"Eunsangku, cintaku, manisku, sayangku, masa depanku, jodohku, belahan jiwaku, Junhomu rindu, sayang!"
Detik berikutnya, Junho digampol jurnal kesehatan setebel dosa sama Dongpyo yang lagi berdiri di sampingnya Eunsang.
"Junho, kenapa? Jangan rame-rame, nanti dimarahin kakak perawat lho," balas Eunsang. Dia masih sibuk nyalin hasil anamnesis pasien IGD bed 5 yang akhirnya masuk bangsal rawat inap Heliantuss Annuss.
"Junhomu kangen, sayang."
Bukannya minggir, Junho malah makin nguyel-nguyel pipinya Eunsang yang bikin empunya kesusahan buat nulis hasil anamnesis.
"Ho, jijik lama-lama gue lihat lo. Pengen resign aja gue dari rumah sakit tiap liat tingkah lo," kata Yohan yang kebetulan juga lagi jaga IGD bareng Eunsang sore itu.
"Alah, gua udah tau kalo lo kemaren habis digombalin sama residen bedah. Mau gua sebar?" Junho akhirnya berhenti nguyel-nguyel pipinya Eunsang, tapi masih asik melukin Eunsang dari belakang.
Eunsang yang lagi nulis cuma bisa pasrah. Isi kepalanya cuma satu, salinan hasil anamnesis ini harus sampe ke tangan residen orthopedi dan traumatologi secepatnya.
"Heh, urusan sebar menyebar gosip itu pekerjaan gue. Lo nggak usah ikut campur," sahut Dongpyo sewot.
"Sumpah, ya, gue nggak paham lagi ama si Junho." Yohan akhirnya nyerah pas ngeliat tingkah random Junho.
Junho sih bodo amat. Dia masih asik melukin Eunsang dari belakang, yang jelas-jelas bikin Eunsang kesusahan buat nulis.
"Ho, lo nggak ada kerjaan apa?" tanya Dongpyo.
Junho noleh. "Tadi gua nemenin spesialis visite ke bangsal rawat inap Dendrobium, terus nemenin dokter residen ngeedukasi pasien, terus nggak ada kerjaan. Jadi gua nyasar ke sini. Kangen sih ama Eunsang."
Yohan sama Dongpyo udah bikin gesture muntah barengan.
"Ini nih kalo ada Minhee pasti jadi bahan ghibahan," kata Yohan seenak jidat.
"Nggak usah nunggu ada Minhee, gue udah terpanggil mau ghibahin ini goblin," sahut Dongpyo.
Eunsang yang akhirnya selesai nyalin hasil anamnesis pun muter badannya susah payah. "Junho lepas. Eunsang mau ke poli orthopedi, hasil anamnesisnya ditunggu nih."
"Sini biar pangeran anterin," kata Junho, tapi masih belum ngelepas pelukannya dari pinggang Eunsang.
"Sumpah ya, gue makin pingin resign liat tingkahnya Junho. Nggak cukup aja 3,5 tahun gue kuliah bareng Junho, ngekoass juga masih bareng," Yohan udah misuh-misuh nggak jelas.
Junho ngulurin tangannya buat nempelin jari telunjuknya di bibir Yohan. "Hets... adek koass manis jangan ngomong kasar gitu, dong. Nanti pak dokter residen bedahnya lari, lho."
"JUNHO, MATI AJA SANA!!"
"Koass, jangan berisik."
"Tuh kan jadi dimarahin kakak perawat. Udah bubar sana. Eunsang mau ke poli orthopedi," kata Eunsang sambil berusaha ngelepasin pelukannya Junho.
"Junho masih kangen nih, Sang."
Dongpyo yang lagi berdiri di sana langsung mukul tangannya Junho. "Lepasin dong anak orang. Engap tau. Lama-lama gue nih yang emosi."
"Bodo amat, Pyo. Gua masih kangen nih sama Eunsang, belahan jiwa gua."
"Belahan jiwa siapa?"
Suara itu...
Yohan sama Dongpyo langsung berdiri tegak. Termasuk Eusang lagi berusaha ngelepasin pelukan Junho di pinggangnya.
"Saya nanya. Eunsang belahan jiwa siapa?"
Junho meringis, langsung berdiri tegak. "Belahan jiwanya Yohan, dok."
"Kok gue sih?"
"Udah diem aja daripada disembur dokter Midam."
Midam natap Eunsang bentar, terus ganti natap Junho dari atas ke bawah. "Kamu tadi ngapain peluk-peluk adek saya?"
Suasana di IGD langsung berubah total.
Adek katanya...
Eunsang adeknya dokter Midam...
Lee Eunsang adeknya dokter Lee Midam...
Adik katanya...
Masih memproses informasi...
Sedang memproses informasi...
"Kakak ngapain di IGD? Nanti kan Eunsang anterin hasil anamnesisnya ke poli orthopedi."
Lah kok semakin meyakinkan...
"Kamu kelamaan, dek. Kakak butuhnya sekarang."
"Maaf, kak. Tadi Eunsang nulisnya yang kelamaan."
Yohan nyikut Dongpyo sambil nunjuk ke arah Junho yang masih cengo di tempat sambil natepin Eunsang dan Midam gantian.
"Mulai deh. Malu gue punya temen modelan kek Junho."
"Untung selama ini gue nggak pernah ngakuin Junho temen."
Eunsang masih ngobrol ringan sama Midam tanpa peduli sama sekali sama Junho yang mendadak mentalnya terguncang. Obrolan mereka paling seputar obrolan ringan kakak sama adeknya, bukan obrolan aneh-aneh, tapi Junho masih kicep di tempat sampe sekarang.
"Gue mulai khawatir Junho ketempelan apa gitu." - Kim Yohan, Koass.
"Dokter Midam."
Setelah 3 menit kicep, Junho akhirnya bersuara.
Midam menoleh. "Kenapa, dek?"
"Coba hati cuma ada satu lobus, aku kan mau di hati dokter cuma ada aku."
Dan Junho ngegombal lagi. Hasilnya? Eunsang cuma diem. Dongpyo udah gatel banget pengen ngelelepin kepalanya Junho ke kolam. Yohan udah gatel banget pengen resign.
Midam tersenyum manis. Manis banget, sampe bikin Junho mau menguap. "Dek Junho..."
Matanya Junho langsung berbinar. "Ya, dok?"
"Ciri orang player itu kena hipertensi vena porta karena heparnya udah terisi penuh sama selingkuhan."
Setelahnya, Midam pergi dari IGD sambil bawa hasil anamnesis yang ditulis sama Eunsang. Ninggalin para koass dengan segala macam reaksi mereka.
Eunsang cuma ketawa kalem denger omongan kakaknya.
Yohan sama Dongpyo udah ketawa heboh.
Dan Junho kembali cengo di tempat.
Hipertensi vena porta...
Peningkatan tekanan vena porta di atas 5 mmHg. ...Hipertensi portal yang kronis menimbulkan gejala-gejala klinis, salah satunya adalah pembentukan pembuluh darah kolateral, menghubungkan darah dari sirkulasi portal ke sirkulasi sistemik tanpa melalui liver.
"Junho begonya alami banget, gue jadi gak pengen resign dari rumah sakit ini demi ngikutin kebegoan Junho!!"
"Junho begonya alami tanpa rekayasa genetik!!"
Next?
Ini gak lucu sama sekali, tapi pada dasarnya aku nulis di wattpad adalah untuk bersenang-senang ehehe😆
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...