"Kak Midam, bisa minta waktu sebentar?"
Midam menoleh dan menghentikan gerakan tangannya membuka pintu poli untuk mengambil barangnya yang ketinggalan. Untuk sejenak ia merasa tenang saat seseorang memanggil namanya sebelum ia menoleh, namun saat ia menoleh, ia mulai bersikap tidak tenang. "Seobin? Mau apa? Aku harus pulang," katanya singkat.
Yoon Seobin berdiri tidak jauh dari Midam dengan jas putih yang membalut tubuhnya. Malam ini ia tidak pulang karena ia ikut menjaga bangsal rawat inap, berbeda dengan Midam. "Apa kabar, kak?" tanyanya.
"Aku baik. Kamu sendiri, apa kabar?" Midam balas bertanya dengan suara kaku. Ia mulai meremat kuat jas putih yang ia cengkram di tangan kanannya.
"Sama, aku juga baik. Seneng bisa ketemu kak Midam lagi. Terakhir kali ketemu kak Midam, waktu aku masih ngekoass dan kak Midam masih internship.
Midam mengangguk kaku, tidak berani menatap mata Seobin. "Aku harus ngambil barang, terus pulang. Kita ngobrol lain kali aja ya, Bin? Kamu juga masih ada pasien yang harus diurus kan?"
Seobin mencegah tangan Midam saat residen orthopedi berparas manis itu hendak membuka pintu poli. "Aku minta waktunya bentar, kak. Aku harus ngelurusin apa yang terjadi saat kita putus dulu."
Midam bersumpah, ia punya tahun-tahun yang buruk setelah berpisah dengan Seobin hari itu. Ia memang masih beberapa kali bertemu Seobin di kampus, bertemu beberapa kali saat Seobin menjadi koass, dan pertemuan terakhir mereka saat Seobin sudah menyelesaikan masa koassnya. Lelaki bermarga Yoon yang dulunya menjadi pemilik hati Midam itu menghilang entah ke mana setelah masa koassnya selesai, entah dia melakukan internship di mana dan kini ia kembali sebagai residen di PPDS yang sama dengannya.
Midam butuh beberapa tahun untuk menata hatinya setelah kepergian Seobin. Ia tidak begitu peduli dengan alasan mengapa Seobin tiba-tiba berubah dan pergi, ia hanya peduli bagaimana menata hatinya lagi setelah lelaki itu pergi.
"Soal cewek waktu itu..."
Midam menahan napasnya dan mencengkram makin kuat jas putihnya. Ingatan-ingatan yang dulunya sudah ia lupakan kembali menyelinap dan rasa sakit yang dulu pernah Seobin tinggalkan, mulai kembali terasa.
"Dia tunanganku."
Midam meneguk ludahnya susah payah. Ia mengangkat pandangannya dan membalas tatapan Seobin. "Apa kamu mau bilang kalo kamu gak dapat restu dari orang tuamu buat berhubungan sama aku karena aku laki-laki, sama seperti kamu? Terus kamu dijodohin?"
Seobin menggeleng. "Alasan itu terlalu klise, kak."
Midam semakin merasakan kembali rasa sakit tiba-tiba menyelinap ke dalam dadanya. Upayanya melupakan Seobin ternyata belum usai. Ia masih memiliki sekelumit perasaan untuk Seobin. "Apa kamu mau bilang kalo kamu bosen sama aku dan memilih selingkuh dengan cewek itu?" tanyanya lagi.
Seobin menggeleng lagi. "Bukan aku yang selingkuh dari kakak."
Midam masih mencoba mempertahankan kewarasannya saat berbincang makin jauh dengan Yoon Seobin. "Apa kamu nuduh kalo aku selingkuh dari kamu? Selingkuh dengan Wooseok misalnya?" Ia tersenyum miring.
"Aku gak pernah nuduh kak Midam selingkuh sama kak Wooseok. Aku tau kalo buat kak Midam, kak Wooseok cuma sebatas sahabat walaupun aku bisa liat kalo kak Wooseok ada hati sama kak Midam."
Midam tersenyum miring. Buku jemarinya mulai memutih karena ia meremat kuat jas di dalam cengkramannya. "Lalu kamu mau nuduh aku selingkuh sama siapa? Byungchan? Yuvin? Seungwoo? Demi Tuhan, Bin, aku gak pernah selingkuh dari kamu selama kita pacaran sampai kita putus."
"Aku gak pernah nuduh kakak selingkuh dengan siapapun. Akulah yang selingkuh di sini. Aku lebih dulu tunangan sama Yuri, jauh sebelum aku kenal kakak. Akulah yang selingkuh di belakang Yuri padahal waktu itu kami udah tunangan dan aku selingkuh sama kak Midam."
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfic"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...