"Kamu jangan lupa makan. Stase sebelumnya kamu dapet A, kalo bisa dipertahanin dapet A. Jangan sampe masa koass kamu sia-siain. Mending kamu berhenti aja kalo gak bisa konsisten..."
Minkyu menghela napas panjang. "Iya, ma. Bakal Minkyu usahain stase ini juga dapet A. Tapi stase ini lebih berat dari stase sebelumnya."
"Mama gak mau denger alasan kamu, Kyu. Kamu harus konsisten. Mama gak mau kamu turun karena kamu gak konsisten. Belajar yang rajin makanya."
Minkyu mengangguk, walaupun mamanya nggak akan lihat apa yang dia lakuin. "Iya, Minkyu belajar setiap hari kok. Udah dulu, ya, Minkyu harus observasi pasien lagi."
Sambungan telepon diputus. Minkyu langsung memasukan hapenya ke dalam saku snellinya dan duduk di kursi panjang deket lorong paviliun rumah sakit. Pikirannya kacau, lebih kacau daripada harus follow up pasien tiap subuh atau harus observasi pasien tiap 1 jam. Dia nutup mukanya dengan dua tangan yang sikunya bertumpu di lutut.
Bayangan-bayangan kesuksesan kakak-kakanya sebagai pengusaha dan designer mulai berkelebat. Belum lagi bayangan kesuksesan mama papanya juga ikut nyempil di antara sekian banyak bayangan yang ada di pikirannya.
Kim Minkyu anak yang baik.
Kim Minkyu anak yang pintar.
Kim Minkyu anak yang sempurna.
Kim Minkyu harus jadi nomor 1.
Pikiran Minkyu makin kacau. Ada perasaan bersalah yang tiba-tiba nyelinap masuk ke dalam hatinya.
"Semester ini ip kamu 3,75. Kalo bisa, kamu harus ningkatin. Jangan turun nggak konsisten gitu."
"Mama gak mau denger alasan kamu, Kyu. Kalo kamu gak konsisten, mending kamu berhenti. Gak usah kuliah lagi."
"Kamu pinter, jadi kamu harus punya prestasi. Kalo kamu mau jadi orang hebat, konsisten belajarnya, jangan konsisten mainnya. Jangan kebanyakan ngeluh."
Well, mengeluh adalah hal yang terlarang buat Minkyu selama ini. Sejak kecil sampe dia gede kayak sekarang. Minkyu bukannya nggak punya keluhan. Dia punya. Bagaimanapun, dia cuma manusia biasa yang punya segala beban dalam hidup dan dia berhak mengeluh. Tapi mengeluh adalah hal yang terlarang.
"Jangan kebanyakan ngeluh. Kamu ngeluh, usaha kamu mana?"
"Kalo kamu kebanyakan ngeluh dan gak konsisten, mending kamu berhenti sekarang."
Minkyu mengacak rambutnya yang udah berantakan, jadi makin berantakan. Pikirannya makin semrawut. Kosong. Ada rasa dia pengen keluar dari rumah sakit ini, tapi ada rasa kalo ini adalah panggilan jiwanya.
Untuk kesekian kalinya, Minkyu perang batin dengan dirinya sendiri.
"Woy, Kyu, ngapain lo menyendiri di sini? Nyari wangsit lo?"
Minkyu menoleh. Junho berdiri nggak jauh dari dia dengan muka-muka songongnya. "Lo sendiri ngapain di sini?"
Junho mendekat dan berakhir duduk di sampingnya Minkyu. "Nyari anginlah. Pening gua denger suara Dongpyo 24 jam. Lo sendiri ngapain? Gak ada pasien yang harus lo observasi?"
Minkyu nggak menjawab dan Junho jadi senewen sendiri sama temennya itu.
"Hoy, lo jangan kayak orang mau kesurupan. Lo kenapa? Belom makan? Mau makan bareng gua ke warung depan IGD?"
Minkyu menggeleng. "Jun, gue boleh nanya?"
"Nanya aja. Pake acara ijin segala, kaya mau ngomong ama konsulen."
Minkyu terkekeh sebentar. "Lo masuk kedokteran sampe sejauh ini karena kemauan lo atau...?"
