Setelah beberapa minggu mendekam di stase obsgyn dan sekarang stase obsgyn hampir berakhir dengan segala baladanya yang berat, akhirnya Minhee tepar alias jatuh sakit tidak berdaya sampai harus masuk bangsal rawat inap. Minhee harus membagi waktunya antara berjaga di VK, mengurus ibunya yang akhirnya diperbolehkan pulang, mengerjakan tugas, dan bersiap untuk minggu ujian stase obsgyn. Tapi setelah ibunya keluar rumah sakit, justru Minhee yang harus dirawat inap karena vertigonya kambuh.
Mulanya Minhee baik-baik saja, tapi hari itu, VK terpaksa gempar karena Minhee mendadak oleng dan berakhir pingsan dengan wajah sepucat hantu yang akhirnya memaksa Yohan membopong badan Minhee ke IGD untuk ditangani. Untungnya, Minhee kurus, jadi Yohan tidak terlalu kerepotan menggendong koass satu itu.
Mulanya Minhee menolak untuk dirawat inap karena merasa kalau dia bisa sembuh dengan sendirinya, hanya butuh resep obat dan istirahat cukup. Tapi dia disarankan untuk dirawat inap selama beberapa saat karena intensitas vertigo yang dialami Minhee cukup tinggi dan beresiko membuat cowok itu terjatuh, dengan diikuti anggota tubuh yang melemas, penglihatannya berbayang, responnya melambat, demam, dan kesulitan berjalan.
Butuh omelan Yohan ft. Dokter Wooseok selama sejam untuk membuat Minhee akhirnya menurut dirawat inap selama beberapa saat sampai keadaannya kembali sehat.
Dan yah, sekarang Minhee kesepian di kamar rawat inap karena hanya dia ditempatkan di kamar rawat inap kelas 1, entah rekomendasi dari siapa, Minhee juga kesal karena orang itu lancang. Tapi di sini sekarang dia merasa, semenyebalkan apapun berada di VK, tetap lebih enak daripada terbaring sakit di sini, dengan infus di tangannya.
"Dek Minhee, sekarang waktunya sarapan. Setelah ini, akan ada residen saraf yang visit. Nanti setelah residen visit, perawat bagian subspesialis akan datang untuk memberikan obat."
Minhee hanya tersenyum tipis saat seorang perawat meletakkan nampan sarapan di nakas sebelah bednya, kemudian keluar setelah memberitahukan informasi. Minhee bersumpah, dia tidak nafsu makan.
Beberapa menit setelahnya, pintu kamar rawat Minhee terbuka lagi. Kali ini bukan perawat atau petugas rumah sakit lain, tapi seorang dokter. Dengan jas putih yang membalut tubuhnya, celana panjang hitam yang membalut kakinya, dan jangan lupakan stetoskop yang menggangung di lehernya.
Minhee menahan napas. "Dokter Yunseong?"
Yunseong tersenyum dan mendekati ranjang Minhee. "Keadaan kamu gimana?"
Minhee menggigit bibirnya. "Masih sama kayak dua hari lalu, dok."
Minhee mengumpat sekarang. Seharusnya waktu perawat mengatakan residen saraf, harusnya dia ingat kalau Yunseong termasuk di dalamnya dari 10 orang jajaran residen saraf di sini. Kenapa dia lupa?"
"Kok sarapannya belom dimakan, dek?" Yunseong menatap sarapan Minhee yang masih utuh, lengkap dengan vitaminnya yang juga tidak tersentuh.
"Saya gak nafsu makan, dok," jawabnya jujur.
Yunseong meraih piring sarapan Minhee dan duduk di pinggiran ranjang Minhee, membuat koass bermarga Kang itu menatap dokter di depannya kaget. "Saya suapin ya? Kamu harus makan, dek, karena obat bakal masuk ke tubuh kamu dan biar tubuh kamu dapet nutrisi. Mau cepet sembuh gak?"
Minhee mengangguk pelan.
"Sekarang makan ya? Saya yang suapin." Yunseong mulai menyedok sesuap nasi dan mengulurkannya ke arah Minhee.
Minhee membuka mulutnya perlahan dan memaksakan diri untuk makan saat dokter Yunseong benar-benar terlihat sangat telaten menyuapinya, walaupun dengan suapan-suapan kecil karena Minhee benar-benar tidak nafsu makan. Kalau dipaksa dengan suapan besar, dia bisa muntah.
"Dokter tau gak siapa yang ngasih perintah buat mindahin saya dari kamar rawat inap kelas 2 ke kelas 1?" tanya Minhee setelah ia menelan makannya.
"Saya."
Minhee mengerjap. "Dokter... jangan bercanda."
Yunseong berhenti menyendok nasi dan menatap Minhee lurus. "Saya yang ngasih perintah buat mindah kamu ke sini. Saya mau kamu cepet sembuh karena saya gak suka liat kamu sakit, apalagi saya residen sarafnya. Saya harus visit beberapa kali sebelum spesialis yang visit dan saya gak betah liat kamu sakit."
Minhee terdiam. Yunseong kembali menyuapinya setelah ia selesai bicara. "Tapi saya bayarnya gimana, dok? Iya kalo uangnya tinggal metik di depan rumah, saya juga mau nginep di VIP, dok."
"Saya yang bayar. Saya yang ngasih perintah buat mindah kamu ke sini, jadi saya yang tanggungjawab. Kamu gak perlu mikir biayanya."
Minhee mengunyah suapan sarapan terakhirnya hari ini sambil bengong, terlalu bingung harus bilang apa. Jangan lupakan pipinya yang juga ikut memanas. Mungkin sekarang wajah Minhee tidak bisa dibedakan warnanya dengan warna rambut Eunsang.
Yunseong meletakkan piring ke nakas dan berdiri di dekat Minhee. Ia mengusap rambut halus beraroma berry mint itu penuh sayang. "Saya jadi dokter buat ngobatin orang lain, bukan buat ngobatin kamu. Kamu gak boleh sakit karena saingan kamu banyak. Kamu saingan sama pasien-pasien saya yang lain. Semakin cepat kamu sembuh, semakin cepat pasien saya berkurang. Jadi jangan sakit. Kamu dilarang sakit, soalnya saya jadi kepikiran kamu terus."
Minhee yang tadinya hanya merona dan bengong, berubah melotot saat Yunseong tiba-tiba mencium keningnya lama sambil sesekali mengusap helaian rambutnya perlahan.
Dan sialnya, selain nyawanya mendadak melayang, Minhee juga merasa nyaman dengan ini. Dengan ciuman hangat dokter Hwang Yunseong di dahinya.
"Yunseong... saya kan nyuruh kamu visit buat ngecek keadaan pasien, kenapa kamu malah jadi pacaran sama pasien?"
Ini bukan Jinhyuk.
Serius, ini bukan Jinhyuk.
Itu dokter Choi Yena spesialis saraf yang juga merangkap sebagai atasan dari dokter Yunseong yang masih dalam masa residensi.
.
.
.Apa yang kalian lakukan saat menjadi pasien atau koass di rumah sakit ini?
⬇⬇⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fiksi Penggemar"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...