Topik 1 : Gelar Sp.PAm-KOO
"Selamat pagi, dokter Sejeong. Makin cantik aja, dok. Lagi sibuk ya, dok?"
Dokter Sejeong yang tadinya sedang membaca buku di kantin rumah sakit langsung mengangkat pandangannya. "Oh, dek Junho. Mau sarapan, dek?"
Junho mengangguk. "Iya, dok. Boleh saya duduk di sini nemenin dokter?"
Sejeong mengangguk. "Boleh kok, dek."
"Dok, saya tertarik lho jadi spesialis anestesiologi dan terapi intensif konsultan neuroanestesi kayak dokter," kata Junho penuh semangat.
Sejeong menatap Junho lembut. "Oya?"
Junho mengangguk mantap. "Iya, dok. Tapi sekarang saya udah jadi dokter konsultan lho."
Sejeong menaikkan sebelah alisnya. "Konsultan apa, dek? Jasmu masih ditulis dokter muda gitu."
Junho meringis. "Spesialis potekin ampul konsultan oplos obat."
Sp. PAm-KOO alias Spesialis Potekin Ampul Konsultan Oplos Obat
Topik 2 : Tensi Ulang
"Dek, tensi pasien bed 8 berada?"
Dongpyo melihat hasil tensi yang sudah dilakukannya saat dokter Minhyun bertanya padanya. "130/80, dok."
Minhyun menoleh. "Kamu yakin?" tanyanya.
Dongpyo mengangguk kaku. "Iya, dok. Tensinya 130/80, dok."
"Ini pasiennya ada hipertensi dan belum minum obat lho. Yakin kamu tensinya segitu? Masa iya?"
Dongpyo meringis kaku. "Tensi ulang ya, dok?"
Topik 3 : Jari Konsulen
"Hee, Minhee."
Minhee menoleh saat Yohan menyenggolnya. "Kenapa, Han?"
Yohan menunjuk ke arah dokter Daniel yang sedang menjelaskan sebuah kasus dalam bidang bedah toraks saat bimbingan. "Dokter Daniel ganteng ya?"
Minhee mengangguk. "Banget. Tapi tuh lihat, di jarinya udah ada cincinnya."
Yohan manyun sebentar. "Kan jarinya ada 10, Hee. Yang ada cincinnya cuma 1. Masih ada sisa 9 jari lagi."
Topik 4 : Amoxicilin
"Dok, kok luka operasi saya jadi merah dan bengkak gini. Sakit lagi, dok."
Eunsang memeriksa luka operasi di bagian perut pasien di depannya yang sedang check up. "Antibiotiknya dihabiskan kan, pak?"
Pasien itu mengangguk. "Iya, dok. Tapi Amoxicilinnya nggak saya habiskan. Tiap habis minum itu, jantung saya berdebar-debar, dok."
Eunsang menepuk jidatnya. "Amoxicilin kan nama antibiotiknya, pak."
Topik 5 : Kasihan Bakteri
"Dok, kemarin saya sakit. Dapet resep antibiotik," kata Hyungjun pada dokter Sian saat keduanya sedang berjaga di Poli Bedah.
Dokter Sian menoleh. "Kamu habiskan kan, dek? Inget, antibiotik harus habis lho."
Hyungjun mengangguk. "Iya, dok. Saya habiskan kok, dok. Rasanya pahit banget, dok."
"Antibiotik emang pahit, dek."
Hyungjun mengangguk. "Saya aja yang manusia ampun-ampun sama pahitnya antibiotik. Apalagi bakteri yang sekecil itu ya, dok? Pantesan langsung mati, antibiotik pahitnya kayak cobaan hidup. Kasihan bakteri."
Topik 6 : Saran Kepada Pasien
"Bapak, asam uratnya tinggi. Dikurangi konsumsi daging sapi, daging ayam, udang, tahu dan tempe ya."
"Ibu, kolesterolnya tinggi. Kurangi makan gorengan ya."
"Bapak, asam lambungnya tinggi. Kurangi konsumsi kafein dan alkohol ya."
Minkyu masuk ke ruang koass dengan wajah loyo dan duduk di samping Junho. "Gue sedih, Jun," katanya.
Junho menoleh. "Ngapa lo?" tanyanya.
"Gue ngasih saran yang bagus-bagus ke pasien, tapi gue sendiri tiap hari makan daging ayam, makan gorengan, minum kopi. Sedih banget gue, Jun."
Junho menepuk pelan bahu Minkyu dan mengulurkan seplastik makanan. "Sabar ya, Kyu. Nih gorengan, mumpung masih anget."
Topik 7 : Tiap Hari
"Bu, kok nggak sembuh-sembuh. Obatnya diminum tiap hari kan?" tanya Minhee setelah melakukan pemeriksaan fisik pada pasien kontrol di depannya.
Pasien itu mengangguk mantap. "Iya, dok. Saya minum tiap hari kok obatnya."
Minhee menatap pasien di depannya curiga dengan mata menyipit. "Ibu yakin? Masa iya? Harusnya kalo dikonsumsi tiap hari, ada perkembangan signifikan lho, bu. Bukan malah begini hasil pemeriksaannya."
Pasien itu tersenyum santai. "Saya minum tiap hari senin sama kamis, dok."
Minhee menepuk jidatnya keras-keras.
Topik 8 : Itu yang Di Belakang Kamu!
Pagi ini visit besar, suatu kegiatan rutin namun dadakan yang bisa membuat koass di stase bedah terutama yang jaga bangsal langsung kalang kabut.
Aturan mainnya, jangan sampai tidak bisa menjawab saat konsulen bertanya. Wajib hukumnya mengetahui semua yang terjadi pada pasien.
Tidak bisa menjawab? Siap-siap kena sembur.
Dokter Daniel menatap kelima koass di depannya yang sedang berbaris. Junho, Eunsang, Yohan, Dongpyo, dan Hyungjun.
"Coba kamu jelaskan, kenapa pasien bed 6 bisa gitu tadi waktu saya visit?" Daniel menunjuk tajam ke arah barisan koass.
Dongpyo gemetar setengah mati. "Saya, dok?" tanyanya grogi.
Daniel menggeleng. "Bukan. Itu, belakang kamu."
Dongpyo menghela napas lega. Di belakang Dongpyo, Junho memasang tampang shock.
Ya tapi... ya tapi... koass tuh nggak dibayar, malah disuruh bayar😐
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...