Post-Traumatic Stress Disorder

18.4K 3.3K 200
                                    

Jam 01.00 dini hari, Minhee tiba-tiba terbangun. Pikirannya mendadak gelisah. Jantungnya mendadak berdetak lebih kencang daripada biasanya. Tapi dia sendiri nggak tau kenapa. Dia lagi tidur, tapi tiba-tiba kebangun karena tiba-tiba merasa gelisah yang nggak tau dari mana asalnya. Padahal dia nggak lagi mimpi buruk atau punya tanggungan tugas, tapi tiba-tiba dia gelisah.

Minhee duduk di pinggiran ranjang. Tangannya tiba-tiba gemetar tanpa alasan, kakinya pun tiba-tiba ikutan dingin, sedangkan pikirannya tetep blank.

PRANG

Suara benda jatuh dari arah dapur bikin jantung Minhee kaget setengah mati. Dia langsung berdiri buat ngehidupin lampu kamarnya, terus diam sebentar buat ngelihat tangannya yang gemeteran tanpa alasan.

Dia mulai ngerasa takut.

Sama dirinya sendiri.

Mama...

Minhee langsung lari ke arah dapur, berharap kalo yang ada di pikiran dia nggak terjadi. Tapi sewaktu dia sampai di dapur, kakinya yang tadinya cuma sekedar dingin, berubah lemas persis jeli. Dia jatuh di lantai.

"Mama udah gak sanggup hidup..."

"Mama!"

Di dekat kaki meja, mamanya Minhee terbaring kejang-kejang, dengan napas memburu, dan bibir yang berbusa. Sedangkan di dekat tangannya, tabung obat antidepresan terbuka, beberapa isinya berceceran di lantai.

Mamanya Minhee overdosis antidepresan.

"Mama... mama... denger Minhee?"

Minhee panik bukan kepalang. Dia langsung lari ke arah telepon rumah. Pikirannya kosong. Ketakutan yang bikin dia mendadak panik adalah ini. Mamanya, yang mengidap gangguan depresi mayor.

"Junho... angkat. Ayo, angkat. Junho, gue butuh lo."

Minhee natap mamanya yang kejang dan terus ngeluarin busa dari mulutnya makin panik. Pikirannya makin kosong. Satu persatu bayangan tentang masa lalunya mulai keluar. Tentang mamanya, papanya, dia, keluarga besarnya, dan... traumanya.

"Eung? Siapa?"

"Junho, tolongin gue sekarang, plis. Tolongin gue..."

"Minhee? Lo kenapa? Kok suara lo gitu? Lo di mana?"

"Mama, Jun, mama... tolongin mama gue. Junho, tolongin gue..."

Junho nggak bicara apa-apa di ujung sana. Tapi seakan paham dengan keadaan Minhee, Junho langsung menjawab, "Gua ke rumah lo sekarang. Cepetan pake jaket, di luar dingin. Lo jangan panik dulu, Hee. Tenang. Tarik napas, oke? Gua ke sana sekarang."

 Minhee makin panik. Tangannya gemeteran. Dia langsung deketin mamanya dan berusaha buat nggak makin panik, tapi ngelihat kondisi mamanya, dia makin panik. Selain panik karena keadaan mamanya yang jelas-jelas overdosis, dia juga panik karena ingatan-ingatan masa lalunya mulai berkelebatan di kepalanya, bikin dia makin gemeteran saking takutnya.

So, for your information, Minhee has PTSD.

Sepuluh menit kemudian, Junho sampe di rumah Minhee. Dia nggak pake permisi atau ngetuk pintu dulu, tapi langsung masuk ke rumah Minhee tanpa permisi. Lancang? Nggak kok, karena Junho udah temenan sama Minhee dari kecil. Sebelum Minhee pindah ke sini, dulu dia tetangganya Junho.

Junho bukan main kagetnya waktu lihat keadaan mamanya Minhee, sama Minhee yang udah nangis-nangis. "Bawa ke mobil gua sekarang. Kita ke rumah sakit."

Sadar badannya Minhee gemeteran, Junho langsung ngelepas jaket parka yang dia pake dan nyampirin jaket itu ke badan kurusnya Minhee, dan tanpa banyak omong langsung ngebopong badan mamanya Minhee.

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang