"Yohan, tunggu dulu. Saya mau bicara sama kamu sebentar." Yuvin berusaha mengejar langkah panjangnya Yohan sewaktu dia nggak sengaja ketemu Yohan di depan poli kulit dan kelamin menjelang tengah malam.
Yohan berusaha menulikan telinga dan terus berjalan cepat tanpa peduli Yuvin yang terus berusaha ngejar dia di belakang.
"Dek, saya mau bicara sebentar sama kamu. Kenapa kamu tiba-tiba ngehindarin saya gini?" Yuvin akhirnya berhasil berhenti di depan Yohan dan otomatis bikin Yohan juga berhenti.
Yohan menghela napas kasar. "Dok, tolong minggir. Saya mau ke OK, udah ditunggu koass yang lain," katanya dingin.
Yuvin menggeleng. "Kita bicara dulu sebentar, dek. Selama ini kamu ngehindarin saya tanpa saya tau kesalahan saya di mana. Saya nyari kamu ke mana-mana, tapi kamu selalu ngehindarin saya. Kamu ada masalah sama saya?"
"Saya gak ada masalah sama dokter dan dokter gak usah bingung kenapa saya ngehindarin dokter. Kan kita orang asing," jawabnya.
Yuvi menarik napas panjang. "Kamu marah soal yang saya lakuin sama kamu di parkiran waktu itu? Kamu marah karena saya meluk kamu waktu itu?"
Yohan menggeleng kaku. Raut wajahnya berubah. Perkataan orang tuanya hari itu, sebelum dia berpikir buat bunuh diri dari jembatan sungai Han, berkelebat lagi. "Kita lupain aja soal hari itu, dok. Saya gak marah sama dokter. Permisi, saya harus ke OK."
Yohan mengambil langkah ke samping, berusaha melewati Yuvin, tapi belum sempat dia mulai berjalan lagi, residen bedah itu langsung menarik tangannya dan memojokkan ke dinding rumah sakit, juga mengunji tubuh Yohan di antara kedua tangannya.
"Dokter apa-apaan? Dokter gak dengar kalo saya mau ke OK?" Yohan bertanya agak emosi. Bukan emosi sama Yuvin, tapi lebih emosi sama dirinya sendiri.
Ternyata bener kalo gue mulai jatuh.
"Kamu bilang kamu gak marah sama saya, gak marah sama apa yang saya lakuin ke kamu, tapi tingkah laku kamu menunjukkan kamu marah sama saya, Han. Kalo memang saya salah, kasih tau saya, Han. Jangan pergi gitu aja."
Yohan tersenyum miring. "Buat apa, dok? Toh saya juga bukan siapa-siapa dokter. Saya cuma koass yang kebetulan ada di sini dan nantinya akan jadi koass yang dokter bimbing."
"Han..."
"Kalo dokter cuma mau main-main, tolong jangan sama saya, dok. Saya gak mau hidup saya makin runyam karena selagi Junho gak ada, saya gak tau harus bersandar sama siapa, dok."
Sedetik kemudian, Yohan merasa sesuatu yang berat bertumpu di bahu kirinya. Kepala Yuvin. Tangan kiri Yuvin masih di sisi kepala Yohan, tapi kepala Yuvin bertumpu di bahu kirinya Yohan.
"Saya minta maaf, Han, karena lancang bikin kamu jatuh hati sama saya."
Tubuh Yohan menegang. Napasnya tercekat saat itu.
Kenapa dia bisa tau?
Yuvin mengangkat kepalanya dan menatap ke dalam mata Yohan. "Tapi perlu kamu tau kalo saya gak main-main sama kamu. Mungkin selama ini perlakuan saya ke kamu gak menunjukkan keseriusan saya, tapi saya serius sama kamu, Han. Dan tentang ke mana kamu bersandar selama Junho gak ada, saya akan selalu jadi orang pertama yang mau jadi sandaran kamu, Han. Saya mungkin gak mengenal kamu sebaik Junho, tapi saya mau belajar mengenal kamu."
Yohan membeku di tempatnya. Pikirannya mendadak blank, terlalu bingung harus ngomong apa.
Yuvin membingkai kedua sisi wajah Yohan dengan kedua tangannya. "Apa yang saya bilang hari itu, tentang kamu yang sederhana bisa bikin saya jatuh cinta, saya gak pernah main-main, Han. Kamu memang gak sempurna orang lain, tapi kamu sempurna buat saya. Kamu dengan segala permasalahan yang kamu bawa dan saya dengan segala permasalahan yang saya bawa."
Dan malam itu, berhari-hari setelah ciuman gagal, malam ini Yuvin menyatukan bibirnya dengan bibir Yohan. Hanya ciuman singkat yang bermakna bahwa Yuvin nggak main-main dengan perkataannya.
Tapi, apa Yohan bisa percaya?
.
.
.Belum jadian guys, belum. Yohannya belum kasih lampu ijo😶
Btw, Byungchan sama Jinhyuknya dikerangkeng dulu biar gak merusak suasana😆
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...