Midam menutup textbook Orthopedinya dan memilih duduk termenung di balik mejanya. Pikirannya kacau. Ia tidak bisa berpikir jernih, bahkan tentang dirinya sendiri. Bukan hanya pikirannya, tubuh dan hatinya juga kacau. Ia tidak tahu pada siapa harus berkeluh kesah. Mengganggu Wooseok di jam-jam ini bukan pilihan yang baik untuknya.
Ia memejamkan matanya, menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan.
"Kalian harus punya hubungan yang baik. Kalo nanti papa udah nggak ada, kalian harus saling membantu dan tetap saling sayang. Ingat kalo kalian lahir dari ibu yang sama."
Midam menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sementara kedua sikunya bertumpu pada meja. Perkataan ayahnya beberapa tahun silam saat ayahnya memutuskan berhenti dari pekerjaannya teringat lagi dalam pikiran Midam. Mengingatkannya pada pesan lama ayahnya bahwa ia dan Eunsang harus memiliki hubungan yang baik.
Hubungannya dengan adik kecilnya selama ini baik-baik saja. Tidak pernah ada yang salah dalam tali persaudaraan keduanya. Ia menyayangi Eunsang sebagaiman seorang kakak menyayangi adiknya dan Eunsang dekat dengannya sebagaimana seorang adik dekat dengan kakaknya.
Bahkan lebih dari itu, Midam menyerahkan seluruh hidup dan pikirannya hanya untuk Eunsang. Ia menyadari bahwa adiknya tidak pernah merasakan kasih sayang ibu mereka, itulah mengapa ia memikirkan Eunsang lebih banyak daripada ia memikirkan dirinya sendiri. Baginya, Eunsang adalah orang paling berarti setelah kedua orang tuanya. Ia akan melakukan apapun untuk Eunsang. Ia akan memberikan segalanya untuk Eunsang. Waktunya, perhatiannya, kasih sayangnya... ia akan memberikan segalanya untuk Eunsang.
Namun karena terlampau menyayagi Eunsang, ia melupakan dirinya sendiri. Melupakan bahwa ia nyaris tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Ia terlalu tidak memiliki waktu untuk memikirkan dirinya. Bahkan ketika orang lain mungkin akan mengatakan dirinya egois, ia masih tidak mengerti, kapan ia memiliki waktu untuk memikirkan dirinya sendiri?
Ia hanya pernah 2 kali jatuh cinta sepanjang hidupnya dan semuanya tidak berakhir baik. Seolah tidak diperkenankan untuk jatuh cinta atau bahkan dicintai, hubungan cintanya selalu berakhir mengenaskan, juga menyakitkan. Ia tidak tahu mengapa, tapi entah mengapa, semua tidak pernah berjalan dengan baik.
Pertama adalah Yoon Seobin. Hubungannya dengan Seobin kandas di tengah jalan dengan alasan yang hingga kini masih belum bisa dipahaminya dengan baik. Ia nyaris tak pernah memikirkan tentang cinta, hingga Seobin datang dan menawarkan hatinya. Ia jatuh cinta, namun semua tidak berjalan baik. Seobin pergi dan hubungan mereka selesai tanpa penjelasan berarti.
Kedua adalah Cha Junho. Chaos terbesar dalam hidupnya, di mana adik kecilnya terlibat di dalamnya. Midam mengakui bahwa ia menaruh hati pada Junho, namun ia tak ingin berdenial bahwa adik kecilnya pun menaruh hati pada Cha Junho. Terkadang sebagai manusia, ia ingin egois sesekali untuk perasaannya, namun ia terlalu tidak sanggup melihat adiknya terluka. Dan ia kembali mengalah pada keadaan, menekan perasannya, berusaha membunuh dan membuangnya, bahkan ketika perasaan itu ingin tumbuh dalam hatinya. Meski ia menginginkan Junho, ia tidak bisa mendapatkan lelaki itu karena nyatanya, Eunsanglah pemilik hati Junho.
Hingga pada akhirnya, ia benar-benar bertindak egois, tidak lagi membuat dirinya terus memikirkan adiknya. Malam itu, ia pergi bersama Junho. Ia berjanji bahwa itu adalah terakhir kalinya ia bersama Junho, terakhir kalinya ia mengesampingkan Eunsang demi menjadi egois demi mendapatkan apa yang diinginkannya setidaknya semalam, sebelum ia melupakan segalanya dan benar-benar membuat hatinya mati rasa.
Junho menggenggam tangannya, tersenyum untuknya, hanya menatapnya, hanya bicara pada dirinya, tidak membicarakan orang lain, dan membicarakan banyak hal yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Ada letupan menyenangkan di dalam dadanya saat Junho menggenggam erat tangannya. Ada perasaan menyenangkan saat melihat bagaimana Junho memahaminya. Ada perasaan yang membuatnya nyaman saat Junho menyampirkan jaket ke bahunya, kemudian merangkulnya saat udara malam hari semakin dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...