"Seseorang pun bisa berubah,kapan saja dan dimana saja.
Ketika luka hatinya sudah terobati. "
Malam hari pun sudah tiba Zahra sudah berada di cafe milik Revan. Ia duduk di ruangan khusus cafe masih menunggu Revan dan lainnya.Tak lama kemudian Devan dan kedua orangtuanya sudah sampai didepan cafe milik Revan. Devan langsung menuju tempat Zahra duduk dan diikuti kedua orangtuanya. Banyak pelayan dan pengunjung yang melihati mereka bertiga namun hanya dibalas senyuman oleh ketiganya.
"Maaf Ra buat kamu nunggu," ucap Devan lalu duduk disebelah Zahra.
"Iya gapapa kok."
"Ada apa ini nak Zahra?" tanya Lena lembut.
"Tunggu aja bun,nanti juga bunda tau sendiri."
"Ini kamu yang siapin semua ini?" tanya Vano menatap Zahra.
"Hooh, Yah."
"Sebelumnya aku disini ingin meminta maaf kalo aku ganggu waktu istirahat bunda dan ayah tapi aku disini mau hubungan keluarga kalian makin baik lagi. Aku punya kejutaan untuk kalian. Harap nunggu ya karena sebentar lagi orangnya bakal datang," ucap Zahra tersenyum manis.
Mereka pun menunggu seseorang itu namun belum juga datang membuat Zahra gelisah sendiri dibuatnya. Tak lama kemudian seseorang itu datang menggunakan tuxedo berwarna hitam menghampiri mereka.
"Nah ini kejutaan untuk kalian," ucap Zahra.
"Revan," gumam ketiganya.
Revan memilih duduk dan diam saja tidak ingin berbicara.
"Ayo silakan dimakan," ujar Zahra.
"Jadi ini dinner kelaurga wkwk," ceplos Devan terkekeh.
"Bisa dibilang sih begitu haha."
"Udah Devan dimakan lagi," tegur Vano.
Mereka semua pun memakan pesanan Zahra tadi. Hanya ada suara detingan sendok yang menemani mereka. Sesudah selesai makan mereka semua hanya diam tidak ada yang ingin memulai percakapan.
"Revan," ucap Zahra membuat Revan menoleh.
"Ayo Revan," ucap Zahra kembali.
Revan mengangguk kecil.
"Saya minta maaf pada kalian," ujar Revan menatap kedua orangtuanya.
"Bukan seperti itu minta maaf yang benar."
"Terus gua harus gimana hah?" tanya Revan.
"Bunda Ayah aku minta maaf,kalo selama ini aku udah acuh dengan kalian."
"Gua gak bisa."
"Tapi kamu udah janji sama aku."
"Sudah-sudah gapapa nak Zahra, jangan dipaksa mungkin Revan belum bisa menerima kehadiran kami," ujar Vano menatap Zahra.
"Enggak Yah."
"Oke-oke gua mulai," ucap Revan.
Revan menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan lagi. Rasanya dadanya begitu sesak. Perasaannya campur aduk sekarang,Revan menatap Lena dengan lama.
"Bun," lirih Revan.
Lena yang sedaritadi hanya menunduk kini mendongakkan wajahnya menatap lurus ke arah Revan.
"I-iya."
"Maafin aku," lirih Revan kembali.
"Revan," ujar Lena meneteskan airmatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA✔ (Tahap Revisi)
Teen Fiction"Maaf sudah berani mencintaimu." -Zahralia Annatasya Addison. "Yang ditakdirkan untukmu, akan tetap menjadi milikmu." - Revanza Mel Aldebran. Tentang dia yang teramat menyakitkan didalam hati. Tentang dia yang susah digapai untuk dimiliki. Tentang...