"Morning, Baby Sunshine."
Wonjin menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum saat pagi itu Minkyu masuk ke kamar rawatnya. Pacarnya itu tampak mengenakan seragam jaga berwarna biru dengan bordiran nama di dadanya.
Kim Minkyu
Dokter MudaStase bedah selalu memiliki cara untuk membuat koass mereka terasa seperti dokter sungguhan, salah satunya dengan memberikan para koass pakaian jaga yang memiliki bordiran nama dan posisi mereka. Walaupun di sana tertulis Dokter Muda, tapi itu sudah cukup mengesankan untuk para koass yang baru lulus Sarjana Kedokteran. Dan Wonjin tidak bisa berdenial bahwa ia mulai membayangkan dirinya berada dalam pakaian jaga yang sama seperti pacarnya. Pasti menyenangkan.
Ah, jadi rindu bagaimana rasanya jaga malam dengan pakaian jaga, juga rindu bagaimana pasien dan keluarganya memanggilnya dengan sebutan dokter, meski nyatanya ia belum menjadi seorang dokter.
Ham Wonjin
Dokter MudaPasti keren kalau ia bercermin dengan pakaian jaga itu. Kemudian berjalan membawa stetoskop dan melakukan follow up. Berkomunikasi dengan pasien. Berbincang dengan para konsulen. Bekerja sama dengan para perawat. Kalang kabut bersama para koass lainnya. Menertawakan sesama teman koass karena keteledoran mereka. Ia benar-benar rindu kehidupannya sebagai koass, bukan sebagai pasien.
"Ngelamun mikirin apa?"
Wonjin tersentak kaget saat Minkyu tiba-tiba bertanya padanya, dengan jarak yang begitu dekat. Ia terpaksa harus membuyarkan semua lamunan dan pikirannya.
"Kamu lagi mikirin apa? Kok ngelamun?" tanya Minkyu sekali lagi.
Wonjin menggeleng. "Nggak lagi mikirin apa-apa kok," katanya.
"Aku bawain pancakes sama madu kesukaan kamu dari tempat biasa kita makan." Minkyu meletakkan sekotak makanan di meja samping bed Wonjin.
Wonjin menoleh dan mengangguk, kemudian tersenyum. "Makasih ya. Padahal kamu habis jaga malam, tapi sempat ke sana."
Minkyu menggeleng. "Restonya kan buka 24 jam, jadi setelah follow up, aku ke sana. Baru ke sini. Tinggal nunggu jam 8 nanti, dokter Yuvin visit. Tapi kayaknya agak telat."
"Kamu nggak sarapan?"
Minkyu menggeleng lagi. "Sarapannya nanti habis nemenin dokter Yuvin visit. Kamu mau sarapan sekarang?"
Wonjin menggeleng lesu. "Aku nggak nafsu makan, Kyu."
Minkyu mengamati Wonjin yang duduk di ranjangnya. Pacarnya itu sudah tidak tampak mengenakan kanula nasal seperti sebelum-sebelumnya. Hanya tampak infus yang masih terpasang di punggung tangannya. Perlahan, Minkyu tersenyum melihatnya.
"Kemoterapi keduanya gimana?" tanyanya. Ia meraih tangan Wonjin yang bebas dan menggenggamnya.
Wonjin tersenyum dan menatap tangannya yang ada dalam genggaman Minkyu. "Lancar kok. Nanti siang tinggal radioterapi. Setelah itu dilihat lewat MRI gimana respon glioblastomanya. Kata dokter Yunseong, kalo semua baik dan nggak beresiko terjadi sesuatu yang salah, aku boleh pulang dan rawat jalan."
Sesuatu yang hangat menyelinap ke dalam hati Minkyu. Ia merengkuh tubuh mungil Wonjin dalam pelukannya dan menciumi puncak kepala pacarnya.
"Aku selalu kepikiran kamu. Aku nggak bisa nemenin kamu kemoterapi karena banyak pasien yang masuk, tapi aku seneng denger perkembangan kamu," ungkapnya.
Wonjin mengangguk dan mencoba membalas pelukan Minkyu. "Aku udah janji buat sembuh, Kyu. Walaupun aku tau kalo kemungkinanku sembuh itu kecil, seenggaknya aku pengen punya lebih banyak waktu bareng kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...