"Bukan kemauan gua," jawab Junho singkat, yang langsung bikin Minkyu noleh dengan muka kaget. "Kemauan orang tua gua. Kakak gua dua-duanya dokter, udah pada residen, tapi untungnya gak di rumah sakit ini. Bisa nyeri mata gua. Orang tua gua juga dua-duanya dokter. Kalo gua gak jadi dokter, dicoret kali gua dari kartu keluarga sama daftar warisan."
"Jadi, lo bertahan sejauh ini karena semua orang di keluarga lo adalah dokter?"
Junho mengangguk. "Praktisnya, iya. Bahkan orang tua gua pernah bilang, sampe gua jadi subspsialis pun, mereka mau kok sekolahin gua. Konyol, kan?"
"Orang tua lo gak pernah nekan lo?"
Junho ketawa. "Emang kenapa? Lo ditekan sama orang tua lo?"
"Lo belom jawab pertanyaan gue."
"Lo aja yang jawab pertanyaan gua. Lo lagi butuh temen cerita, kan? Jadi, gua gak perlu cerita soal gua ke elo. Tapi elo yang butuh cerita soal diri lo sama gua."
Minkyu diam dan menunduk. "Lo punya pandangan pribadi terhadap gue?"
Junho mengangguk. "Songong, tengil, agak sombong, sok pinter, walaupun emang pinter beneran."
Minkyu terkekeh. "Gue gak pinter kok. Bener lo, gue sok pinter."
Junho mencibir. "Mau merendah untuk meroket lo? Lo satu-satunya orang di angkatan yang bisa dapet ip 3,75 di semester 1. Gua dapet ip 3,35 pas semester 1 aja udah sujud syukur. Lo tau sendiri buat dapet ip setinggi lo di kedokteran itu harus belajar sampe nangis darah?"
"Gue gak belajar sekeras itu. Lo bener soal kalo gue itu sok pinter. Gue emang sok pinter."
"Lo ngomong apa sih? Lo emang kadang keliatan sok pinter, apalagi kalo presentasi, tapi aslinya lo beneran pinter. Jangan sok merendah untuk meroket. Gua yang dodol gini jadi can' relate."
Minkyu ketawa sebentar. "Lo itu pinter, tapi lo gak sok pinter."
Junho mencibir. "Kalo mau ngejek gua, gak usah pake cara alus. Pake aja cara kasar. Bilang aja langsung, Junho dodol, goblok, atau sebagainya. Gak usah muji gua pinter. Tau sendiri gua OSCE pertama harus ngulang."
Minkyu cuma bisa diem sambil senyum.
"Kyu, apapun yang orang tua lo bilang tentang lo yang mungkin bikin lo tertekan, lo adalah yang terbaik. Lo punya segalanya. Wajah lo oke, walaupun gantengan gua ke mana-mana. Attitude lo bagus, walaupun rada tengil. Lo pinter, walaupun keliatan sok pinter. Masa depan lo cerah. Hanya karena orang tua lo nekan lo buat ini itu, jangan sampe lo berhenti buat impian lo. Lo idup buat diri lo sendiri. Impian lo buat diri lo sendiri."
Minkyu menoleh. "Thanks, Jun. Gue gak tau ternyata lo bisa sebijak ini."
"Eunsang sama Yohan, otak mereka udah termasuk otak dewa, yang setiap mereka ngomong, gua pasti cengo. Tapi otak lo lebih encer dari mereka, yang kalo lo pada ngomong soal materi, gua pasti satu-satunya yang gak ngerti apa-apa."
"Lo berlebihan. Jangan merendah untuk meroket."
Junho ketawa keras. "Lo yang merendah untuk meroket. Gua mah merendah malah makin nyusruk nyium tanah wkwkwk...."
.
.
.Guys, maaf ya kalo aku keseringan update karena aku ngerasa kalo Coass Cooperate 2.0 kan konfliknya gak berat dan slice of life, jadi aku mutusin untuk banyak update. Maaf ya kalo keseringan update😪
Cerita Minkyu ini, 50% adalah cerita nyata seorang temenku dan 20% nya adalah ceritaku sendiri. Dan 30% adalah bumbu rempah-rempah😂
Btw, kalian gak ngerasa janggalkah dengan Junho yang selalu muncul di kisah latarbelakangnya para koass dalam mode waras?🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...