Konstipasi dan Obat Pencahar

13.4K 2.4K 192
                                    

"Seungwoo! Cepetan ih mandinya, gantian! Aku mau ke rumah sakit, udah jam 8 ini!"

"Bentar, By. Aku masih buang air besar!"

"Lama banget sih! Situ buang air besarnya bentuk feses atau batu sih? Cepetan dong! Udah jam 8 nih!"

"Aku sembelit! Kamu pake kamar mandi deket ruang tamu aja!"

"Hih, nyebelin! Makanya lain kali jangan makan batu, biar fesesmu nggak susah keluar!"

Dan percakapan dua dimensi alias dimensi kamar dan dimensi kamar mandi itu diakhiri dengan Byungchan yang akhirnya mengalah keluar kamar dengan langkah menghentak kesal. Seharusnya Seungwoo mengatakan dari tadi kalau ia sedang sembelit, jadi Byungchan tidak perlu menunggunya selesai melakukan ritual buang air besar karena jam dinding di kamar Seungwoo sudah menunjukkan pukul 8 dan sekitar jam setengah 10, Byungchan harus jaga poli. Dan dia juga tahu kalau Seungwoo harus melakukan terapi untuk beberapa pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian ambangnya sekitar jam 10 pagi.

Sementara Byungchan akhirnya mengalah untuk mandi di kamar mandi yang berada di dekat ruang tamu, Seungwoo masih berjuang di kamar mandi untuk mengatasi sembelitnya. Ia sudah mengkhawatirkan jam berapa sekarang dan resiko kalau ia terlambat datang ke rumah sakit, juga resiko yang diterima Byungchan kalau terlambat, tapi ia masih belum berhasil mengatasi sembelitnya, bahkan saat ia menyadari bahwa ia sudah berada setengah jam di kamar mandi.

Sekitar 20 menit kemudian, Seungwoo akhirnya selesai dengan ritual buang air besar dan mandi paginya. Ia langsung mengganti baju, merapikan rambut sebentar, kemudian berjalan ke dapur sambil membawa tas dan snellinya.

Byungchan yang sedang mengunyah roti menoleh menatap pacarnya. "Situ kemarin makan batu, Pak Dokter?" tanyanya sarkas.

"Aku kan makan makanan yang kamu masak, Chan. Gimana sih?" balas Seungwoo sambil menarik kursi di depan Byungchan, kemudian menjatuhkan dirinya duduk di sana.

Byungchan berdecak sambil mencibir. "Aku kemarin masak sup lho. Kaya serat, makanya aku nggak sembelit. Kok situ bisa sembelit sih?"

"Kan kebutuhan serat tiap orang berbeda, Chan. Kebutuhan seratmu sama kebutuhan seratku kan berbeda. Gimana sih?"

Byungchan menaikkan sebelah alisnya. "Excuse me, Sir. Aku selalu masakin kamu sayur dan aku selalu sediain buah yang kaya serat juga di kulkas kamu. Aku nggak pernah teledor buat dua hal itu karena aku hafal banget kalo kamu gampang sembelit, tapi kok...?"

Seungwoo meringis kaku saat menyadari perubahan ekspresi wajah Byungchan.

"Aku selalu sedia pir, apel, alpukat, sama pisang di kulkas kamu. Dan aku langsung beli ke supermarket tiap bulan sewaktu aku lihat kalau stok buah-buah itu habis. Aku juga selalu masukin bayam, wortel, sama brokoli dalam menu sarapan dan makan malam kamu. Kecuali makan siang, karena kamu selalu makan bareng residen psikiatri yang lain." Byungchan mulai melipat tangannya di depan dada.

Seungwoo merasakan perutnya kembali mulas. Bukan mulas karena ingin buang air besar, tapi mulas karena merasakan tanda-tanda bahaya dari pacarnya.

Byungchan menarik napas panjang dan menatap Seungwoo lebih lunak. "Sejak kapan kamu sembelit gitu?" tanyanya.

"Udah sekitar 3 harian ini."

"Jadi udah 3 hari kamu nggak buang air besar?"

Seungwoo mengangguk.

"Inget nggak macam-macam komplikasi dari sembelit alias konstipasi?" tanyanya lagi.

Seungwoo mengangguk. "Ingat beberapa, Chan. Ada hemoroid alias wasir alias pembengkakan di dinding anus karena pelebaran pembuluh darah yang disebabkan oleh proses mengejan yang terlalu lama. Ada impaksi feses alias menumpuknya feses kering dan keras di rektum akibat konstipasi yang berlarut-larut. Ada juga prolaps rektum alias rektum pindah dari posisinya di dalam tubuh dan menonjol keluar dari anus karena terlalu lama mengejan."

