Hari sudah berganti menjadi siang cuacanya disini sangat cerah sekali namun sejuk. Seluruh siswa-siswi sudah berkumpul membuat barisan sedang mendengarkan arahan dari pak Dodi.
"Stthh stthh gua kebelet pipis Nay," bisik Farra membuat Nayla menoleh kebelakang.
"PAK FARRA VALLERIE KATANYA KEBELET PIPIS!" teriak Nayla langsung dibekap dengan Farra.
Seketika semua siswa-siswi pun pada menoleh kearah mereka berdua. Pak Dodi yang sedang memberikan arahan langsung berhenti sejenak.
"Bangsat lo Nay!" umpat Farra kecil.
"Maaf pak sahabat saya mah memang gitu suka gilak," ujar Farra tersenyum kikuk
"Haduh kalian berdua ini ganggu saya sedang berbicara saja!" ucap Dodi menggelengkan kepalanya.
"Maaf ya pak."
Pak Dodi pun melanjutkan ucapannya kembali setelah selesai memberikan arahannya langsung saja mereka berjalan bersama-sama setelah berdoa meminta keselamatan sampai tujuan maupun pulang nanti.
"Woi sepanjang jalan nyanyi yuk?" usul Arga.
"Woi bro nyanyi mulu lo mah kerjaannya!" ujar Febby.
"Gapapa Febby, Sasya suka tau kalo dengar Arga nyanyi hehe," sahut Sasya senang.
"Dih Sasya suara Arga jelek gini di sukain bikin kepala Nayla mau pecah malah dengarnya," ujar Nayla kesal.
"Enggak Nayla suara Arga bagus," kekeuh Sasya.
"Seterah Sasya aja deh Nayla mah ngalah aja."
"Nah gitu dong Nayla."
"Gua sangka mah mau berantem jambak-jambakan gitu," celetuk Julian tertawa.
"Tolol banget lo ini!" sergah Juanda menjitak kepala Julian.
Sedangkan Zahra dan Rere memilih jalan berdua tak lupa keduanya saling bercanda ria di sepanjang jalan.
"Kamu cantik loh Ra kamu udah punya pacar belum?" tanya Rere kepada Zahra.
Zahra menggeleng kecil.
"Nah kalo gitu kamu cocok dengan Devan kenapa kalian berdua gak pacaran aja?" tanya Rere membuat Zahra terdiam cukup lama.
"Enggak ah aku lebih nyaman sahabatan dengan Devan."
"Hooh begitu ya, kan siapa tau aja Devan punya perasaan lebih dengan kamu."
"Aku gak tau."
Rere pun dengan jailnya mangambil handphone milik Zahra lalu berlari meninggalkan Zahra sendirian.
"Rere jangan lari-lari," ujar Zahra ikut mengejar Rere.
"Zahra ayo kejar aku, ini handphonenya buruan."
BRUK
"Astagfirullah Zahra," pekik Rere langsung saja menghampiri Zahra.
Zahra terjatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri membuat Devan yang sedang berjalan bersama Revan dan lainnya langsung saja ikut berlari menghampiri Zahra.
"Zahra maafin aku," ujar Rere merasa bersalah.
"DIAM LO!" bentak Devan menatap tajam ke arah Rere.
"De-van."
"Belum puas lo nyakitin Zahra hah!" pekik Devan sangat marah sekali.
"Maksud kamu apa? Aku gak ngerti."
"Alah jangan sok polos lo jadi cewek! Lo itu licik dan gua benci sama lo!"
"De-van kamu kenapa hiksss Zahra tadi jatuh sendiri bukan karena aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...