"Kamu pulang ke apartemen, tapi kamu gak bilang apa-apa sama aku. Mau kamu gimana, Jin? Aku kan bilang sama kamu, kalo ada apa-apa atau pengen apa-apa, bilang sama aku. Jangan ngambil tindakan sendiri. Kamu liat kondisi kamu. Kalo kamu emang gak mau dirawat inap, seenggaknya aku lebih tenang kalo kamu di rumah nenek kamu, bareng sama adik-adikmu, senggaknya kamu ada yang ngawasin. Kenapa kamu malah balik ke apartemen tanpa bilang apapun sama aku? Mau kamu gimana?"
Wonjin mengangkat pandangannya dan menatap Minkyu yang sedang berdiri di depannya dan menatapnya dingin. Ia lantas menarik kedua sudut bibir pucatnya untuk tersenyum. "Gimana tadi di rumah sakit, Kyu? Pasiennya banyak? Udah makan?"
Minkyu menatap lurus ke arah Wonjin. Ekspresinya masih sedingin saat ia memasuki kamar Wonjin beberapa menit lalu. "Jangan ngalihin pembicaraan kalo aku bicara. Jawab dulu. Kenapa kamu balik ke apartemen tanpa bilang apapun dulu sama aku? Mau kamu apa?"
"Kyu, jangan bahas ini, bisa? Kepalaku sakit. Jangan bikin makin sakit. Nenekku udah tua dan masih harus ngurus adik-adikku yang masih kecil. Aku gak bisa ngerepotin nenekku terus, Kyu. Aku juga udah dewasa, jadi aku bisa ngerawat diriku sendiri."
Minkyu membuang napas kasar, masih belum bisa menerima penjelasan pacarnya. "Tapi kamu lagi sakit. Seenggaknya ada orang yang ngawasin kamu. Kamu disuruh rawat inap gak mau, sekarang malah ngambil keputusan seenak jidat kamu sendiri. Bisa gak sih kamu itu berhenti keras kepala, Jin? Aku capek ngomong sama kamu."
Wonjin membalas tatapan dingin Minkyu dengan mata bulatnya yang memerah. "Kalo capek, ya udah gak perlu dibahas lagi. Aku juga gak mau bahas ini lagi, Kyu. Kamu belum makan kan? Mau dimasakin apa?"
Minkyu tidak menyahut. Ia masih dongkol setengah mati dengan kebiasaan keras kepala Wonjin. Bahkan ia yang tidak merasakan sakit pun bisa melihat kalau kondisi Wonjin semakin hari bukan semakin membaik, melainkan semakin memburuk. Dan wajah manis cowok itu juga berubah menjadi lebih pucat daripada sebelum-sebelumnya.
Wonjin berusaha berdiri dari duduknya, dengan kakinya yang kehilangan keseimbangan, yang membuatnya harus berpegangan pada meja nakas di samping tempat tidurnya. "Ramyeon aja ya? Aku belum belanja bulanan, jadi gak ada bahan makanan lain," katanya dengan suara lirih.
Minkyu hanya mengangguk tanpa suara. Ia melihat bagaimana pacarnya meringis menahan sakit, kedua kakinya yang gemetar, dengan badannya yang juga gemetar, dan langkahnya yang tidak seimbang, nyaris berkali-kali membuatnya hampir tersungkur.
Beberapa saat kemudian, Minkyu mendekati Wonjin. Tatapannya melunak. Ia menopang tubuh Wonjin dan menahannya untuk berhenti berjalan. "Udah, gak usah dipaksa. Aku bisa bikin sendiri. Kamu istirahat aja."
Wonjin menggeleng dan berusaha melepaskan diri dengan mendorong pelan tubuh Minkyu. "Aku bisa kok. Aku harus gerak, biar kamu berhenti khawatir dan berhenti mikir kalo aku sakit yang aneh-aneh. Padahal aku cuma kecapekan."
Oke, orang kecapekan apa yang sampai harus bedrest dan mendapat rujukan untuk melakukan pemeriksaan ke spesialis saraf? Orang kecapekan apa yang mengalami sakit kepala jangka panjang dalam waktu yang lama? Orang kecapekan apa yang mengalami kelemahan otot-otot sampai sebegini parahnya? Dan dengan semua tanda yang muncul, bagaimana Minkyu tidak kepikiran soal ini?
"Kyu, lepas ya. Aku mau masak. Aku gak papa kok. Jangan khawatir. Oke?" Wonjin tersenyum dan menyingkirkan tangan Minkyu dari bahunya, kemudian ia mengecup pelan pipi kanan Minkyu sebelum akhirnya kembali berjalan ke pintu dengan langkah sempoyongan.
Minkyu menatap punggung sempit Wonjin lurus-lurus. Bisa gak sih berhenti bikin orang khawatir, Jin? Aku khawatir karena aku peduli sama kamu, aku sayang sama kamu.
Tepat saat mencapai ambang pintu, tubuh sempoyangan Wonjin berubah limbung dan benar-benar kehilangan keseimbangannya, membuatnya jatuh tersungkur ke lantai dengan keras, sebelum sempat Minkyu menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...