Byungchan mengangguk. "Nah kan itu tau, makanya lain kali kalo disuruh makan buah sama sayur secara rutin itu nurut. Kamu tuh harusnya nyadar kalo kebutuhan serat kamu banyak karena gampang banget sembelit, tapi kamunya bandel. Aku belanja bulanan ngisi kulkas kamu, udah kayak babu masakin kamu tiap pagi, ngupasin buah, dan berusaha bikin kandungan serat di sayur-sayuran yang kumasak nggak berkurang, semua itu buat kamu. Harusnya kamu nyadar sama diri kamu sendiri kalo kamu butuh serat lebih banyak. Bukannya aku yang nyadar."

Seungwoo mengangguk. Walaupun sikap Byungchan kadang tidak masuk akal, tapi tetap saja, Byungchan adalah salah satu wisudawan terbaik dengan IPK yang tinggi pada masanya.

"Nanti malam kalo aku masakin sayur, dimakan. Banyakin makan sayur, buah-buahan, biji-bijian, sama kacang-kacangan yang kandungan seratnya banyak. Banyakin minum air, minimal 1,5 atau 2 liter perharinya. Jangan minum susu atau kopi dulu. Inget, konsumsi susu terlalu banyak malah meningkatkan kemungkinan konstipasi alias sembelit dan kafein itu menimbulkan dehidrasi yang memicu sembelit. Kalo lagi pengen buang air besar, jangan ditahan karena itu malah meningkatkan resiko sembelit kamu."

Seungwoo mengangguk pasrah. "Aku boleh pake obat pencahar nggak nih? Udah nggak tahan susah buang air besar lama, Chan."

Byungchan menatap Seungwoo dengan tatapan memindai. "Yang jenis mana dulu nih?"

Tanda tanya besar muncul di atas kepala Seungwoo. "Ada berapa jenis emang?"

"Ada obat pencahar osmotik yang akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus, jadi feses akan lebih lunak dan merangsang usus untuk mendorong feses keluar. Ada obat pencahar pelembut tinja yang menarik cairan dalam usus sehingga feses akan jadi lebih lembut dan mudah dikeluarkan. Ada suplemen serat yang bisa menambah massa feses. Dan terakhir ada pelumas yang memudahkan pergerakan feses melalui usus."

Seungwoo mengangguk beberapa kali. "Terus aku harus pake yang mana?"

"Kamu bisa pake yang pencahar osmotik atau yang suplemen serat. Tapi pengonsumsian obat pencahar sebaiknya cuma digunakan dalam waktu singkat dan harus dihentikan setelah kondisi konstipasi atau sembelit membaik. Karena inget, obat pencahar juga punya efek samping kayak mengakibatkan perut kembung atau dehidrasi."

"Terus kalo dipake dalam waktu lama kenapa?"

Byungchan menatap pacarnya datar. "Kalo digunakan dalam waktu lama bisa membuat diare, gangguan usus, dan ketidakseimbangan kadar garam dan mineral dalam tubuh."

Seungwoo mengangguk-angguk. "Kalo gitu, aku boleh pake obat pencahar?"

Byungchan berdiri dari duduknya dan menunduk menatap Seungwoo. "Denger ya, sebagus apapun obat pencahar, tetep lebih bagus pencahar alami yang kamu dapet dari buah-buahan dan sayur-sayuran karena mengandung vitamin dan mineral lain yang juga dibutuhkan sama tubuh kamu, jadi kamu nggak cuma fokus konsumsi sebagai pencahar. Ngerti?"

Seungwoo mengangguk. "Iya, ngerti. Ini kita nggak sarapan dulu?"

Byungchan mengangkat bahunya. "Want to have breakfast outside, Doctor? Healthy breakfast of course."

Seungwoo tersenyum, kemudian berdiri sambil memanggul tas di bahu kirinya dan menenteng snellinya di tangan kirinya, sementara tangan kanannya menggandeng tangan Byungchan. "Why not, Baby Chan?"

Byungchan mengerlingkan matanya dan melemparkan satu wink ke arah Seungwoo, kemudian mengecup singkat rahang pacarnya.

"Trying to tease me, hm?"

Byungchan tertawa sebentar, kemudian mencubit ujung hidung Seungwoo pelan. "Sembuhin dulu itu konstipasi kamu. Jangan macem-macem kalo kamu masih konstipasi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Sedang mempersiapkan jiwa dan raga untuk menulis bagian Wonjin dan Minkyu, namun malam ini aku melipir sebentar pada SeungChan 😥

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang