Doctor Who Treats Other Doctor

16.6K 2.9K 214
                                    

"Aku kan udah bilang, kamu makannya jangan sampe kelewatan, kalo ngantuk tidur, kalo lembur jangan kebanyakan minum kopi, kurang-kurangin makan makanan instan, banyakin makan buah sama sayur, jangan ngidupin kipas angin terus, jangan gak tidur berhari-hari. Kenapa kamu susah banget sih nurut? Aku udah bilang dari lama, tetep aja gak nurut. Sekarang sakit, siapa yang ngerasa gak enak? Kamu sendiri. Bukan aku. Mau gak nurut lagi? Rawat diri kamu sendiri. Aku gak mau ngurusin kamu lagi."

Seungwoo memijat pelipisnya pelan. Oke, lengkap sudah deritanya hari ini. Kepalanya pusing, perutnya mual, lidahnya mati rasa, demam tinggi, persendian sakit, dan siang ini ditambah dengan pacarnya yang terus mengomel karena ia jatuh sakit. Kalo tahu begini, dia tidak akan meminta Byungchan mampir ke apartemennya.

Kepalanya makin pening. Bahkan walaupun niat pacarnya memang baik, tetap saja tidak bisa dipungkiri kalau kepala Seungwoo makin pening mendengar ocehan Byungchan.

"Aku udah beliin kamu roti, selai coklat, sayur-sayuran, buah-buahan, daging ayam, daging sapi, sereal, sama ikan segar. Kalo kamu gak ada waktu buat masak, kan bisa telepon aku. Gak mungkin gak aku masakin. Kamu tuh kayak orang gak ada yang ngerawat. Itu... satu kerdus mie instanmu, aku buang ke tempat sampah. Jangan nyariin. Kopi-kopimu, jangan harap balik. Udah aku buang semua."

Seungwoo hanya bisa menatap pacarnya tanpa berniat membantah. Kepalanya terlalu pusing untuk sekedar membantah dan demamnya juga membuat tubuhnya tidak nyaman.

"Sini, dulu." Byungchan akhirnya mendekati Seungwoo yang sedang duduk di pinggiran tempat tidur dengan wajah pucat dan kantong mata gelap. Ia mengusap perlahan satu sisi wajah Seungwoo, kemudian naik untuk menyingkirkan poni Seungwoo. "Kapan sih kamu terakhir kali potong rambut? Udah kayak gembel gini."

Seungwoo menarik napas panjang. "By, kamu tuh dari tadi ngomel terus. Aku makin pusing dengernya."

"Aku tuh ngomel karena aku peduli sama kamu. Kalo aku gak peduli, ngapain juga aku ke sini siang-siang? Tau sendiri pasienku banyak," cibir Byungchan. Dia menyentuh pelan dahi Seungwoo dan merasakan suhu tubuh pacarnya yang tinggi. "Apa yang sakit?"

"Semuanya. Kepala, tenggorokan, persendian, belakang mata. Semuanya sakit."

Byungchan meraih semangkuk bubur hangat di atas nakas dan duduk di samping Seungwoo. "Makanya kalo dibilangin itu nurut. Aku bilangin kamu banyak gini bukan buat aku, tapi buat kamu sendiri. Aku tau kerjaan kamu banyak, tapi kamu juga harus jaga kesehatan. Kalo kamu sakit, siapa yang dampingi pasien-pasien terapi? Aku tuh sayang sama kamu, jadi aku gak mau kamu sakit. Lain kali nurut ya?" tuturnya lembut.

Seungwoo mengangguk patuh.

Byungchan tersenyum dan mulai menyendok bubur, kemudian meniupinya pelan. "Sekarang makan dulu. Habis itu minum obat, terus istirahat ya? Kalo besok demam kamu belom turun, aku aja yang periksa lebih lanjut."

Byungchan mulai menyuapi Seungwoo dengan telaten, walaupun kadang residen psikiatri itu mengeluh buburnya masih terlalu panas atau indera pengecapnya yang mati rasa, sehingga tidak bisa merasakan apapun. Bahkan saat Seungwoo mengatakan kalo dia tidak mau menghabiskan makan siangnya, Byungchan dengan sabar membujuk pacarnya untuk menghabiskan makan siangnya.

"Minum paracetamol dulu ya. Besok kalo gak ada perkembangan, aku aja yang periksa sama resepin obatnya." Byungchan mengulurkan setablet paracetamol dan segelas air ke arah Seungwoo setelah makan siang selesai.

Seungwoo mengangguk dan mulai meminum obatnya.

Byungchan meletakkan mangkuk bekas bubur di atas nakas dan berdiri di depan Seungwoo. "Kepalanya masih sakit?"

Seungwoo mengangguk sambil meletakkan gelasnya di nakas. "Masih, By. Kayak habis dipukul Dorland dua kali, masih dipukul buku tatalaksana."

Byungchan terkekeh dan memeluk kepala Seungwoo, membiarkan kepala pacarnya menempel di perutnya. "Makanya lain kali nurut ya? Aku gak mau kamu sakit kayak gini."

Seungwoo mengagguk dan melingkarkan tangannya di pinggang Byungchan, sambil menikmati usapan lembut Byungchan di kepalanya. "Iya, aku kapok, By."

Byungchan menunduk dan mencium puncak kepala Seungwoo sayang. "Ayo tidur. Waktunya istirahat biar obatnya bisa bekerja."

Seungwoo mengangguk dan mulai berbaring, sedangkan Byungchan menaikkan selimut Seungwoo sebatas dagu pacarnya.

"Kamu balik ke rumah sakit habis ini?"

Byungchan menggeleng. "Gak. Aku udah ijin buat masuk setengah hari karena harus ngerawat kamu. Kamu dokter, tapi sekarang kamu pasienku."

Seungwoo terkekeh. Pacarnya walaupun agak ajaib dan cerewet, tapi selalu perhatian.

Byungchan mengusap dahi Seungwoo dan menunduk untuk meninggalkan satu kecupan di bibir pacarnya. "Cepet sembuh, sayangku. Lain kali jangan nakal lagi ya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Febris = Demam 🤒
.
.

Temanya adalah ketika kamu dan pacarmu adalah dokter, saat dia sakit, dia jadi pasienmu 🤒😷🤕
.
.
.

Jinhyuk dilarang komen🚫

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang