Suasana ruang bimbingan terasa lebih hening daripada biasanya, terutama saat dokter Dongho masuk ke ruangan. Kali ini dia tidak sendirian, namun bersama dokter Byungchan di sampingnya. Dan suasana yang sudah hening, jadi semakin hening saat dokter konsultan dengan gelar super panjang itu duduk di kursinya dan menatap para koass di depannya satu persatu.
Dongho berdeham, membuat para koass yang tadinya menunduk, akhirnya mengangkat pandangan mereka. "Ini kayaknya kurang satu koassnya. Ke mana satunya? Yang biasanya duduk sama Minkyu, kok gak ada?"
Minkyu menoleh menatap Dongho. "Wonjin sakit, dok. Jadi tidak bisa hadir."
Dongho menoleh menatap Minkyu. "Yang kemaren katanya harus bedrest itu ya? Gimana sekarang? Masih sakit? Udah ambil pemeriksaan lanjutan atau gimana?"
"Belum sempat pemeriksaan lanjutan, dok. Sebenernya sudah dapat rujukan ke spesialis saraf untuk CT Scan sama MRI, tapi belum sempat ke spesialis saraf. Wonjinnya gak mau dibawa ke spesialis saraf, dok."
Dongho mengangguk. "Cepet dibawa ke spesialis saraf ya. Kalo emang butuh waktu istirahat yang lebih lama, saya yang uruskan ke kampus kalian. Jangan sampe telat ambil tindakan."
Minkyu mengangguk mengerti. "Terima kasih, dok."
Dongho mengalihkan pandangannya ke arah Dongpyo yang berusaha bersembunyi di balik punggung lebar Junho yang duduk di depannya. "Gak usah sembunyi, dek Dongpyo. Saya tau kamu di belakangnya Junho."
Dongpyo meringis dan menatap Dongho kaku. "Ya, dok? Ada yang bisa saya bantu?"
"Kamu presentasi duluan hari ini, sesuai kesepakatan kita minggu lalu. Kamu udah siap dan punya bahan buat presentasi kasus kan? Atau kamu udah nyoba meninjau pasien langsung biar makin akurat?"
Kesepakatan sepihak ini namanya, dok.
Dongpyo mengangguk dan berdiri dari duduknya. "Saya udah ada bahan kok, dok. Tapi saya gak sempat meninjau langsung perihal kasus ini. Jadi kasusnya adalah kasus lama yang pernah saya pelajari sewaktu kuliah, bukan kasus baru yang ada di rumah sakit."
Dongho mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk mempersilahkan Dongpyo maju. "Kamu mulai presentasinya. Biar saya sama dokter Byungchan pindah ke bangku belakang, biar kamu lebih leluasa menyampaikan presentasinya." Dongho memutar pandangannya ke arah Byungchan yang berdiri di sampingnya. "Kamu masih bisa jalan kan, dek?"
Byungchan menoleh menatap Dongho dengan wajah bersemu merah, kemudian mengangguk. "Bisa kok, dok," jawabnya kaku.
"Kalo sakit, kamu duduk di sini aja. Biar saya yang pindah ke belakang. Sekalian kamu awasin anak-anak dari depan. Kalo gak dengerin, sembur aja langsung."
Byungchan menggeleng kaku. "Gak usah, dok. Saya masih bisa jalan kok. Mari, dok. Silakan jalan lebih dulu."
Dongho mengangguk dan berjalan mendahului Byungchan untuk duduk di bangku yang sama dengan yang diduduki oleh para koass, sedangkan Byungchan mengekor langkah di belakang Dongpyo sambil meringis dan mengumpat di dalam hati.
Eunsang yang kebetulan duduk di posisi paling pinggir menoleh menatap Byungchan. "Dokter masih sakit? Mau Eunsang bantuin, dok?"
Byungchan menoleh dan memaksakan seulas senyuman untuk Eunsang. "Gak papa kok, dek. Kamu perhatiin aja presentasinya Dongpyo ya? Saya gak papa kok."
Eunsang mengangguk, kemudian kembali memfokuskan dirinya untuk menyaksikan apa yang akan dipresentasikan oleh Dongpyo sambil menyiapkan buku untuk mencatat hasil pemaparan Dongpyo, serta menyiapkan pertanyaan kalau saja ada yang perlu ia tanyakan.
"Dek Dongpyo, ayo dimulai presentasinya. Keburu makin sore, dek."
Dongpyo menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. "Selamat sore, kawan-kawan seperkoassan, dokter Dongho selaku konsulen, dan dokter Byungchan selaku pembimbing. Pada sore hari ini, saya mendapatkan kesempatan langka yang saya dapatkan dari dokter Dongho untuk mempresentasikan sebuah kasus. Kasus yang saya angkat adalah Glioblastoma. Saya tidak tahu apakah penyakit ini masuk ke dalam kasus yang diatasi oleh para dokter penyakit dalam, tapi meninjau pada gelar milih dokter Dongho sebagai dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik, yang mana onkologi adalah kata untuk menyebut ilmu mengenai tumor, maka saya memilih Glioblastoma sebagai pembahasan kali ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...