"Jangan jadikan rasa sedihmu menjadi penghalang buat kamu tetap bahagia."
Happy Reading!!
Setelah mengikuti jam pelajaran selama beberapa jam akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi, langsung saja seluruh siswa-siswi SMA Cakrawala meninggalkan area sekolah.
"Besok jadi kan ke kebun tehnya?" tanya Zahra dengan mata berbinar-binar.
"Nggak jadi," balas Revan cuek.
"Ih Revan nyebelin."
"Pakai seatbelt kamu," titah Revan saat sudah berada didalam mobil.
"Aku nggak mau," ucap Zahra lalu memalingkan wajahnya.
"Iya besok jadi kok ke kebun tehnya."
"Serius? Beneran kan? Kamu nggak bohong kan?"
"Nggak kok, yaudah pakai dulu itu seatbelt—nya sekarang."
"Oke deh aku pakai," ucap Zahra lalu memasangkan seatbelt—nya.
Didalam perjalanan menuju rumah Zahra, Zahra terus saja bercoletah kecil kepada Revan, padahal Revan masih saja berfokus menyetir mobilnya. Setelah 20 menit diperjalanan akhirnya mereka sudah sampai dirumah Zahra.
"Kamu nggak mau mampir dulu?" tanya Zahra sambil melepaskan seatbelt.
"Nggak deh, aku mau istirahat dulu oh ya besok siang aku jemput ya."
"Oh yaudah aku duluan ya, kamu juga hati-hati ngendarain mobilnya jangan ngebut-ngebut," ucap Zahra tersenyum lalu keluar dari dalam mobil Revan.
Revan segera menjalankan mobilnya kembali lalu meninggalkan rumah Zahra ia langsung saja segera pergi menuju apartemen miliknya.
***
Pagi hari pun sudah tiba Zahra sudah berada didapur untuk membantu sang Mamah memasak sarapan pagi mereka.
Setelah berkutat didapur selama satu jam akhirnya Zahra dan Lisa sudah siap menyediakannya masakannya tadi di atas meja makan."Wahh sedap banget Mah aromanya, jadi pengen makan," ucap Zahra ingin mencomot makanan.
Aww...
"Rasakan sentilan maut Mamah hahaha," ucap Lisa terkekeh kecil.
"Dih Mamah, tangan aku jadi sakit tau."
"Hiih halay deh."
"Alay Mah alay bukan halay," cibir Zahra.
"Iya deh iya, sana gih kamu panggil abang kamu di kamarnya."
"Aduh tumben amat sih akhir-akhir ini abang jadi kebo," gumam Zahra berdecak sebal.
"Masih pagi jangan kumat kamit," tegur Lisa saat melihat bibir puterinya berkumat kamit.
"Ihh Mamah difikir aku dukun apa."
"Hahaha yaudah sana panggil abang kamu dulu Ra."
Zahra pun berjalan menaiki tangga menuju kamar Aland. Pintu bercat putih dengan tulisan Aland Room dibukanya secara perlahan lalu Zahra pun masuk ke dalam kamar yang masih gelap tidak ada cahaya itu.
Ia membuka gordeng kamar Aland membiarkan cahaya matahari masuk dari sela-sela bolongan jendela kamar Aland.
"BANGUN... BANGUN... BANGUN... KEBAKARAN TOLONG!!" teriak Zahra sengaja.
Sang empu yang masih tertidur dengan nyenyak pun langsung saja terbangun dan melompat dari tempat tidurnya karena ketakutan.
"KEBAKARAN... KEBAKARAN!" pekik Aland dengan mata tertutup lalu terjatuh lagi ke tempat tidur kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...