"Jun, bisa bicara bentar?"
Junho bukan main kagetnya saat melihat Minhee di pintu ruang rawatnya. Serangkaian jadwal terapinya hari ini ditunda karena dokter Seungwoo belum benar-benar pulih dari gejala demam berdarah. Sudah beberapa minggu dia tidak bertemu Minhee sejak masuk ke rangkaian terapi ini dan Minhee sibuk harus mengurus ibu, juga menjalankan stasenya.
"Sini, Hee. Deketan. Jangan dipintu. Kayak mau ngomong sama konsulen aja lo." Junho melambaikan tangannya, memberi isyarat Minhee untuk mendekat.
Minhee menutup pintu dan mendekati Junho, lalu duduk di samping Junho di pinggiran ranjang cowok itu. "Jun, lo bener-bener bikin masalah baru."
Junho menoleh. "Masalah? Maksud lo?"
Minhee menatap ke dalam mata Junho. "Bisa gak sih lo berhenti bersikap ambigu? Lo gak bisa dapetin dua-duanya, tapi lo maksa buat dapetin dua-duanya. Lo nyakitin banyak pihak, Jun. Oke, gue paham kalo lo sayang dua-duanya, tapi lo gak bisa bersikap begini."
"Maksud lo apaan? Gua gak ngerti. Ngomong yang jelas, Hee."
"Gue tau lo paham, Jun. Jangan pura-pura gak ngerti. Kalo lo emang sayang dua-duanya, lo harus berhenti bersikap ambigu. Pilih salah satu. Gak ada satu pun dari mereka yang mau jadi nomer dua, Jun. Paham gak sih lo?"
Junho mengacak rambutnya kesal. "Lo ngomongin siapa sih? Kalo ngomong yang jelas, sebut namanya. Lo kira gua cenayang bisa ngerti-"
"Kalo lo emang sayang sama dokter Midam, berhenti bikin Eunsang berharap sama lo. Tapi kalo lo sayang sama Eunsang, jangan bikin dokter Midam berharap. Mereka sodaraan, Jun. Dari ayah ibu yang sama. Dan lo tega ya bikin mereka seberharap ini sama lo."
Junho tertegun sejenak. "Tapi Eunsang..."
"Di mata lo cuma temen? Iya? Lo tau bangsat, Jun? Lo bangsat kalo lagi gini. Gak peduli lo sahabat gue dari kecil, tapi gue gak akan pernah belain lo buat hal begini. Lo bersikap seakan Eunsang adalah orang istimewa buat lo, tapi nyatanya setelah banyak harapan yang lo kasih, lo berpaling sama orang yang lahir dari rahim yang sama kayak dia? Mau lo apa sih, Jun?"
Junho terdiam. Pikirannya seketika kosong. Wajah merona Midam hari itu, juga wajah cerah Eunsang saat ia pertama kali bertemu si manis itu, semuanya melintas satu persatu.
"Lo bilang lo gak mau nyakitin siapapun, tapi nyatanya apa? Lo nyakitin Eunsang dan gak lama lagi, lo juga nyakitin dokter Midam. Lo tau kan sesayang apa dokter Midam sama Eunsang dan sesayang apa Eunsang sama dokter Midam? Dan lo cuma orang asing yang muncul di antara mereka."
Pikiran Junho makin kosong. Ia ingat hari di mana ia pertama kali berkenalan dengan Eunsang saat keduanya masih sama-sama maba di Pendidikan Dokter dan ia ingat hari di mana ia pertama kali berkenalan dengan Midam saat stase orthopedi.
"Gue tau, Jun, lo sadar kan kalo dokter Midam mulai berharap sama lo? Dan lo gak tau kan, selama hampir 4 tahun kenal Eunsang, akhirnya anak itu nangis dan dia nangisin lo. Elo yang brengseknya kayak gini bisa bikin Eunsang nangis. Hebat banget ya lo?"
Junho menatap Minhee kaget. "Eunsang nangisin gue?"
Minhee tertawa sarkas dan berdiri dari duduknya. "Kalo lo emang gak bisa milih, jangan deketin mereka, Jun. Lo cuma akan nyakitin mereka dengan sikap lo yang ambigu. Lo sama Eunsang, kalian sahabat gue dan gue gak mau persahabatan kita hancur gara-gara sikap ambigu lo."
Junho menunduk.
"Lo harus pilih. Eunsang atau dokter Midam. Jangan bikin mereka berharap banyak sama lo karena lo tau, punya harapan besar yang gak sesuai ekspektasi itu sakit. Dan gue harap, lo masih ada nyawa buat ngasih keputusan."
Saat Minhee berniat pergi, Junho menahan tangan Minhee, membuat cowok kurus itu menatapnya. "Gue... belom tau pasti perasan gue, Hee."
Minhee berdecih. "Hanya karena lo belom tau, lo berhak gitu buat ngasih mereka harapan yang besar dan nyakitin mereka? Gak. Lo adalah orang pertama yang bakal gue bunuh kalo lo bikin Eusang nangis lagi, apapun alasannya."
.
.
.Sudah terwakili? Belum? Silakan menambah hujatan pada dokter muda Cha Junho
⬇⬇⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]
Fanfiction"Dokter Midam, tiap ketemu dokter, bawaannya saya ingin jadi pendamping hidup dokter." "Dek, kamu lagi stase apa? Konsulenmu siapa?" "DokYuv ngapain di ruang koass?" "Menjagamu sebagai calon masa depanku, Dek Yohan." "Dek Minhee nanti jaga malam?" "...