"Ya Tuhanku, apa-apaan ini..."
Rahang Byungchan jatuh ke bawah saat melihat bagaimana penampakan kondisi apartemen Seungwoo setelah seminggu ia tidak menginap di sana dan lebih memilih pulang ke rumahnya karena permintaan kedua orang tua dan adik-adiknya. Ia kira seminggu bukan waktu yang lama untuk meninggalkan Seungwoo sendirian di apartemen, tapi ternyata ia salah. Salah besar malahan.
Seungwoo meringis kaku di belakang Byungchan menyadari ke mana tatapan mata tunangannya. Tepat ke arah tumpukan sampah sisa cemilan di sudut ruang duduk.
Byungchan menarik napas panjang, menyusuri ruang duduk yang nyaris terlihat seperti kandang ayam di matanya, lengkap dengan buku-buku, selimut, bungkus makanan, pakaian kering, dan bantal yang berserakan. Juga televisi yang dinyalakan.
"Chan..." Seungwoo menyentuh pelan bahu Byungchan, berusaha selembut mungkin.
Byungchan menoleh, tersenyum amat manis hingga kedua lesungnya muncul di pipinya. "Kamu tuh ganteng, pinter, penghasilanmu lumayan, kamu juga mandiri, nggak pernah lalai sama pekerjaanmu, selalu mengutamakan pasien, ramah, nggak sombong, tapi kamu tuh punya satu kekurangan. Kamu tau apa, Han Seungwooku sayang?"
Seungwoo yakin ini bukan hal yang bagus. Sejujurnya, Byungchan jarang memujinya sebanyak ini. Apalagi sambil tersenyum saat melihat kekacauan yang telah ia perbuat selama seminggu.
"Kekurangan kamu tuh cuma satu. Kamu jorok," tekan Byungchan.
Seungwoo berpikir sebentar. "Perasaan kamu pernah bilang kalo kekuranganku itu teledor dan pelupa. Sekarang kamu bilang kekuranganku jorok. Artinya kekuranganku ada 3, Chan. Bukan satu."
Byungchan tersenyum semakin manis sambil mengangguk. "Iya, Sayangku. Kekuranganmu cuma satu. Satu dikali seratus, maksudnya."
"Artinya kekuranganku ada seratus, Chan."
Byungchan tidak menyahut. Ia membawa kaki jenjangnya menuju dapur, terlalu pusing dengan ruang duduk yang terlampau berantakan di matanya. Ia adalah anak sulung dalam keluarga dan ia terbiasa mendidik adik-adiknya, dan melihat Seungwoo seperti ini, ia bertanya-tanya pada dirinya. Seungwoo ini pacarnya atau anaknya?
Saat kakinya nyaris mencapai dapur, ia dikagetnya oleh sebuah benda menggelinding berwarna kuning di lantai yang mengenai ujung sepatunya. Ia lantas menoleh ke bawah dan menarik napas panjang.
Tuhanku, kuatkan aku.
Byungchan menoleh ke belakang, ke arah Seungwoo yang mengekor langkah di belakangnya. "Kamu kalo habis pake barbel, ditaruh lagi ke tempatnya. Jangan dibiarin menggelinding gini di lantai. Kamu mau kepalamu aku lempar pake barbel?"
Seungwoo menggeleng pelan, setengah meringis di dalam hati.
Byungchan membungkuk guna mengambil barbel kuning itu dan menyerahkannya pada Seungwoo. "Balikin dulu barbel ini ke tempatnya, terus ke sini lagi," perintahnya.
Seungwoo mengangguk dan berjalan membawa barbel menuju gudang kecil di dekat ruang duduk untuk mengembalikan barbelnya, sementara Byungchan memilih memasuki dapur untuk melihat apa saja yang mungkin terjadi di dapur setelah seminggu ia tidak di sana.
Dan hal pertama yang dilihat Byungchan adalah tempat cuci piring yang berantakan. Piring-piring dan gelas-gelas kotor menumpuk di sana, membuat banyak semut berjalan bergotong royong mendapatkan sisa makanan yang tertinggal di sana. Jangan lupakan juga para lalat yang terbang di atas tumpukan piring.
Lebih jauh lagi masuk ke dapur, Byungchan menemukan tempat sampah di bawah meja penuh dengan kulit buah-buahan yang menimbulkan banyak lalat buah terbang di sekitar sana dan menimbulkan aroma buah busuk bercampur aroma makanan busuk lainnya tercampur menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...