"Midam, sini. Duduk di samping gue."
Midam tersenyum ke arah Byungchan yang melambai ke arahnya, kemudian menepuk kursi kosong di sampingnya untuk tempat Midam duduk. Sementara di sampingnya, Seungwoo tampak sedang melambai sambil tersenyum, begitu juga Yuvin dan dan Jinhyuk yang juga melambai ke arahnya.
"Yunseong sama Wooseok ke mana?" Midam bertanya sambil mendudukkan diri di samping Byungchan, berhadapan dengan satu kursi kosong di sampint Jinhyuk.
Jinhyuk menoleh ke samping sebentar. "Wooseok masih di VK katanya. Nanti nyusul ke sini kalo urusan pasiennya udah selesai. Kalo Yunseong... gue nggak tau dia ke mana. Nggak ketemu sama sekali."
"Yunseong ngurus pasien. Itu lho pasien koass yang namanya Ham Wonjin. Pada kenal kan?" Yuvin menyahut, tepat setelah ia menelan kunyahan gorengannya.
Midam mengangguk. Ia ingat sedikit tentang koass bernama Ham Wonjin. Kalau tidak salah, Junho pernah menyebut nama itu saat sedang berganti jaga karena Wonjin sedang sakit ketika berada di stase Orthopedi. Tapi entahlah, Midam tidak begitu ingat.
"Iya, koass yang itu. Yunseong lagi nangani koass yang itu. Katanya gagal napas akut, terus kesadarannya nggak ada sewaktu masuk ke ICU. Jadi mungkin sekarang Yunseong masih ikut nangani."
Midam mengangguk beberapa kali. "Nanti coba gue tanyain Eunsang deh. Eunsang kan temennya. Kalo sempat, gue juga mau jenguk. Sakit apa dia?"
"Glioblastoma," jawab Yuvin.
Midam menyimpan keterkejutannya saat Yuvin menyebut salah satu jenis tumor otak yang sangat berbahaya dan sangat agresif. Seperti yang pernah dia pelajari sebelumnya bahwa glioblastoma bisa membuat suplai darahnya sendiri dan dengan mudah menginvasi jaringan otak sehat di sekitarnya. Bahkan saking agresifnya glioblastoma, tumor ini bisa muncul tiba-tiba dalam stadium 4 dan kecepatan pertumbuhannya memang selalu disandingkan dengan kanker paru-paru.
"Dam, kalo mau jenguk, bareng ya?"
Midam menoleh pada Byungchan yang baru saja menepuk pundaknya. Ia mengangguk. "Tapi nggak bisa hari ini, Chan. Hari ini pasien gue banyak banget. Ini aja gue cuma punya waktu 20 menit buat istirahat."
"Oya, Dam, Seobin mana?" tanya Jinhyuk.
Midam mengalihkan fokusnya pada Jinhyuk. "Gantian jaga poli sama gue. Dia jaga poli, gue istirahat bentar. Tapi katanya kalo udah nggak ada pasien, dia nyusul ke sini."
"Lo mau makan siang pake apa, Dam? Biar gue pesenin, sekalian gue mau pesen kopi," tanya Yuvin sambil berdiri dari duduknya.
Midam berpikir sebentar. "Soto ayam aja deh, Vin. Bilangin kuahnya yang banyak. Nasinya jangan terlalu banyak."
"Siap, Dam."
Midam menelungkupkan kepalanya di meja, memejamkan matanya sebentar. Poli Orthopedi dari pagi sampai siang benar-benar ramai, sampai rasanya ia tidak bisa bernapas dengan tenang. Mendapat waktu sebentar untuk sekedar makan siang seperti ini rasanya seperti keajaiban.
Sebearnya ia bukan orang yang mudah mengeluh, tapi kadang sama sekali tidak mengeluh saat pekerjaan begitu banyak, rasanya juga tidak manusiawi. Ia sudah bekerja sejak tadi pagi untuk visit, membimbing para koass baru, menangani pasien di poli, dan sesekali harus menghandle tugas yang seharusnya dikerjakan para koass karena para koassnya masih belum begitu paham bagaimana menangani pasien.
Apalagi untuk anamnesis. Midam ingin menjadi ubur-ubur dan melayang tanpa beban saja. Para koass itu seharusnya sudah tahu bagaimana cara melakukan anamnesis dengan benar, tapi dua di antara para koass malah terlihat bingung harus memulai anamnesis dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...