Ra lo itu harus makan nanti sakit lagi," ujar Nayla.

"Aku lagi gak mood makan Nay."

"Yaudah yuk guyss kita beliin Zahra roti tawar aja oke."

"Ra kalo gitu kami duluan ya, kalo ada apa-apa langsung telfon aja," ucap Farra memberitahu Zahra.

"Iya tuh Rara dengarin ucapan Farra kalo gitu Sasya juga duluan ya, bye Rara," pamit Sasya.

Tinggallah Zahra dan beberapa siswi yang berada dikelas sahabatnya sudah pergi ke kantin duluan. Zahra baru ingat jika ia membawa bekal untuk Revan, Zahra langsung saja memilih untuk ke kelas Revan.

Ia berjalan dengan sempoyongan tapi sebisa mungkin ia terlihat baik-baik saja dihadapan oranglain. Wajah pucat pasi itu masih bisa memberikan senyuman manis kepada semua orang yang menyapanya. Ya, seluruh siswa/siswi sudah berbaikan dengan Zahra saat mereka menjenguk Zahra 3hari yang lalu.

"Eh Zahra mau kemana?" tanya Intan menegur Zahra.

"Aku mau ke kelas Revan."

"Kelihatannya lo masih sakit deh, gua bantuin yuk ke kelasnya Revan."

"Enggak usah aku bisa sendiri."

"Yaahhh Zahra mah begitu."

"Aku duluan ya Tan," pamit Zahra.

Zahra kembali berjalan menuju kelas Revan saat sudah sampai kelas kebetulan saja tidak ada orang sama sekali ia segera menaru kotak bekal miliknya itu didalam tas Revan.

"Semoga kamu suka ya," gumam Zahra.

Zahra langsung keluar dari kelas Revan namun langkahnya terhenti saat mendengar suara bariton seseorang.

"Ngapain lo kesini?" tanya Revan dingin.

"Hmm anu... Aku cuma cari Devan aja kok aku kira Devan ada dikelas," jawab Zahra berbohong.

"Gua sangka mau naru sesuatu untuk gua, kayak waktu di loker ganti pakaian,"batin Revan.

"Hmm."

"Revan aku duluan ya."

Revan hanya bisa melihat kepergain Zahra berlalu begitu saja, setiap langkah kaki Zahra mulai goyah membuat Revan meringis kecil melihatnya. Ia ingin sekali menghampiri Zahra untuk merangkul pundak gadis itu agar berjalan dengan benar.

"Apa Zahra masih sakit? Terus kenapa Zahra sekolah dan kenapa gak dirumah aja."

Revan dengan berat hati pun langsung belari dan menggendong Zahra tiba-tiba membuat sang empu kaget bukan main. Seluruh siswa/siswi yang melihat adegan itu langsung saja mulai heboh Revan langsung membawa Zahra ke dalam kelasnya menduduki Zahra di bangkunya.

"Lo kalo sakit jangan sekolah! Nyusahin aja lo!" ujar Revan sinis.

"Tapi aku gak minta kamu untuk gendong aku kesini."

"Tapi gua kesal ngelihat lo jalan kek orang mabok begitu!"

"Maaf."

"Dengarin gua ya untuk apa lo sekolah kalo keadaan lo lagi sakit begini! Sama aja lo itu minta dikasihani banyak orang tau gak lo!" ucap Revan memaki-maki Zahra.

REVANZA✔ (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang