"Chan, kamu lihat di mana snelliku? Atau kamu tau di mana?"
Byungchan menghentikan kegiatannya mengaduk sup rumput laut dan menoleh ke belakang. Di pintu dapur tampak Seungwoo sudah rapi dengan kemeja hitam dan celana bahannya, rambutnya juga sudah tersisir rapi, padahal Byungchan belum mandi. Malah sedang sibuk memasak.
"Chan, jawab. Kamu lihat snelliku di mana?" tanya Seungwoo lagi, kali ini suaranya lebih mendesak.
Byungchan mengecilkan api kompornya dan menatap Seungwoo. "Aku nggak lihat. Kan terakhir kamu pake kemarin. Kamu taruh mana?"
Seungwoo menggeleng. "Aku nggak inget. Aku udah nyoba nyari ke lemari, ke gantungan baju, di ruang tamu, di ruang duduk, di bak cucian, di deket mesin cuci... nggak ada. Aku udah nelepon residen psikiatri yang jaga terakhir di poli, katanya juga nggak ada di sana."
Byungchan mematikan kompornya dan berjalan mendekati pacarnya. "Kan kemaren kamu bawa pulang. Aku lihat kamu nenteng snelli kok kemaren. Kamu kira snellinya punya kaki, bisa jalan sendiri?"
"Ya buktinya sekarang snellinya nggak ada, Chan. Aku udah nyari ke mana-mana, tapi tetep nggak ada."
Byungchan berdecak sebal. "Ya udah biar aku aja yang nyari. Kamu tuh udah teledor, nggak pernah sadar diri. Udah tau pelupa, tetep juga nggak sadar diri. Untungnya kerjaan kamu nggak pernah kececeran, tapi ya repot kalo snelli kamu hilang. Kebiasaan banget sumpah. Hari ini snelli yang hilang, besoknya kamu yang ikutan ngilang."
Seungwoo mengekor langkah di belakang Byungchan sambil mendengarkan dengan khidmat omelan Byungchan. "Ya kan aku nggak sengaja, Chan. Aku juga lupa. Kamu kok malah melebar ke mana-mana sih?"
Byungchan menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Seungwoo. Tangannya terangkat untuk menuding tepat ke wajah Seungwoo. "Terus kalo kamu lupa, aku harus ngasih kamu pemakluman sampe berapa ratus kali? Kamu tuh lama-lama kebiasaan, sering dimaklumin jadinya tuman. Kan aku udah bilang, kamu tuh pelupa, kamu tuh teledor, naruh barang itu di tempat yang mudah kamu lihat. Kalo habis ngambil barang, balikin ke tempatnya. Sekarang snelli kamu yang hilang, kalo besok dompet kamu ikut hilang gimana? Kalo kunci mobil kamu hilang gimana? Kalo SIP kamu yang hilang, kamu mau berhenti jadi dokter?"
Seungwoo menunduk, mendadak ciut kalau Byungchan sudah dalam mode mengomel. "Sebenernya... dompet sama kunci mobilku ada di saku snelli, Chan."
Byungchan menepuk dahinya dan memijat pelan pangkal hidungnya. "Besok-besok kamu aja yang hilang. Nggak usah pulang, lupa jalan pulang. Kebiasaan."
Walaupun sudah disembur, Seungwoo tetap mengekor langkah di belakang Byungchan tidak berhenti mengomel. Bahkan omelannya sebenarnya sama saja, hanya diulang-ulang dengan nada bicara yang semakin lama semakin tinggi dan ditambahkan kosakata baru yang membuat Seungwoo makin sakit kepala.
Meminta Byungchan mencarikan barang atau menanyakan barang hilang pada Byungchan bukanlah hal yang tepat. Selalu ada omelan panjang yang diulang-ulang sambil mencari barang itu, tapi Seungwoo juga tidak tahu mengapa ia selalu menanyakan barangnya yang hilang pada Byungchan.
Byungchan menyingkirkan baju-baju di gantungan belakang pintu kamar mereka. "Nggak ada," gumamnya.
Kaki jenjang Byungchan melangkah ke arah bak pakaian kering di sudut kamar, dengan Seungwoo yang mengekor layaknya anak ayam di belakangnya.
Ia mengeluarkan satu persatu pakaian di sana. "Kemeja, celana, kaos dalam, bokser, kemeja lagi, celana, jaket, kaos kaki, kaos kaki lagi, celana lagi, bokser lagi, kaos dalam lagi... nggak ada."
Byungchan beralih ke lemari di samping meja Seungwoo. Ia membuka kedua pintunya dan memerhatikan semua pakaian di sana. "Di sini juga nggak ada," gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...