14. Cafe Pelangi

7K 195 0
                                    

"Ketika logika kalah akan perasaan, disaat itulah kebodohan tercipta."

Akhirnya sepasang kekasih itu sudah kembali kedalam kelas mereka masing-masing. Zahra segera duduk di bangkunya, para sahabatnya langsung saja menghampiri Zahra.

"Ra, mata lo kok sembab, habis nangis ya?" tanya Farra membuat Zahra terdiam.

"Enggak kok."

"Jangan bohong Ra, serius lo kenapa?" tanya Nayla menatap lekat manik mata Zahra.

"Aku gapapa Nay."

"Ah ayolah jujur sama kita-kita."

"Apa Revan nyakitin lo lagi Ra?" tanya Febby membuat Zahra menghela nafas.

"Eng—!"

"Jujur Ra, Revan nyakitin lo lagi kan!" ujar Farra hal hasil Zahra mengangguk kecil.

"Wah sih Revan minta dihajar sama kita!" celetuk Febby berkacak pinggang.

"Bilang sama kita, lo diapain sama Revan?" tanya Nayla membuat Zahra menggeleng cepat.

"Enggak, aku gak diapa-apain sama Revan."

"Terus kalo gak diapa-apain kenapa Zahra nangis kayak begini?" tanya Sasya sambil memakan permen lolipopnya.

"Nah iya tuh, coba cerita sama kita sebenarnya kalian berdua kenapa."

Mau tak mau Zahra harus cerita pada sahabatnya,dengan lancar Zahra menceritakan kejadian tadi waktu di rooftop sekolah, dari pertama sampai akhir. Para sahabatnya hanya bisa diam menjadi pendengar yang baik untuk cerita Zahra.

"Huu payah sih Revan, kalo kek gitu mah sama aja dia cuma ngasih harapan hampa ke lo doang!" sahut Nayla lalu menatap Zahra.

"Ih Nayla enggak boleh begitu, kita kan gak tau aslinya perasaan Revan ke Zahra kayak gimana!" ujar Sasya membuat mereka mengangguk kecil, ada benarnya juga sih.

"Iya Nayla juga tau Sya, tapi kan intinya sama aja sih Revan cuma ngasih harapan doang ke Zahra!" ujar Nayla lalu duduk dibangkunya.

"Udah-udah jangan pada berantem, lagian aku juga gapapa kok!" ucap Zahra melerai perdebatan diantara sahabatnya.

Mereka semua lalu terdiam dengan pemikiran mereka masing-masing tentang masalah Revan dan Zahra. Tak lama kemudian guru pun masuk membuat seluruh murid yang sedang berkumpul ria langsung berhamburan pergi ketempat duduk mereka masing-masing.

"Maaf saya telat masuk kekelas kalian karena tadi ada kepentingan diruang guru!" ucap bu Siska membuat mereka mengangguk kecil.

"Iya gapapa bu."

"Hari ini kalian ulangan fisika ya!" ucap bu Siska membuat mereka semua menatap satu sama lain.

"Lah bu, kok ulangannya dadakan sih udah kek tahu bulat aja!" protes salah satu siswa.

"Iyanya bu, mana kita semua belum belajar lagi bisa-bisa dapat telor sapi ini mah."

"Ampun dah gua mah, males banget sama fisika ini apalagi sama gurunya hahaha."

"Canda bu guru."

"Astaga mau meninggoy ajalah."

"Rasa ingin pulang hiksss."

"Sudah-sudah kalian semua ini bisanya protes saja, lagian ulangannya hanya lima soal bukan seratus soal," celetuk bu Siska membuat mereka semua bersorak ria.

"Lah tapi geh pakai cara bu kalo ngomong asal aja hihihi!" celetuk Nayla membuat bu Siska lalu menatap tajam ke arahnya.

"Kalo kamu tidak mau mengikuti pelajaran saya mending kamu keluar saja!" ucap bu Siska kepada Nayla.

REVANZA✔ (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang