"Kebagian jaga malam?" Minkyu menarik pinggang Wonjin, membuat tubuh pacarnya mendekat secara sepihak.
Wonjin mengangguk sekilas.
"Aku pulang duluan ya? Kalo perlu apa-apa atau ada apa-apa, telepon aja." Minkyu mengecup singkat kedua gembul Wonjin bergantian.
Junho menatap pasangan dimabuk asmara di depannya datar. Ia mendengus dongkol. "Coba kalo pacaran jangan di depan gua. Terinfeksi nih mata gua. Coba hargai temen-temennya yang masih jomblo."
Minkyu menoleh, masih dengan tangan yang memeluk pinggang Wonjin. "Siapa lo berani-beraninya merintah gue?" tanyanya sarkas.
Junho berdiri dari duduknya dan menarik Wonjin, kemudian merangkul bahu cowok itu. "Gua temennya Wonjin. Mau apa lo? Sembarangan nyosor-nyosor temen gua."
"Bilang aja lo ngiri karena gak punya pacar yang bisa lo cium."
Junho berdecih makin dongkol. "Ngapain juga gua ngiri? Tinggal kedip doang banyak yang ngantri. Mana mungkinlah cuma liat lo pacaran ama Wonjin, gua ngiri?"
"Coba sana praktek."
Junho meringis kaku. "Wonjinnya boleh nih gua cium emang?"
Wonjin menoleh dan melepaskan diri dari Junho. "Kepala lo, Jun."
Minkyu langsung merangkul kembali Wonjin dan menatap Junho datar. "Makanya buruan punya pacar biar mata lo gak iritasi liat gue pacaran."
Junho mencibir. "Kalo pacaran tau tempat, jangan seenak jidat. Lo kata gua ngontrak di sini?"
Minkyu dan Wonjin bertatapan sebentar, kemudian berakhir membuat Junho luar biasa makin dongkol saar Minkyu dengan iseng mencium bibir Wonjin di hadapan Junho.
"Lo pernah denger gak, temen gua kemaren ciuman ama pacarnya di depan gua, besoknya duitnya segepok ilang?"
Minkyu terkekeh. "Lo yang bikin skenarionya?"
Pintu ruang koass terbuka saat Junho baru berniat untuk mendebat Minkyu. Minhee masuk ke ruang koass sambil merangkul Yohan di kanan dan merangkul Eunsang di kiri. Ketiganya tampak sedang mengobrol asik, sampai tidak peduli ketiga orang lainnya di ruang koass.
"Iya sih. Tapi gue liat-liat lagi ya, dokter Dongho tuh gak seberapa galak. Galak kan kalo dia ngamuk gak ada alasan, tapi alasan dia kan jelas banget," kata Minhee sambil menutup ruang koass dengan kakinya.
Eunsang mengangguk. "Mungkin maksud dokter Dongho baik, tapi caranya terlalu keras."
"Bukan keras sih menurut gue. Lebih ke arah tegas. Dia gak pernah marah kalo koass gak teledor. Kalo ada koass teledor, baru dia marah," sahut Yohan.
Wonjin bertatapan dengan Minkyu. Sedangkan Junho menatap ketiga cowok berparas manis itu dengan dahi berkerut.
Mereka sedang membicarakan konsulen garang mereka ternyata.
"Kok kalian masih di sini?" tanya Minhee setelah menyadari kehadiran 3 koass lainnya di sekitar mereka.
Minkyu melepaskan rangkulannya dari Wonjin dan beralih memanggul ranselnya. "Ini baru mau pulang. Kalian jaga malem?"
Eunsang menggeleng. "Eunsang gak jaga malem, bentar lagi juga pulang. Masih nunggu kakak."
Minkyu mengangguk. "Mau bareng gue? Searah kan rumah kita."
Junho menatap Minkyu datar. "Gua gak tanggungjawab ya kalo Wonjin ngamuk."
Minkyu menoleh menatap Wonjin. "Kamu cemburu kalo aku nganterin Eunsang pulang?"
Wonjin menggeleng. "Gak tuh. Junho kali yang cemburu karena kamu nganterin Eunsang pulang."
"Cemburu kalo ada status wajar. Status aja gak jelas, mau cemburu? Malu ama kotoran sepatu gue," cibir Minhee.
"Kasih status dulu baru cemburu. Kalo Wonjin yang cemburu ama Minkyu, ya wajarlah. Kan pacarnya. Lah situ siapanya Eunsang ya?" sahut Yohan.
Eunsang menatap Minhee dan Yohan bergantian. "Kalian kenapa sih?"
Yohan menarik Eunsang dan merangkulnya. "Jangan mau dicemburuin kalo gak dikasih status, Sang. Lo yang sering makan ati. Biar sekali-sekali Junho yang makan ati."
Minhee mengangguk mengompori. "Lonya jaga hati, dianya malah main api. Dikata lagunya HitamPink apa? Bermain dengan api."
Minkyu menggeleng. "Yaudah, Sang. Sini, gue anterin pulang sekalian. Bilang sama dokter Midam, lo pulang duluan bareng gue."
Eunsang menggeleng. "Enggak ah. Nunggu kak Midam aja. Lagian gak enak sama Wonjin."
Wonjin menoleh dan menggeleng. "Serius, pulang aja bareng Minkyu, daripada nunggu dokter Midam. Udah ngantuk gitu keliatannya."
Junho menatap satu persatu temannya datar. Keberadannya dilupakan. Seketika ia menjadi tak kasat mata.
"Emang gua cuma ngontrak di sini. Ya udahlah, gua mau ikut dokter Jinhyuk nyari wangsit di ruang jenazah."
Yohan menoleh dan mencibir. "Belom tau aja lo kalo sekarang dokter Jinhyuk udah bertransformasi jadi pangeran berambulance."
Junho menatap Yohan. "Berkuda putih maksud lo?"
Yohan menggeleng. "Berambulance. Soalnya tadi gue liat dia jadi supir ambulance. Bukan jadi penunggang kuda putih."
Dan 3 detik setelahnya, Jinhyuk muncul dengan rambut berantakan dan wajahnya yang banjir keringat.
"Dek, tolongin saya dong. Ada kecoa mode berserk di kamar jenazah. Tadinya saya suruh keluar pake sapu, eh bukannya kabur, dia malah mengepakkan sayapnya lalu terbang menuju tak terbatas dan melampauinya."
.
.
.Aku vs kecoa
Sebuah pertarungan kolosal mempertahankan harga diri dan wilayah. Aku dengan sapu dan kemoceng, dia cukup terbang dengan imutnya. Dan akhirnya dia berhasil mengkudetaku dari kamarku sendiri 😐😶
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...