PRANG!!"TIDAK USAH PEDULI PADAKU!"
Sehun meringis ketika telapak tangan yang Ia gunakan untuk memungut pecahan gelas itu diremat Chanyeol dengan kuat.
"S-sakit Hyung"
Darah segar mulai menetes mengotori lantai.
Chanyeol segera menghempaskan tangan pucat itu.
"Akh!"
BRUG!
Mendorong tubuh Sehun ke atas karpet beludru dengan keras, hingga kepalanya tak sengaja terantuk meja kayu yang berada di belakangnya.
Pandangannya berkunang-kunang.
"Apakah sakit jalang?"
Chanyeol menyeringai kejam, kaos lusuh yang digunakan Sehun Ia robek dan menampakkan tubuh kurus nan pucat itu.
"Kau pembunuh kecil. Jangan harap harimu akan tenang selama di genggamanku sayang!!"
"AAKHH!"
Chanyeol melesakkan pusat tubuhnya ke dalam liang kering Sehun tanpa pelumas apapun.
"Hiks.. Ah...sakit Hyung"
Bau anyir menyeruak di hidung Sehun, ah holenya pasti berdarah lagi.
"Kau telah membunuh istriku! Dasar jalang!!"
PLAK!
Sehun memegangi pipinya yang terasa panas,sudut bibirnya pun perih
"Jangan harap kau meminta belas cintaku lagi jalang! Ahh"
Chanyeol mencabut kejantanannya tanpa memperdulikan tubuh Sehun yang hampir pingsan karena ulahnya.
..
4 years later
" Mommy "
" Mommy di dapur sayang "
Kaki kecil itu melangkah dengan hati-hati menuju dapur yang sudah Ia hafal dengan seksama.
Tangannya menelusuri dinding sebagai pegangan.
" Morning baby "
Tangan kecil itu berusaha menemukan sang Mommy. Sehun tersenyum kecil
Mengenggam kedua tangan mungil itu dan mengarahkan menuju kedua pipinya.
" Hehe ketemu "
Sehun mengecup pipi gembil itu dan mengangkat tubuh mungil itu ke pangkuannya.
" Mommy,, Minhyung tidak mau cekolah " celetuk sang putra membuat Sehun mengernyitkan alisnya.
" Loh memangnya kenapa? "
" Teman-teman Minhyung membicalakan Daddy meleka Mom " cicit anak itu sambil menundukkan kepalanya.
Sehun mengusap kepala anak itu sedih.
" Minhyung dengar, Daddy tidak ada, sekarang hanya ada Minhyung dan juga Mommy " ucap Sehun lembut.
" Mom? "
" Ya? "
" Apa Daddy malu mempunyai anak buta sepeltiku? "
..
" Satu ikat red rose " Sehun merangkai bunga itu dengan telaten , sesekali melirik sang putra yang tengah bermain dengan vivi di pojok toko bunganya.