"Kutu, aku udah di depan rumahmu."
Eunsang melongok ke bawah balkon dan menemukan Junho sedang bersandar di sisi Fortunernya sambil melambai ke arahnya. Ia lantas berburu-buru meninggalkan balkon untuk mengambil tas dan snelli yang sudah ia siapkan di tempat tidurnya.
"Tunggu bentar ya, Juno. Eunsang pamitan dulu. Terus langsung turun."
Eunsang mematikan sambungan teleponnya dan langsung berlari keluar kamar dengan tas yang kedua talinya tersampir di kedua bahunya dan snelli yang ia pegang erat di tangan kirinya, kemudian menuruni tangga dan langsung kembali berlari ke arah dapur, di mana ia mencium aroma roti bakar dari sana.
"Kakak, Eunsang berangkat ke rumah sakit dulu ya?" Eunsang tersenyum lucu ke arah Midam, kemudian mengecup kedua pipi kakaknya bergantian.
Midam menaikkan sebelah alisnya. "Nggak sarapan dulu?" tanyanya.
Eunsang menggeleng. "Udah ditungguin di bawah, kak. Takut kelamaan."
"Tuh, dibawa roti bakarnya. Dimakan di jalan. Entar kamu masuk angin belum sarapan. Bawain sekalian buat Junho."
Eunsang terdiam sebentar. Ia menatap kakaknya yang sedang mengoleskan Nuttela ke roti-roti yang lain, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah 2 tangkup roti bakar di atas meja makan. Ia tersenyum sebentar, kemudian memeluk kakaknya dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu kakaknya.
Midam menghentikan sebentar kegiatan mengoles Nuttelanya saat merasakan aroma cherry dari body mist Eunsang tercium begitu dekat dan beban di bahunya.
"Kak Midam, makasih ya. Eunsang sayang kakak."
Midam tersenyum dan mengusap pelan rambut merah muda Eunsang. "Anything for you, Baby Ssa."
Eunsang melepas pelukannya dan menegakkan tubuhnya. "Eunsang berangkat dulu ya? Kakak nanti kalo berangkat, bawa mobilnya jangan ngebut. Sarapan dulu sebelum ke rumah sakit. Love you."
Midam mengangguk. "Love you more."
Eunsang meraih 2 tangkup roti bakar di meja dan membawanya pergi. Sebelum keluar rumah, ia mampir sebentar ke ruang keluarga, tempat papanya sedang duduk sambil menikmati teh hangat dan menonton berita pagi.
"Pagi, papa. Eunsang berangkat ke rumah sakit dulu ya." Eunsang tersenyum dan mengecup kedua pipi papanya bergantian, yang kemudian menimbulkan kekehan halus dari bibir ayahnya, juga usapan pelan di rambut merah mudahnya.
"Hati-hati di jalan, Sayang."
Eunsang mengangguk dan melangkah meninggalkan ruang keluarga. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti. Kali ini langkahnya terhenti di lorong rumah, dekat dengan pintu utama rumahnya. Ia tersenyum manis dan berdiri menghadap sebuah foto di depannya.
"Mama, Eunsang berangkat dulu. Mama baik-baik ya di sana. Eunsang sayang mama."
Eunsang mengembangkan senyumnya sekali lagi, kembali menyadari untuk ribuan kalinya bahwa ia memiliki senyum yang mirip dengan senyum mamanya. Sementara kakaknya memiliki senyuman yang sama seperti ayah mereka. Walaupun mata bulat mereka sama-sama diturunkan dari ibu mereka.
Setelah berbicara sebentar dengan foto almarhumah mamanya, Eunsang bergegas keluar rumah untuk menemui Junho. Sebenarnya pagi ini ia juga harus melakukan follow up, tapi pasiennya tidak sebanyak pasien Junho, jadi mereka berangkat sepagi ini adalah karena jumlah pasien Junho yang lebih banyak daripada pasiennya. Belum lagi karena Dongpyo yang ngotot meminta Junho untul segera ke rumah sakit karena dirinya terlalu takut untuk melakukan follow up ke bangsal Dendrobium.
Saat berbalik badan setelah memastikan pintu pagar tertutup sempurna, Eunsang memasang senyum terbaiknya dan berjalan mendekati Junho yang sedang bersandar di badan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfictie"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...