My Note What You Must Read

15.2K 2.3K 301
                                    

Halo semua, ini saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo semua, ini saya. Iya saya, jodohnya Cha Junho yang sedang di ambang dilema karena harus milih Midam atau Eunsang. Padahal tinggal pilih saya, semua selesai. Iya kalo besoknya pas pulang tengah malem menjelang pagi saya gak dicegat sama nyai dan adiknya ehehe :D

Setelah aku publish bab Self-Diagnose, aku bacain komenan kalian satu-satu dengan keadaan wifi lemot. Kenapa sih ini wifi? Dendam keknya sama aku. Aku ada bacain komenan kalian tentang temen-temen kalian yang ngaku-ngaku psikopat, bipolar, dan beberapa hal lainnya yang kalian temui di sosial media lain atau bahkan temen kalian di dunia nyata.

Tolong guys, tolong kawan, jangan self-diagnose apalagi terkait dengan gangguan mental. Jangan asak cocoklogi hasil pencarian google atau skrining di website  atau blog yang bahkan kalian gak tau itu siapa yang bikin... psikiaterkah... psikologkah... konselorkah... atau cuma blogger yang gak punya latarbelakang ilmu kejiwaan.

Kenapa aku melarang kalian atau bahkan diriku sendiri untuk melakukan self-diagnose terkait dengan gangguan mental? Karena kalau kita mensugesti diri kita sendiri dengan gangguan mental, itu akan berdampak pada fungsi sosial dan fungsi psikis kita.

"Aku punya bipolar nih, emosi aku suka gak stabil... aku punya gangguan kepribadian ambang nih, aku juga gak stabil emosinya... aku psikopat nih soalnya aku suka liat darah-darahan sama pembunuhan... aku punya gangguan kepribadian menghindar nih, harusnya pahami aku dong kalo aku gak mau gabung... aku punya skizofrenia nih... aku punya blablablabla..."

Kalau kita sudah tersugesti, itu akan mempengaruhi keadaan mental dan psikis kita ke depannya. Padahal bisa saja, bukan karena gangguan mental atau kejiwaan, tapi karena emosi kita masih labil sebagai orang yang belum dewasa. Apalagi para remaja yang notabene masih dalam proses pencarian jati diri, masih sering dibingungkan banyak hal, masih terombang-ambing... bahaya kalo kalian ataupun aku sendiri melakukan self-diagnose karena kalian akan mempercayai diagnosa yang sebenernya itu gak terjadi sama diri kalian.

Kalau kalian memang memiliki keluhan terkait gangguan mental atau kejiwaan apapun itu, sekali lagi kutegaskan jangan pernah self-diagnose. Itu gak akan memperbaiki kondisi, tapi memperparahnya karena saat kamu menyebarkan itu ke khalayak sosial, mereka yang gak suka sama kamu akan menganggap kamu sebagai Drama King atau Drama Queen yang bikin kamu makin tertekan. Apalagi kalau kamu sampe nekad beli obat-obatan di apotek-apotek nakal (sumpah ini pengen kubakar) yang kamu rasa bisa meredakan gangguan itu seperti antipsikotik atau bahkan antidepresan yang bahkan kamu gak punya resep resmi dari psikiater atau gak punya diagnosa yang benar-benar menyatakan bahwa kamu memang mengalami gangguan itu, itu bahaya. Kenapa berbahaya? Obat-obatan ini disinyalir dapat menimbulkan beberapa efek samping dan tidak seharusnya dikonsumsi sembarangan.

Sekarang kalau orang terdekatmu, kamu atau tetanggamu pernah melakukan self-diagnose, tolong nasehati bahwa hal itu tidak benar. Kalau psikiater atau psikolog saja bisa salah menentukan diagnosa, apalagi aku, kalian, atau mereka yang hanya remahan rengginang?

Bipolar itu memiliki kesamaan gejala dengan Gangguan Kepribadian Ambang atau Borderline Personality Disorder , padahal keduanya itu berbeda. Orang dengan Gangguan Bipolar juga kadang disalahpahami sebagai orang dengan Gangguan Kepribadian Ganda karena emosinya yang tidak stabil. Jadi, gimana bisa mendiagnosa diri sendiri dengan segala kemungkinan salah?

Untuk psikopat. Hey, kamu, yang ngaku-ngaku psikopat, sini. Kamu pilih Dorland atau tensi meter? Atau mau dua-duanya? Psikopat gak akan berkoar-koar bahwa diri mereka psikopat karena mereka menyembunyikan identitas mereka dengan sangat rapi. Bayangkan ya kalo temanmu tiba-tiba ngaku dia psikopat, apa kamu gak lari kalang kabut biar gak dibunuh secara sadis sama dia? Kalo kamu lari, gagal dong dia dapet mangsa. Psikopat gak akan membuka jati diri mereka secara gamblang di depan masyarakat apalagi sosial media. Bisa diburu habis-habisan mereka. Bukan mereka yang memburu, tapi jadi balik diburu. Ya, kecuali kalo mereka psikopat-psikopatan karena baper sama film atau anime. Beda lagi ceritanya.

Dan untuk cutting atau pelaku selfharming, jangan hakimi mereka. Dampingi mereka untuk menghentikan kebiasaan itu. Kuatkan mereka. Jangan menuduhnya dengan kata-kata yang menyakitkan. Mereka membutuhkan dukungan dari kamu sebagai orang terdekatnya, bukan cacian atau sejenisnya. Mereka gak butuh stigma negatif karena mereka udah dapat itu. Mereka hanya butuh dipahami, didampingi, dibimbing, dan dirangkul.

Aku adalah caregiver untuk seorang temanku yang dia benar-benar didiagnosa gangguan bipolar 2, gangguan stress pascatrauma, dan gangguan kecemasan. Bipolar yang dia alami ngebuat dia harus terapi seminggu sekali dan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh psikiater. Saat dia dalam episode mania, dia akan susah buat dikendalikan. Gak ada orang yang bisa ngerti sama dia saat dia dalam episode mania. Dia jadi ibarat Flash. Semua terjadi dengan cepat, tapi pernah suatu hari, dia hampir bunuh diri saat dia dalam episode mania. Episode dari bipolar itu gak semudah apa yang dikatakan internet atau hasil skrining abal-abal karena pengidapnya benar-benar struggling dengan gangguan itu.

Apa yang kuceritakan dalam latarbelakang Junho, 70% berangkat dari kisah nyata temanku yang sampai hari ini, dia tetap harus melakukan terapi.

Terima kasih sudah membaca, semoga hari kalian menyenangkan. Tetap bahagia karena bahagia bukan pilihan, tapi suatu keharusan. Kamu dan aku gak bisa memilih untuk selalu bahagia, tapi kamu dan aku... kita bisa membuat bahagia kita.

Selamat sore,

Salam hangat

Feya.

Gambarnya ketinggalan ehehe maap yaa... baru inget pas buka galeri

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang